MERDEKA.COM. Perjuangan anak korban tahanan politik (tapol) '65, Soe Tjen Marching agar Letnan Jenderal (Purnawirawan) Sarwo Edhie Wibowo tak jadi pahlawan nasional berbuah manis. Saat Presiden Joko Widodo menyematkan gelar pahlawan nasional bagi empat tokoh berjasa bagi bangsa dan negara, nama Sarwo tidak ada.

"Saya ingin mengabarkan bahwa Sarwo Edhie telah gagal menjadi Pahlawan Nasional tahun ini. Presiden Jokowi menganulir usulan era Presiden SBY memasukkan nama mertuanya sendiri. Terima kasih atas dukungan masyarakat yang menandatangani dan menyebarkan petisi yang saya buat. Saya yakin, gugurnya wacana Sarwo Edhie sebagai pahlawan tidak lepas suara kalian semua," kata Soe Tjen dalam rilis kepada merdeka.com, Senin (10/11).

Soe Tjen membuat petisi 'Don't make Sarwo Edhie a Hero', dan menggalang dukungan melalui [url=http://www.change.org.]www.change.org.[/url] Change.org adalah wadah petisi online yang terbuka, bagi siapa saja yang ingin berpartisipasi.

Sebanyak 6.899 orang menandatangani petisi Soe Tjen, menolak pemberian gelar pahlawan kepada mantan komandan RPKAD tahun '65-67. Mertua Presiden RI Ke-6 itu diduga mendalangi pembunuhan ratusan ribu warga Indonesia yang dicurigai simpatisan komunis.

"Meskipun sudah berhasil, tapi kita tak boleh lengah, karena korban genosida '65 dan keluarganya masih belum mendapat keadilan dan kebanyakan dari mereka mengalami trauma hingga kini, sedangkan tidak satupun dari para kriminal dibawa ke pengadilan," kata Soe Tjen.

Sejarah kelam pada periode 1965-1966 menyisakan jutaan orang yang dianggap komunis atau dekat dengan komunis dibunuh, dipenjara dan disiksa tanpa pengadilan. Perkiraan korban yang tewas dari 500.000 hingga 2 juta jiwa. Sampai sekarang, keluarga dan keturunannya masih hidup dalam teror dan ketakutan.

Sumber

Udah baca beberapa buku Soe Tjen Marching, baru tahu kalo doski anak tapol '65