Janggal Alasan Impor Garam karena Keterlambatan Pengadaan

Jakarta (ANTARA) - Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad mengatakan, alasan dilakukannya impor garam pada masa panen raya petani garam karena keterlambatan pengadaan merupakan alasan yang janggal dan dinilai tidak bisa ditoleransi.

"Alasan itu tidak benar dan kita tidak bisa mentolerir seperti begitu," kata Fadel di Jakarta, Senin.

Ia mengemukakan hal tersebut setelah ditanya wartawan terkait dengan alasan yang menyebutkan bahwa masih adanya impor garam karena alasan keterlambatan pengadaan, dampak dari hambatan dalam distribusi.

Fadel juga mengatakan, pihaknya Senin ini sekitar pukul 13.00 WIB juga akan bertemu dengan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu.

Pertemuan tersebut dilakukan untuk membicarakan tentang aktivitas impor garam yang semakin hari semakin banyak padahal pada saat ini sedang panen raya. "Garam impor makin hari makin marak," katanya.

Ia menyesalkan hal itu terus terjadi karena pada saat ini di berbagai sentra garam sedang menyiapkan panen garam.

"Di daerah seperti Indramayu dan Madura panen garam disiapkan, di luar dugaan kami, impor garam terus berdatangan," katanya.

Sebelumnya, Direktur Impor Kementerian Perdagangan, Partogi Pangaribuan, mengatakan, garam impor masih masuk pada awal musim panen garam rakyat karena ada keterlambatan realisasi alokasi impor garam tahun lalu akibat gangguan dalam proses pengadaan.

Menurut data Direktorat Impor Kementerian Perdagangan, pada awal musim panen garam pada Juli 2011 jumlah garam impor yang masuk sebanyak 197.819 ton.

Padahal menurut ketentuan satu bulan sebelum sampai dua bulan setelah panen raya berlangsung impor atau selama bulan Juli-Oktober untuk tahun ini impor garam tidak boleh dilakukan.

Ketua Umum Asosiasi Petani Garam Seluruh Indonesia (Apgasi) Syaiful Rahman mengatakan masuknya garam impor pada awal musim panen membuat harga garam petani tertekan.

"Harga garam dalam negeri yang pada Juni masih Rp800 per kilogram sekarang turun menjadi Rp450 per kilogram. Kalau harga terus rendah petani tidak akan mau lagi kerja di garam," katanya serta menambahkan harga garam impor saat ini sekitar Rp540 per kilogram.

gila gak?


Perseteruan Fadel vs Mari Elka, Presiden SBY di Pihak Fadel?

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perseteruan Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad dan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu soal impor garam yang dikabarkan telah ditengahi Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, ternyata masih berlanjut.

Fadel bersikukuh kebijakan impor garam lembaga yang dibawahi Mari Elka malah mematikan petani garam lokal. Fadel menyebut stok garam dalam negeri mencukupi tak perlu impor garam berlebihan. Ia juga mengklaim, Presiden SBY cenderung sepaham dengan pihaknya.

"Tadi dengar Presiden (dalam rapat kabinet) katakan jangan kita terlalu orientasi internasional segala. Mari (fokus produk) ke dalam negeri jangan sampai diambil orang lain. Artinya Presiden juga setuju tidak ada impor garam berlebihan seperti sekarang," kata Fadel di kantor Presiden Jakarta, Kamis (11/8/2011).

Menurut Fadel rencana impor garam hingga 900 ribu MT sangat berlebihan. Di mana konsumsi garam nasional per tahun mencapai 1,6 juta ton dan produksi dalam negeri bisa dipenuhi hingga 1,4 juta ton.

"Ibu Mari Pangestu akan buka impor garam sampai 900 ribu ton. Keterlaluan kan. Makanya saya marah. Makanya Pak Menko (Hatta Rajasa) nanti sore mau berikan keterangan pers. Pak Menko mau bela petani," ujar Fadel.

Fadel menjelaskan petani garam dalam negeri sebenarnya sanggup memenuhi kebutuhan garam nasional hingga 800 ribu ton. "Makanya kita jangan dibombardir dengan impor begitu. Saya katakan hentikan impor garam," kata dia.

Fadel secara tegas menyatakan tak ada niat lain dari lembaga yang dipimpinnya di balik kerasnya usaha Fadel memperjuangkan agar impor garam dihentikan. Perseteruan yang terjadi, jelas Fadel, juga bukanlah konflik pribadi.

"Tidak ada itu. Ini kan untuk kepentingan petani," kata dia.

Adapun Direktur Impor Kementerian Perdagangan Partogi Pangaribuan mengatakan impor garam yang dilakukan Kemendag hanya untuk memenuhi kebutuhan garam dalam negeri.

Dia menjelaskan langkah impor garam tersebut dilakukan karena adanya gagal panen garam di 2010 lalu yang berdampak produksi garam nasional hanya 30.000 ton. Sementara kebutuhan kebutuhan akan garam nasional per bulan mencapai 130 ribu hingga 135 ribu ton, dan selama setahun kebutuhan garam nasional sebanyak 1.370.000 ton.

Dia melanjutkan, pada 1 Juli hingga Agustus 2011, produksi garam nasional hanya mencapai 5 persen atau 68.500 ton dari kebutuhan 1.370.000 ton. Sehingga dari produksi tersebut, terjadi defisit garam sebesar 66.500 ton per bulan.

"Akhirnya stok awal Januari 2011 kosong. Kita mau makan apa? Padahal tiap bulan kita butuh 130 ribu sampai 135.000 ton. Kalau dikali 7 bulan (Januari- Juli), sementara produksi kita hanya 30.000 ton tahun 2010. Anda bayangkan sendiri. Inilah yang merembet ke tahun 2011. Kemudian per 1 Juli-Agustus 2011 produksi garam kita hanya 5 persen dari total kebutuhan 1,370.000 juta ton pertahun. Jadi kalau kita tidak izinkan impor, dari mana kita dapat garam. Apa kita harus dimarahin masyarakat," ujarnya, saat ditemui, di Kantornya Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis.

/:babi:/