comANDREAvatar border
TS
comANDRE
Marketingnya Jokowi Payah!
Sebagai pelaku dunia advertising, namanya iklan dan kampanye merek apa aja pasti dlilihatin dan dibahas. Bahkan iklan Mastin sekalipun, walaupun akibatnya jingle sialan itu nempel di kepala (“KABAR GEMBIRA UNTUK KITA SEMUA…KULIT MANGGIS, KINI ADA EKSTRAKNYAAAA….” Aaaaaaaargghhh!!!) Kampanye capres pun tidak luput dari perhatian gw. Dan salah satu yang bikin gemes adalah kampanye capres Jokowi-JK. Kenapa?

Karena menurut gw kampanye Jokowi-JK BERANTAKAN BANGET.

Gw melihat bentuk kampanye Jokowi, entah itu di TV atau media sosial, seperti gak berpola. Hestek aja macem2, gak ada satu yang dominan. Ada #JokowiAdalahKita, ada #SalamDuaJari, #RevolusiMental, #JKW4P, #JokowiDay, dll, dll. Heran, hestek aja gak bisa seragam, harus macem2. Begitu juga dengan organisasi relawan, gak karu2an rasanya. Ada Kawan Jokowi, ada JANGKAR, ada Generasi Optimis, Bara JP, dll, dll.

Website pun acakadul. Ada jokowicenter.com, ada gerakcepat.com, ada faktajokowi.com, dan masih banyak lagi. Dan sampai sekarang gw gak tahu yang mana akun Twitter resmi Jokowi-JK yang harus diikuti, karena ada beberapa.

Kemudian urusan grafis. Heran, masalah grafis yang digunakan aja gak ada kesepakatan. Bentuknya macem2. Contohnya:



(ngeselin kan? Gak kompak, pada beda2 sendiri)

Kemudian urusan video YouTube aja. Berasa gak ada pola yang sama. Setiap video dukungan terasa beda-beda pesan dan stylenya, seenak udel yang bikin. Contohnya:







Kenapa sih gw emosi? Karena bagi praktisi komunikasi iklan, brand campaign seperti gw, gak ada yang lebih menakutkan daripada sebuah campaign yang tidak sinkron, tidak kompak, style yang berbeda-beda satu dengan yang lain, slogan yang beragam. Mengapa hal ini umumnya dibenci oleh praktisi iklan dan pemasaran? Karena ada dua hal:

1. Efektivitas pesan. Sebuah merek yang dalam satu periode tertentu berbicara hal yang berbeda-beda, maka ditakutkan audiens yang ditargetkan akan menjadi bingung. Sebenarnya pesan utamanya apa sih dari merek ini? Kami praktisi iklan biasanya menganjurkan kepada client agar punya pesan yang konsisten dan terintegrasi (bahasa kerennya IMC: Integrated Marketing Campaign). Maksudnya, silahkan berkomunikasi dengan berbagai saluran (iklan TV, cetak, radio, billboard, digital, event, dll.), tapi mbok ya pesannya rapih dan sebisa mungkin cukup satu pesan, satu slogan. Agar kemanapun target audiens menoleh, dia melihat pesan yang sama dan konsisten, jadi lebih “nempel” di benak pikiran. Selain pesan, gaya berkomunikasi juga dianjurkan untuk sama. Jangan sampe ada yang alay, ada yang hipster, ada yang dangdut pantura, semua campur aduk jadi satu. Jelek tuh buat brand-nya, kalau kata praktisi komunikasi pemasaran.
2. Efisiensi biaya. Kampanye iklan bukan hal yang murah. Membeli slot iklan TV itu mahal sekali, apalagi di acara populer seperti YKS, Dahsyat, dll. Apalagi ditambah memasang iklan di koran, di website, dll. Pesan yang berbeda-beda dengan gaya yang beragam membuat kemungkinan audiens menangkapnya menjadi berkurang, sehingga efisiensi biaya dipertanyakan. Karena itu dalam komunikasi pemasaran ditekankan kampanye yang rapi, sinkron, dan terintegrasi agar budget yang dikeluarkan client bisa optimal.

Karena itulah gw gemetz, gemetz, gemetz ngeliat betapa berantakannya komunikasi kampanye Jokowi. Tampak jelas tidak ada koordinasi dan komando yang jelas, sehingga hestek, slogan, tema, dan judul berkembang majemuk tergantung siapa yang membuatnya. Nah, kebetulan dalam dua kesempatan gw berinteraksi dengan pihak-pihak yang terlibat langsung dengan tim kampanye Jokowi-JK, dan gw selalu mengeluhkan hal yang sama:

“Gaes, kenapa sih komunikasi Jokowi gak kompak gitu? Hestek aja gak bisa disatuin, gimana sih? Gak ada koordinasi yang rapi ya di antara kalian”

Dan anehnya, dua kali juga gw mendapat jawaban yang sama:

“Gak pa-pa mas, karena itu inisiatif sukarela pendukung. Kita biarkan mereka berekspresi sendiri2…”

Jujur awalnya gw gak puas banget denger jawaban itu. Sebagai praktisi iklan yang sudah mengerjakan berbagai kampanye brand belasan tahun, rasanya gemas melihat pelanggaran “prinsip-prinsip dasar komunikasi pemasaran” di depan mata. Sebagai simpatisan Jokowi-JK, tentunya tanpa sadar default setting gw adalah berharap “brand” Jokowi-JW bisa dikomunikasikan seefektif dan seefisien mungkin, layaknya brand-brand komersial umumnya. Gak apa-apa sih sukarela pendukung, tapi mbok ya dikomando dengan rapih. Pengennya, hanya ada SATU website untuk seluruh kegiatan kampanye mereka. Cukup satu saja hestek yang digunakan, satu design grafis, satu slogan, dan satu akun Twitter untuk kampanye. Kan enak dilihatnya? Kompak, konsisten, terintegrasi!

Tetapi setelah gw renungkan kemarin (dibantu dengan mencret2 karena keracunan makanan), gw mendapat pencerahan lain.

Komunikasi kampanye Jokowi-JK terkesan “berantakan”, karena diciptakan tulus oleh masyarakat pendukungnya yang juga plural, tanpa komando.

Apa yang dianggap oleh teori text-book komunikasi pemasaran sebagai kesalahan yang harus dihindari, justru menunjukkan sejatinya “brand” Jokowi. Yaitu “brand” yang dilahirkan bersama, dari rahim ide kita semua yang majemuk ini. Mereka yang rapper, mereka yang penulis, mereka yang pembuat film, mereka yang blogger, mereka yang mahasiswa, mereka yang politisi, mereka yang ibu rumah tangga, mereka yang petani, dan sejuta macam “mereka”. Gabungan jutaan “mereka” yang menjadi “KITA” inilah yang menyumbangkan mosaik sosok Jokowi. Dan itulah mengapa sosok Jokowi memiliki komunikasi beragam, “berantakan”, “tidak kompak”, karena dia menjadi milik kita bersama yang beragam juga. “Brand” Jokowi bukan merek yang didesign, di-engineer, dikonstruksi di sebuah kantor mewah perusahaan pemasaran. “Brand” Jokowi lahir dari kita yang Bhinneka.

Secara ilmu marketing, kampanye Jokowi bisa dibilang payah. Tetapi ini mungkin mencerminkan sosok beliau yang memang bukan seorang “marketer” ulung seperti Hermawan Kartajaya. Dia bukan pemasar mimpi, pengobral retorika. Tetapi dia adalah pelaku mimpi itu sendiri. Jokowi memang tidak pandai marketing, karena mungkin dia lebih memilih bekerja nyata daripada berjualan.

Selamat ulang tahun pak Jokowi. Marketing bapak memang payah! Tetapi justru dari situ saya melihat bahwa “brand” bapak memang milik kita. Bukan milik sekelompok elit yang pintar mendesain iklan, tetapi milik jutaan rakyat Indonesia, dengan beragam warna dan mimpinya, dengan segala ragam talentanya, dengan segala ke-Bhinneka-annya.

Tuhan memberkati bapak.

emoticon-Smilie


http://manampiring17.wordpress.com/2...-jokowi-payah/


Diubah oleh comANDRE 22-06-2014 04:51
0
6.4K
102
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan