idiotnewbieAvatar border
TS
idiotnewbie
Prabowo, Bagian 2: “Saya anak kesayangan Amerika.” Sang Jenderal Nasionalis dan Ameri
1 Juli 2014

Oleh Allan Nairn

Ketika kami bertemu di Jakarta pada 21 Juni dan 2 Juli 2001, Jenderal Prabowo berbicara panjang lebar tentang kerja-kerjanya bersama dan untuk Amerika Serikat.

Kepada saya Prabowo berkata, "Saya anak kesayangan Amerika."

Ia mengatakan bahwa dirinya "berkawan baik" dengan intelijen Amerika, melapor kepada mereka "mungkin seminggu sekali atau lebih." Ia juga mengaku berperan sebagai perantara pesan dari Amerika ke Suharto. Bahkan ia membantu pasukan Amerika masuk ke Indonesia untuk menggelar latihan militer Pentagon mempersiapkan “rencana siaga (contigency plan) untuk memasuki Indonesia”, atau “serangan siaga (the invasion contingency).”

Namun saat kami berbincang, visa Prabowo baru saja ditolak Amerika.

Perasaan pahit dalam dirinya sangat terasa waktu itu.

Mudah untuk mengetahui apa sebabnya.

Selama bertahun-tahun menyiksa dan membantai, Prabowo telah melayani kepentingan Washington. Amerika membekingi dia dengan sponsor, senjata, dan pujian publik.

Prabowo bukan saja satu-satunya seorang perwira Indonesia yang paling mendapat pelatihan intensif dari AS. Sejauh yang saya ketahui, Prabowo sekaligus binaan (protege) Washington, mungkin binaan yang paling dekat dengan Washington dalam tubuh TNI/ABRI. Sebagian besar kekuasaan Prabowo didapatnya dari fakta bahwa ia orang Washington sekaligus orang Suharto.

Namun begitu kalah dalam persaingan internal militer tahun 1998, seketika itu pula AS mencampakkannya dan beralih pada musuh bebuyutan Prabowo (Wiranto). Sementara kini AS kerap mengkritiknya atas kejahatan-kejahatan yang ia lakukan dengan dibekingi AS, dan lebih dari itu, mempermalukan Prabowo dengan menolak visanya.

Ketika Prabowo mengeluh pada saya tentang betapa loyalnya ia semasa mengabdi ke Washington, jelas bahwa ia tidak membesar-besarkan ucapannya. Ia sekadar mengungkap kenyataan.

----

Prabowo mengatakan bahwa ia "selalu merasa bersama AS. Kebiasaan ini saya dapat dari keluarga saya.”

Meski sebelumnya menjabat menteri di pemerintahan Sukarno, presiden pertama Indonesia, ayahanda Prabowo terlibat dalam operasi yang dibekingi CIA untuk menggulingkan Sukarno.

Prabowo mengatakan bahwa ia tumbuh bersama sentimen antikomunis ala Amerika dan bahwa ia mendukung Amerika untuk kasus-kasus seperti invasi ke Kamboja dan Afghanistan.

Tanggal 17 Juli 2013, dalam pidatonya di hadapan pejabat pemerintah dan pemimpin korporasi AS, Hashim Djojohadikusumo, sang milyarder, mengatakan:

"Prabowo sangat pro-Amerika. Ia duduk di bangku SMA Amerika, sekolah dasar Amerika. Saya mau mengatakan, seumur hidupnya ia mengenyam pendidikan di sekolah Amerika. Ia masuk Kopassus, [dilatih] di Fort Benning, Fort Bragg. Saya juga pro-Amerika. Baru-baru ini saya menanam modal besar-besaran di California, di bisnis minyak. "

Hashim berjanji, jika Prabowo menjadi Presiden Indonesia: "Ya, Amerika Serikat akan menjadi mitra yang istimewa dalam pemerintahan Gerindra.”

(GERINDRA adalah partai politik Prabowo yang didanai diantaranya oleh Hashim. [lihat tautan video, 56:32])

Dua bulan sebelum pertemuan perdana kami, saya menyaksikan Prabowo berbicara di hadapan pertemuan investor dan elit militer Amerika dan Indonesia (Van Zorge conference, 2001). Pidatonya disambut meriah oleh hadirin.

Prabowo mengaku memegang teguh doktrin dua jenderal Amerika di era Perang Sipil, William Tecumseh Sherman dan Ulysses S. Grant (yang kelak menjadi presiden). Dalam perang, kedua jenderal memakai taktik yang sesekali memakan banyak korban warga sipil.

"Saya lebih tahu sejarah Amerika daripada sejarah Indonesia," tuturnya.

-----

Ketika kami berbincang, saya terkejut oleh emosi Prabowo manakala ia membicarakan Amerika.

Dengan amarah yang kian memuncak, Prabowo bercerita tentang bagaimana kawan-kawannya sesama perwira Indonesia sering mengejeknya, menyebut dirinya "perwira Amerika" karena kedekatannya yang luar biasa dengan AS.

Ia menjelaskan bahwa mereka mengolok-olok dirinya –serta memberi isyarat dia kurang jantan-- karena bahasa Inggris Prabowo sangat bagus dan ia sering menghabiskan waktunya bersama orang asing.
Prabowo mengatakan bahwa ia "sangat akrab dengan DIA (Defense Intelligence Agency, Badan Intelijen Pertahanan AS) sejak era George Benson."

Selama sekian dekade, Benson keluar-masuk Indonesia untuk kepentingan intelijen AS.

Benson bekerjasama dengan elemen-elemen ABRI dalam operasi penggulingan Sukarno yang dibekingi AS, menyediakan bantuan intelijen Amerika untuk serbuan ke Padang, Sumatra Barat, tahun 1958. (Lihat "In memoriam: George Benson: a true friend of Indonesia").

Kelak, Benson secara efektif menggelar operasi-operasi terselubung anti-Sukarno yang melibatkan ABRI dan AS. Operasi-operasi ini berlangsung menjelang penggulingan Sukarno, di tengah pembantaian massal yang dibekingi AS dan menelan koran ratusan ribu warga sipil Indonesia (Lihat "Pretext for Mass Murder: The September 30th Movement and Suharto's Coup d'Etat in Indonesia," studi monumental tentang yang diantaranya membahas peranan Benson dan Amerika).

Berkat prestasinya selama di Indonesia, Kolonel Benson masuk ke dalam jajaran orang kondang di DIA.

Setelah pensiun dari DIA, Benson mewakili Pertamina di Washington dan menjadi promotor utama masuknya korporasi Amerika ke Indonesia. Tahun 1994, Benson, lingkaran Prabowo, serta para tokoh bisnis, diplomatik, dan intelijen Amerika turut mendirikan United States-Indonesia Society (USINDO). Fungsi USINDO adalah melawan gerakan-gerakan akar rumput yang menuntut pemerintah AS memutus bantuan militernya ke ABRI (saya sangat terlibat di dalam gerakan tersebut). USINDO juga giat mempertahankan kepentingan korporat AS di Indonesia, misalnya perusahaan tambang raksasa Freeport McMoRan.

Sumitro (ayahanda Prabowo) dan Hashim (adik Prabowo) duduk di dewan USINDO. USINDO bahkan mendirikan sebuah perkumpulan sebagai penghormatan untuk Sumitro. Perusahaan-perusahaan yang selama ini menyokong USINDO termasuk Lippo Group, Freeport McMoRan, Texaco, Mobil, Raytheon, GE, Hughes Aircraft and Merril Lynch. Melalui istrinya, Titiek, yang tak lain adalah putri Suharto, Prabowo dikabarkan mulai terjun ke bisnis bersama Merril Lynch.
Di hadapan USINDO inilah Hashim berpidato di tahun 2013 di Washington. Dalam pidato itu, ia berjanji pemerintahan Prabowo kelak akan memperlakukan AS sebagai "mitra istimewa." (lihat tautan di atas).

-----

Prabowo menceritakan kepada saya bahwa "ia rutin berhubungan lewat telepon dengan intel Amerika, McFertridge, dan lain-lainnya, mungkin seminggu sekali atau lebih."

Yang ia sebut McFertridge ini merujuk kepada Kolonel Charles D. (Don) McFetridge, orang DIA. McFertridge adalah salah seorang penerus Kol. George Benson di Indonesia dan menjabat Atase pertahanan Amerika di Jakarta (1994-98).

McFertridge juga berhubungan langsung dengan Kol. Chairawan, komandan Grup 4 Kopassus yang saat itu dikepalai Prabowo. Informasi ini didapat dari sejumlah wawancara saya dengan Chairawan dan para pejabat AS.

DIA bekerjasama dengan Prabowo dan Chairawan, khususnya ketika mereka terlibat dalam penculikan, penyiksaan dan pembunuhan aktivis-aktivis Jakarta (1997-98).

Tiga belas orang yang diculik itu masih hilang. Diduga telah meninggal.

Salah seorang kepala tim kampanye Prabowo, Jenderal Kivlan Zen, mengatakan bahwa ia tahu dimana mayat para korban penculikan itu dikubur.

Kol. McFertridge, yang pernah mengajar di Seskoad (Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat), kemudian turut mengurusi keamanan untuk raksasa migas multinasional, British Petroleum (BP), khususnya pada proyek ekstraksi gas BP-Tangguh di Papua Barat.

----

Prabowo mengatakan kepada saya bahwa ia tidak berhubungan dengan CIA, tapi DIA.

Ia jelaskan bahwa kerjasama CIA adalah dengan BAKIN, yang melapor secara langsung ke panglima angkatan bersenjata.

Prabowo menekankan, dalam militer Indonesia, rasa hormat terhadap orang-orang DIA adalah wajar. "Jika seorang atase AS menghubungi kepala staff ABRI dan ingin mengadakan pertemuan, pertemuan itu akan terselenggara."

Prabowo mengatakan, sedemikian besar kepercayaan AS kepada dirinya sehingga mereka menggunakannya untuk menyampaikan pesan ke sang mertua, Suharto.

Ia mengatakan, pada satu momen ketika pergolakan tahun 1998 yang sukses melengserkan Suharto memuncak, para rekanan Amerika membisikkan kepada Prabowo bahwa pemerintah AS telah mengambil sikap: Suharto tak berguna lagi.

Ia mengisahkan, ia menemui Suharto dan menyampaikan pesan bahwa AS "tidak lagi bersama Anda."

Namun, lanjut Prabowo, Suharto menjawab: "Tidak, Amerika masih bersama saya. Orang [Washington] DC baru saja kemari dan memberi tahu saya."

Menurut Prabowo, saat itu Suharto "marah dan mengusir saya."

Keterangan Suharto maupun Prabowo kemungkinan sama-sama benarnya.

Seiring Suharto kehilangan kekuasaan untuk bertindak represif, AS pun beralih mencampakkannya, seperti yang telah mereka lakukan terhadap banyak pemimpin negara lainnya.

Hanya saja kali ini, Amerika menarik dukungan tersebut dengan perasaan pahit dan disertai pula dengan perpecahan di kalangan pejabat militernya.

Sangat masuk akal seandainya Prabowo dan Suharto masing-masing menerima pesan yang berbeda dari orang Amerika yang berbeda.

----

Penuturan Prabowo kepada saya tentang hubungannya antara dirinya dan intelijen Amerika sesuai dengan keterangan yang saya dapatkan langsung dari sejumlah pihak.

Saya tulis dalam laporan saya selama krisis 1998: "Seperti yang digambarkan salah seorang pejabat kedutaan kepada saya, ketika penculikan para aktivis sedang gencar-gencarnya berlangsung: “Prabowo anak kesayangan kami; ia orang yang tak mungkin melakukan kesalahan.” (The Nation [AS], edisi 15 Juni 1998, artikel ini diterbitkan di bulan Mei).

Pada tanggal 26 Mei 1999, dalam sebuah wawancara di kediamannya di Jakarta, salah satu arsitek mesin intelijen Indonesia, Laksamana Sudomo, bekas pangkokamtib-nya Suharto yang juga dilatih AS, menyatakan pada saya bahwa "Prabowo juga menjalin hubungan intelijen yang erat dengan AS." (Untuk latar belakang wawancara ini, lihat posting saya tanggal 7 Desember 2007, "Imposed Hunger in Gaza, The Army in Indonesia. Questions of Logic and Activism.").

Namun pekerjaan Prabowo untuk AS jauh melampaui urusan intelijen. Seperti Prabowo gambarkan pada saya, ia pernah bekerjasama dalam aksi-aksi militer AS, termasuk membawa pasukan AS ke wilayah Indonesia.

Pernyataan-pernyataan Prabowo sepenuhnya sesuai dengan dokumen-dokumen internal Pentagon dan Departemen Luar Negeri AS, yang diantaranya memberikan sandaran atas klaimnya bahwa ia telah memfasilitasi perencanaan invasi Amerika.

Dokumen-dokumen tersebut juga mengindikasikan sesuatu yang tidak disebutkan Prabowo pada saya: bahwa Pasukan Khusus AS yang dibawa masuk oleh Prabowo melakukan setidaknya dua operasi rahasia di Indonesia yang dideskripsikan Pentagon di hadapan Kongres AS sebagai "[Beberapa] Aktivitas terpisah .... [dan] dirahasiakan."

Dokumen-dokumen itu juga memperjelas bahwa, dari kacamata pemerintah AS, Pentagon memanfaatkan Prabowo untuk melemahkan kaum nasionalis Indonesia.

----

Sepanjang kolaborasinya bersama AS yang berlangsung selama karir Prabowo di kemiliteran, seringkali Prabowo ditangani secara langsung oleh pejabat-pejabat Pentagon dari anak tangga kekuasaan tertinggi di AS.

Termasuk diantaranya, Sekretaris Pertahanan (Secretary of Defense), Panglima Komando Pasifik (Pacific Commanders in Chief) dan Panglima Operasi Khusus AS (US Special Operations Commanders).

Saya melaporkan di tahun 1998: "Meskipun kegemaran pribadi Prabowo melakukan kekejaman sudah melegenda (seorang Timor Timur menceritakan pada saya bahwa kaki dan giginya pernah dibikin diremuk oleh Prabowo), para pejabat tinggi AS tetap menyanjung-nyanjung dia ketika krisis di Indonesia semakin parah awal tahun ini. Pada bulan Januari, Sekretaris Pertahanan AS William Cohen memuji KOPASSUS sebagai kesatuan yang “sangat mengesankan … disiplin.” (The Nation [AS], edisi 15 Juni 1998, artikel ini diterbitkan di bulan Mei).

Ketika itu saya menulis: "[Cohen] terang-terangan menolak untuk menghimbau ABRI agar menahan diri dalam berurusan dengan demonstrasi-demonstrasi di jalan. Ditanya tentang keseluruhan pesan yang disampaikan dalam kunjungan-kunjungan tersebut, salah seorang pejabat mengatakan, '[Pesannya] sederhana saja. AS dekat dengan militer [Indonesia] dan mencintainya.' Asisten Sekretaris Negara AS, Stanley Roth, baru-baru ini sering makan malam [bersama Prabowo]. Ketika Sekretaris Cohen melawat ke sini, ia membuat semua orang di Jakarta curiga karena main ke markas KOPASSUS dan menghabiskan tiga jam bersama Prabowo..." (The Nation [AS] edisi 30 Maret 1998).

Sebuah buku yang ditulis oleh Dana Priest, jurnalis Washington Post yang mewawancarai para perwira AS yang bekerjasama dengan Prabowo, mengatakan bahwa Prabowo "menjadi dikenal di kalangan korps diplomatik di Jakarta sebagai 'orangnya Washington di Indonesia.'"

Priest melaporkan bahwa di masa mudanya Prabowo "dengan cepat menjadi orang favorit militer Amerika, yang darinya ia meraih pengalaman dan penghargaan."

Priest mengisahkan ulang sebuah cerita tentang bagaimana Prabowo menyambut secara meriah seorang komandan AS yang berkunjung (Commander in Chief of the US Pacific Command [CINCPAC], Laksamana Joseph Prueher) dengan menggelar unjuk kebolehan spesial ala Kopassus untuk menghormatinya:

"Prabowo mengakhiri satu mata acara untuk ... Prueher dengan pasukan [Prabowo] berbaris berjajar menyanyikan versi Indonesia dari lagu Divisi Udara ke-82 Amerika. "Gejolak adrenalin di barisan kursi terdepan sangat terasa, kata seorang pengamat. Prueher senang dan gembira " (Dana Priest, “The Mission: Waging War and Keeping Peace with America's Military," Norton, 2004.)

Cerita ini contoh menarik, Prabowo mengatakan pada saya bahwa ada orang-orang Pentagon lain dengan hubungan lebih dekat dengan Prabowo dari sekedar Prueher.

Satu orang komandan lagi yang ia catat adalah CINCPAC yang bertugas antara Maret 1991-Juli 1994, Laksamana Charles R. Larson, yang kelak menjabat direktur Northrop Grumman Corporation. Prabowo bahkan menuturkan gosip internal Gedung Putih -Pentagon tentang Laksamana Larson, yang menyatakan bahwa Larson tengah diperhitungkan untuk mengisi posisi CNO [Panglima Operasi Angkatan Laut AS, posisi tertinggi dalam tubuh Angkatan Laut AS], tetapi malah menjadi komandan Annapolis [akademi kadet Angkatan Laut AS]."

lanjutannya : baca sendiri
0
2K
8
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan