blihapeAvatar border
TS
blihape
[Untuk Introspeksi Diri] Secarit Surat Dari Panti Jompo *Must Read*
Perkembangan di segala bidang sudah semakin pesat. Status sosial dan politik menjadi ajang kompetisi yang tak kunjung usai. Saking sibuknya kita dengan aktivitas keseharian dan bahkan mabuk oleh hal duniawi, kita bahkan lupa akan dari mana kita berasal dan apa tujuan hidup kita sebenarnya. Saya percaya agama manapun di dunia ini, pastilah mengajarkan tentang bagaimana menghormati orang yang telah melahirkan kita bahkan telah menghidupi dan merawat kita hingga bisa sampai pada detik ini. Ya, orang tua kita sering terlupakan tanpa kita sadari. Tanpa mereka, kita bukanlah apa apa.. Masih ingatkah bagaimana penderitaan dan sakit yang diderita Ibu ketika mengandung dan melahirkan kita? Tentu tidak. Namun saya yakin Anda masih ingat saat orang tua bersusah payah mencari nafkah untuk membesarkan Anda? Dengan berbagai harapan dan doa agar Anda kelak berpendidikan tinggi, berbudi luhur, sukses, dan agar bisa membahagiakan orang tua di usia senja mereka kelak. Namun apa yang orang tua dapatkan? Mari simak sejenak surat yang saya kutip berikut ini:

Quote:


Surat itu dikirim lewat pos kelima alamat di kota. Kepada lima orang anak dari seorang ibu yang tinggal di panti jompo.

Anak pertama, seorang laki-laki yang mempunyai kedudukan penting di sebuah perusahaan asing terhenyak membaca surat itu. Dia hanya mampu terdiam. Dialah yang pertama kali mempunyai gagasan untuk memasukkan ibunya ke panti jompo. Istrinya keberatan jika ibu mertuanya selalu tinggal di rumahnya yang megah, malu jika orang tuanya atau saudara-saudaranya yang sangat kaya berkunjung ke rumahnya. Maka, berembuglah si sulung dengan adik-adiknya. Memang tidak semua setuju, namun akhirnya tak ada pilihan lain karena semuanya sibuk.

Anak kedua, seorang perempuan langsung menangis membaca surat dari ibunya. Dia merasa sangat berdosa tapi tak mampu berbuat banyak. Anaknya tiga orang membutuhkan banyak biaya untuk sekolah yang tidak sedikit. Karena itu dia dan suaminya sibuk bekerja seharian sehingga tidak punya banyak waktu untuk anak-anak apalagi mengurus ibunya. Maka memasukkan ibu ke panti jompo sementara menjadi pilihan yang masuk akal.

Anak ketiga, seorang laki-laki merasa terpukul dengan isi surat dari ibunya. Dialah yang menuduh ibunya tidak mengawasi pembantunya dengan baik saat memberi obat tidur anaknya. Istrinya seorang wanita karier sukses yang melanglang buana kemana-mana hingga keluar negeri. Laki-laki itu merasa kalah saing dengan karier istrinya, maka dia bekerja siang malam demi mengejar kedudukan yang sejajar dengan istrinya. Maka, anak dan ibunya jadi korban ambisi butanya.

Anak keempat, seorang laki-laki, mempunyai keluarga paling sederhana diantara kakak-kakaknya. Menangis sesenggukan saat membaca surat dari ibunya. Dia bekerja sebagai guru di sebuah sekolah negeri. Istrinya juga seorang guru TK. Selama ini memang ibunya paling betah tinggal di rumahnya, namun demi menghidupi dua orang anak yang masih kecil dan harus membayar gaji pembantu, mereka hidup pas-pasan sehingga untuk ikut menanggung ibunya mereka kesulitan biaya. Untuk minta kepada kakak-kakaknya, dia tidak enak hati. Maka dia menyerah pada keputusan memasukkan ibu ke panti jompo. Sebuah ironi, karena dia dan istrinya adalah seorang guru.

Anak kelima, seorang perempuan yang bekerja sebagai seorang sekretaris. Menangis setelah membaca surat dari ibunya. Suaminya bekerja sebagai manager di perusahaan ternama. Suaminya pada awalnya adalah orang baik, tapi di saat-saat tertentu mempunyai kepribadian ganda di luar kesadarannya. Sering memukul istrinya tanpa alasan yang jelas dan menteror dengan kata-kata yang kasar. Anak kelima korban kekerasan dalam rumah tangga namun tidak berani melapor karena kasihan dengan anaknya yang masih kecil-kecil. Sudah pasti, ibunya tidak mungkin tinggal bersamanya. Dia tidak ingin ibunya tahu bahwa sebenarnya dia sangat menderita. Dan ibunya tidak pernah tahu, karena itu dia setuju saja saat ibunya dimasukkan ke panti jompo karena itu jalan terbaik untuk saat ini.

Mereka berlima akhirnya menjenguk ibunya ke panti jompo, mengajak anak, suami dan istri masing-masing. Semua bertekad, akan membawa ibu ke rumah mereka masing-masing seperti apa yang sebelumnya mereka lakukan. Mereka tidak ingin dianggap anak yang tidak tahu membalas kasih sayang orang tua. Mereka berjanji akan saling membantu untuk biaya ibu sehari-hari. Mereka bertekad untuk bersama-sama membahagiakan ibunya, terutama di hari tuanya. Biarkan ibunya merasa senang tinggal dengan cucu-cucunya.


( Dikutip dari http://sosok.kompasiana.com/2013/09/...ya-591209.html)

NOTE: Saya menulis artikel ini BUKAN sekedar untuk mencari cendol atau mendapatkan rate. Ini hanya sebagai bahan sharing dan introspeksi diri kita masing-masing dan mengingatkan kita agar tidak melupakan siapa yang telah melahirkan dan membesarkan kita dengan susah payah. Semoga artikel ini bisa mengingatkan kita betapa penting dan berharganya orang tua kita.



THREAD ANE YG LAIN (SILAHKAN MAMPIR)

Spoiler for SILAHKAN BUKA:
Diubah oleh blihape 24-10-2014 07:48
0
5.8K
44
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan