zapataAvatar border
TS
zapata
Saya Mau Membenci Prabowo tapi...
Saya mau membenci Prabowo ketika ia bilang dalam pidatonya bahwa demokrasi tidak sesuai dengan karakter bangsa dan pemilihan langsung tak cocok di Indonesia. Tapi tak lama kemudian dalam suatu diskusi, seorang sarjana Australia menanyakan hal ini kepada Prabowo. Menanggapi pertanyaan itu, Prabowo mengatakan bahwa ia adalah seorang demokrat sejati. Jawaban Prabowo membuat saya malah bingung dan mengurangi kebencian saya. Malahan saya khawatir bahwa ia barangkali tak mengerti apa yang pernah ia utarakan.

Saya mau membenci Prabowo ketika ia bilang bahwa ia menang dalam quick count yang dibuat oleh lembaga-lembaga pendukungnya. Kok bisa ia menolak quick count lembaga-lembaga kredibel yang terbukti akurat pada pemilu sebelumnya. Namun ketika lembaga-lembaga survey miliknya menjadi sorotan dan bahkan dikeluarkan dari organisasi survey, saya justru tak lagi membenci tapi malah khawatir bahwa ia akan mencari jalan lain. Sayang jalan lain yang ditempuh justru membuat saya semakin cemas dengan keadaan Prabowo. Kali ini RRI yang dituduh tidak netral oleh kubu Prabowo sekalipun RRI sudah mendapatkan lisensi untuk melakukan survey.

Saya begitu muak melihat Prabowo kemudian meminta masyarakat untuk menunggu hasil pengumuman KPU setelah lembaga-lembaga survey yang membela dia rontok satu persatu. Namun kegigihan para relawan yang mengawasi proses rekap dan pengunduhan ke website KPU serta membuat bank data salinan dari KPU membuat saya gemetar dan sedih akan keadaan Prabowo. Saya tak lagi muak dan benci justru kasihan.

Saat ini Prabowo dan tim-nya malahan mengusulkan agar KPU menunda rekap nasional lantaran adanya kecurangan yang terjadi saat pemilihan. Waduh? Saya semakin bingung. Prabowo ku benci karena dia lebih tegas daripada Jokowi, seperti yang dibilang oleh pendukungnya. Mantan Jenderal ini juga membuatku benci karena ia dikenal oleh penggemarnya sebagai orang yang berjiwa pemimpin dan kesatria. Namun ketika ketegasan Prabowo berubah menjadi melempem dan inkonsisten, kebencian saya sama sekali memudar dan bahkan beralih menjadi rasa prihatin dan kasihan atas kesehatan mental calon presiden dari partai Gerindra ini.

Dengan membesarnya rasa prihatin saya, bersamaan dengan itu rasa kebencian saya muncul terhadap calon presiden Jokowi. Bagaimana tidak? Sebab Jokowi tak mau mundur dari pencalonan lantaran harus berhadapan dengan orang yang terganggu mentalnya. Memang harus diakui bahwa sikap Jokowi untuk membiarkan Prabowo menjadi presiden versi Puskaptis dan TVone patut diacungi jempol. Namun alangkah baiknya jika ia juga mengirimkan relawan-relawan ahli jiwa untuk membantu mengobati gangguan mental Prabowo dan kubunya agar pemilihan presiden ini berjalan adil.

*catatan ini ditulis dengan gaya sarkasme, jadi tidak bisa diambil maknanya begitu saja....kecuali jika anda menggunakan logika orang-orang yang nyolong sapi.
Diubah oleh zapata 20-07-2014 02:12
0
4.5K
67
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan