jetkoletAvatar border
TS
jetkolet
Tolak ISIS dengan ini
Spoiler for Assalamualaikum:


Spoiler for Ilustrasi:



Siang itu matahari begitu menyengat di sebuah kampung yang dekat dengan lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur. Warga kampung melakukan aktifitas secara normal meski terlihat jelas gurat kelelahan dan rasa putus asa dari wajah-wajah mereka karena menunggu realisasi ganti rugi yang tak kunjung terpenuhi.


Mendadak kampung itu menjadi ramai karena kedatangan beberapa anak muda yang menamakan diri aktivis HTI, mereka membagikan selebaran dari rumah ke rumah layaknya ketika mereka melakukan pembagian selebaran di masjid-masjid habis salat jum’at. Bahkan mereka mengajak warga untuk berkumpul sejenak.

“Maaf mas, apa isinya ini, koq banyak Bahasa Arabnya..?” Tanya Pak Udin, salah satu dari warga yg hadir.

“Maaf pak ya, yang tertulis itu adalah gagasan dari kelompok kami untuk mengatasi permasalahan bangsa termasuk masalah lumpur Lapindo”, jawab salah satu aktivis yg bernama Reza.

Para warga yang hadir saling berpandangan, mereka seakan-akan kompak dalam hatinya mengatakan, “mana mungkin..?”

Saking penasarannya Pak Udin kemudian melanjutkan pertanyaannya lagi, “Dengan apa anda atau kelompok anda tadi mengatasi bangsa, juga mengatasi penderitaan kami akibat lumpur Lapindo ini..”?

Para aktivis HTI sekarang yang kompak senyum, dalam hati mereka berkata, pertanyaan inilah yang kami tunggu-tunggu. Kemudian salah satu dari aktivis tadi dengan percaya diri menjawab, “Begini pak, kami akan mengatasi problem bangsa dan anda semua yang kesulitan ini dengan khilafah, kami akan membebaskan anda semua dari sistem kufur yg selama ini diterapkan di Indonesia..!!!”

“Khilafah..? kufur…??? Jawab warga bersamaan…

Pak udin melanjutkan pertanyaan dengan nada penasaran, “khilafah itu apa sih mas..?”

Belum sempat Pak Udin melanjutkan pertanyaannya, Reza mengatakan, “Begini saja pak, mari kita berkumpul di rumahnya kiai kampung sini, biar dia nanti yang dialog dengan kami, sampean semua yang mendengarkan biar paham, gimana..?”

Mereka akhirnya sepakat menuju kediaman seseorang yang dikenal sebagai kiyai di kampung tersebut.

Sejatinya, kiyai kampung itu sudah capek karena membantu perjuangan nasib warga korban lumpur Lapindo, tetapi karena aktivis ini ngotot, maka dilayani permintaan dialognya.

Dengan raut muka keikhlasan, kiyai kampung tadi kemudian mengajukan pertanyaan kepada para aktivis yang ngotot tadi. “Apa yang anda ketahui tentang Nabi Muhammad menurut nash..,?”

“Beliau adalah basyarun mitslukum yuha, Muhammad adalah manusia yang mendapat wahyu,” jawab Reza setelah terlebih dulu berbisik dengan teman-temannya.

Kiyai kampung tadi kemudian melanjutkan pertanyaannya; “Apakah ada nash qoth’inya bahwa nabi adalah sebagai mulk (penguasa) sebagaimana Nabi Sulaiman dan Nabi Daud..?”, tanya kiai kampung…

Mendengar pertanyaan ini, para aktivis nampak kaget dan saling pandang, mereka saling berbisik dan tak bisa menunjukkan dalilnya sebagaimana yang ditanyakan kiai kampung, tapi sudah bisa ditebak, mereka tetap ngotot.

“Tetapi kenyataannya, Nabi Muhammad pernah memimpin perang dan masyarakat, jadi jelas sistem khilafah telah dijalankan nabi,“..,jawab salah satu dari mereka dengan yakin.

Lalu kiai kampung tadi menjelaskan bahwa yang dilakukan nabi adalah merupakan tuntutan kehidupan bermasyarakat, istilah dalam ushul fiqh-nya, hal itu merupakan dimensi basyariah (kemanusiaan) nabi, dan bukan masalah syar’i. Hal itu, sama dengan ketika nabi mengembala kambing dan berdagang, semua itu masuk dalam dimensi basyariah tadi. Artinya, kita tidak harus ikut mengembala kambing atau harus menjadi pedagang.

“Jadi, yang kita ikuti dan teruskan adalah dimensi syar’inya, bukan basyariahnya… Sebab kalau dimensi basyariahnya yang kita ikuti, maka kita sekarang ya harus makan kurma, naik unta, rumah dan pakaian kita juga harus seperti nabi,” jelas kiai kampung panjang lebar.

“Soal bahwa nabi ikut memimpin perang dan masyarakat, lanjut kiyai kampung tadi.., hal itu adalah peran ganda Nabi Muhammad sebagai anggota masyarakat. Persis seperti kiai-kiai NU dulu yang juga ikut berperang mengatur masyarakat ketika melawan penjajah. Tidak berarti kiyai-kiyai tadi sebagai khalifah atau penguasa, namun tetap menjadi pembimbing moral masyarakat”

Mendengar jawaban panjang lebar dari kiyai kampung tadi, para aktivis pengusung khilafah hanya terbengong, mereka terdiam seribu bahasa. Perasaan mereka campur aduk antara malu dan lainnya.

Sementara warga meski kurang paham dengan yang disampaikan oleh kiai kampung, ikut-ikutan menghela nafas dan berpandangan dengan rekan-rekannya. Mereka merasa bangga dengan kiai kampung tadi, yang selama ini telah tanpa pamrih membantu mereka termasuk mencairkan ganti rugi dari pihak Lapindo, selain itu juga ternyata kiai kampung yang selama ini sering menjadi imam sholat di musholla kecil depan rumahnya ternyata pemahaman agamanya lebih dari yang mereka ketahui selama ini.

Tak terasa, tanpa disadari air mata para warga mulai menetes satu persatu, mereka merasa bangga dengan kiprah dan perjuangan kiai kampung yang tanpa pamrih, yang bgitu ikhlas…

Para aktivis juga ikut-ikutan termenung, pikirannya jauh menelaah apa yang disampaikan kiai kampung tadi…, mereka seakan mendapatkan pelajaran dan pemahaman baru tentang Islam terutama tentang perannya dalam konsep bernegara. Hal itu sangat jelas dari penjelasan kiyai kampung tentang kiprah dan kedudukan Nabi Muhammad SAW dalam bermasyarakat.

SUMBER

Spoiler for JANGANDIBUKA:



Spoiler for Maaf:
been.tankAvatar border
been.tank memberi reputasi
1
2.9K
26
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan