zhouxianAvatar border
TS
zhouxian
Penjualan Tower Akan Terus Terjadi

JAKARTA - Penjualan menara (tower) telekomunikasi oleh perusahaan operator besar di Indonesia diyakini masih akan terus berlanjut. Selain strategi efisiensi, sebagian operator melepas salah satu asetnya itu untuk membayar sebagian utang.

Analis PT Mandiri Sekuritas, Ariyanto Kurniawan mengatakan penjualan menara oleh PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) melalui anak usahanya, PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) baru-baru ini akan menjadi gelombang awal penjualan menara oleh operator.

"ISAT (PT Indosat Tbk) mengindikasikan akan menjual sebagian porsi dari portofolio 8.000 menara tahun depan untuk melunasi sebagian utangnya," ungkapnya, kemarin.

Ariyanto mengatakan dirinya juga melihat kemungkinan EXCL menjual beberapa dari portofolio 6.500 menara untuk menurunkan utangnya. "Penjualan itu didukung oleh pertumbuhan perusahaan menara melalui akuisisi untuk menambah hingga 15 persen pertumbuhan organik," kata dia.

Patut dicatat, kata dia, walaupun pertumbuhan masih kuat untuk operator menara independen, mayoritas portofolio menara yang ada sekarang dimiliki operator telekomunikasi (telko). Tiga operator yaitu Telkomsel (anak usaha TLKM), EXCL, dan ISAT, secara total memiliki 30 ribu menara.

Sebaliknya, dua perusahaan yang fokus di bisnis menara telko yaitu PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) milik Grup Saratoga dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) milik Grup Djarum memiliki sekitar 25 ribu menara.

Baru-baru ini EXCL merealisasikan penjualan aset 3.500 unit menara ke PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) senilai Rp 5,6 triliun. Perusahaan operator telekomunikasi terbesar kedua di Indonesia ini ingin mengurangi beban perusahaan dari pengelolaan menara dan menggantinya dengan sistem sewa agar lebih efisien.

EXCL telah menandatangani Perjanjian Pembelian Aset (Asset Purchase Agreement/APA) dengan SUPR, yang merupakan perusahaan menara telekomunikasi terbesar ketiga di Indonesia. Pembayaran transaksi seluruhnya dalam bentuk tunai tanpa pembayaran lain dalam bentuk saham atau komponen lain yang ditangguhkan, yang akan dilakukan saat penyelesaian transaksi.

Chief Executive Officer (CEO) EXCL, Hasnul Suhaimi, mengatakan penjualan menara kepada SUPR merupakan sebuah langkah positif untuk mencapai strategi penurunan aset (asset light strategy) sehingga sumber daya manusia yang ada semakin fokus dalam bisnis inti.

Sementara TLKM memilih langkah transaksi nontunai dalam strategi itu melalui mekanisme tukar saham (share swap) dengan perusahaan menara telekomunikasi milik Grup Saratoga, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG). Saham dilepas adalah saham Mitratel yang memang bergerak di bisnis menara telko.

Dalam aksi korporasi itu TLKM menukar 49 persen kepemilikan saham di Mitratel dengan 290 juta saham baru TBIG atau setara kepemilikan 5,7 persen. Perjanjian transaksi ini dilakukan beberapa pekan lalu. TLKM masih memiliki opsi meningkatkan kepemilikan di TBIG menjadi 13,7 persen jika nantinya melepas sisa 51 persen kepemilikan di Mitratel.

Jika aksi ini sudah terlaksana secara penuh maka nilai transaksinya bisa mencapai Rp 11,06 triliun. TBIG sendiri masih harus menanggung utang Mitratel senilai Rp 2,7 triliun. (gen/jpnn/che/k14)


http://www.kaltimpost.co.id/berita/d...s-terjadi.html

terus jual tower gan
0
1.1K
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan