Teruntuk dikau yang nantinya akan dipertemukan Tuhan denganku, Bacalah sepintas ungkapan sederhana dariku.
Teruntuk dikau yang akan bersatu denganku oleh karena kuasa Tuhan, dengarkanlah sejenak harapku padamu.

Akankah nanti kita selalu bersatu padu dalam mengendalikan bahtera untuk menerjang ombak yang selalu siap mengombang-ambingkan kita?
Dapatkah dikau membantuku mengendalikan haluan yang begitu sukarnya untuk kuputar ketika karang menghadang?

Aku tidak meminta dikau mencintaiku dengan apa adanya diriku saat ini. Pastilah nanti aku berubah menjadi manja, cerewet, mengatur, ataupun menjengkelkan.
Aku meminta dampingilah diriku kini dan nanti sebagaimanapun yang akan terjadi.
Seperti aku akan mendampingimu ketika kau lemah, mengidam, dan memasak yang terlalu asin untukku.

Marilah berkompromi dengan intim denganku soal anak, meski kita sedang dilanda masalah suami-istri.
Berunding untuk kebaikan rumah tangga kita dan para malaikat yang Tuhan percayakan untuk kita.

Sayangilah aku ketika rambutku memutih dan akhirnya botak. Sayangilah aku ketika tubuhku tidak sebaik kini, dan mulai buncit sebagai lelaki tua. Tidak kekar lagi seperti yang kau kagumkan kini.
Seperti aku akan tetap menyayangimu ketika dikau menopouse, bungkuk, dan keriput.
Aku berjanji akan selalu menjagamu sepenuh nyawaku walau mengangkat ember air-pun aku tak sanggup

Karena aku sadar, akan tiba saatnya nanti dimana kita saling menyalahkan, dan menyebalkan satu sama lain.
Akan tiba masanya dimana kita berdua pikun dan lupa banyak hal.
Tapi yang selalu ku ingat adalah aku mencintaimu, dan tak akan berpisah sampai yang mempersatukan berkehendak