sukirwanAvatar border
TS
sukirwan
berita yg berimbang
MAKASSAR – Debat calon presiden (capres)
tahap kedua yang digelar tadi malam dinilai jauh
lebih atraktif dibanding debat sesi pertama, satu
pekan lalu. Debat yang kali ini fokus pada tema
“Pembangunan Ekonomi dan Kesejahteraan
Sosial,” Prabowo Subianto dan Joko Widodo
(Jokowi) tampil tanpa didampingi cawapresnya
masing-masing.
Seperti biasa, Prabowo tampil bersemangat
membawakan konsep pembangunan ekonomi
bangsa secara makro. Sebaliknya Jokowi lebih
banyak memaparkan dari sudut ekonomi mikro.
Jokowi mengambil ukuran saat jadi Wali Kota
Solo maupun Gubernur Jakarta. “Kedua capres
ingin kemakmuran untuk rakyat. Yang berbeda
hanya cara penyajiannya saja. Khusus Jokowi
sifatnya lebih mikro, sedang Prabowo lebih
makro,” kata Ekonom Universitas Hasanuddin
Prof Muhammad Asdar kepada KORAN SINDO,
tadi malam.
Bagi Ketua Majelis Guru Besar Fakultas Ekonomi
Unhas ini, pemaparan program ekonomi Prabowo
lebih rinci dan jelas. Salah satu yang dia maksud
adalah pembangunan rel kereta api, pembukaan
sawah baru, sampai mencegah kebocoran uang
di negara yang langsung disebutkan angka-
angkanya. “Kedua capres juga menyampaikan
program yang bersentuhan langsung dengan
masyarakat. Hanya metodenya yang berbeda.
Jokowi lebih banyak pada pengalaman wali kota
dan gubernur. Sedangkan Prabowo dalam skala
lebih luas, sehingga lebih strategis,” jelasnya.
Sementara, pengamat politik dari Unhas, Adi
Suryadi Culla memuji debat capres kali yang
disebut telah memberikan edukasi politik kepada
masyarakat. Kedua kandidat capres dinilai
mampu memanfaatkan waktu menjelaskan
program-program dan visi-misi mereka lebih
gamblang kepada masyarakat. Bahkan, Adi
yakin, banyak pemilih mengambang atau yang
sebelumnya masih bingung menentukan pilihan,
langsung bersikap usai menyaksikan debat
selama sekitar dua jam di Jakarta.
Adi, yang juga kordinator SINDO Academic Forum
(SAF) Makassar mengemukakan, Prabowo
maupun Jokowi sama- sama sukses
memanfaatkan sesi debat mulai dari pendalaman
visi-misi, pengujian terhadap program ekonomi
oleh moderator, tanya jawab antar kandidat,
hingga sesi umpan balik pertanyaan. “Debat kali
ini sudah membuka ruang pencerahan politik
kepada masyarakat untuk memilih presiden.
Saya kira, dari debat, masyarakat sudah bisa
menentukan capres mana yang akan mereka
pilih. Sudah terjawab apa yang selama ini masih
menjadi tanda tanya masyarakat,” jelasnya.
Ketua Jurusan Hubungan Internasional Unhas
mengemukakan, kandidat pada sesi tiga dan
empat berdialog panjang tentang berbagai
masalah ekonomi bangsa. Mulai dari Dana
Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus (DAU/
DAK) dari Jokowi hingga Dana Alokasi Desa
(DAD) Rp1 miliar dari Prabowo. Lantas, siapa
yang unggul? Adi enggan mengoreksi atau
membanding-bandingkan keunggulan antara
capres. Menurut dia, pemaparan konsep ekonomi
capres sudah sangat jelas, dan masyarakat
dapat menilainya untuk dijadikan pedoman
memilih pada 9 Juli mendatang.
“Jokowi tampil memaparkan konsep ekonomi
berdikari, sedangkan Prabowo dengan konsep
ekonomi kerakyatan. Alur penyampaian sudah
terarah dan mudah dipahami. Dari berbagai
topik, hanya jawaban soal keluarga berencana
yang tidak gamblang,” jelasnya. Pada debat yang
dipandu moderator, Pakar Ekonomi dari
Universitas Brawijaya Malang, Ahmad Erani
Yustika, kedua kandidat juga memberikan
pembelajaran politik yang penting bagi
masyarakat.
Baik Jokowi maupun Prabowo, ujar Adi telah
memberi contoh yang baik dan menunjukkan
persaingan secara sehat. “Saling menghargai
dan bermartabat, tanpa saling menyerang
kelemahan masingmasing, yang mungkin malah
bisa kontra produktif dalam penilaian publik,”
jelasnya.
Penguasaan Materi Berimbang
Direktur Eksekutif PolcoMM, Heri Budianto
menilai, dalam debat kedua ini, baik Prabowo
maupun Jokowi telah menunjukkan kemajuan.
Keduanya memaparkan hal konseptual dan
konsisten, serta memberikan contoh konkret.
Tetapi, Prabowo lebih lugas, dan Jokowi kurang
kreatif.
Untuk sesi pertama, terlihat bedanya ketika
Jokowi memaparkan gagasan maritim, dan
ekonomi berdikarinya. Sementara Prabowo
ekonomi kerakyatan.”Tapi kelebihannya Prabowo
lebih unggul ketika implementasi program itu
dan darimana biayanya. Prabowo unggul dengan
nilai 9, dan Jokowi 8,” kata Heri di Jakarta.
Untuk sesi kedua dan ketiga, Heri menilai, baik
Prabowo maupun Jokowi seimbang. Dalam sesi
dua, Prabowo terlihat akan melanjutkan
program-program Presiden SBY, dan Jokowi
lebih ke tataran implementatif.
Dan sesi ke tiga, Prabowo fokus pada aspek
pertanian, dan Jokowi ke aspek pembenahan
birokrasi, sistem, dan pro buruh. “Maka, baik
Prabowo maupun Jokowi mendapatkan skor 8,”
jelasnya. Kemudian, lanjut Heri, Prabowo terlihat
sangat memahami laju pertumbuhan penduduk,
dan peran BKKBN yang perlu diberdayakan.
Sementara Jokowi lebih pada tataran yang
bersifat mikro. Sehingga, Prabowo lebih unggul
dengan nilai 8, dan Jokowi mendapatkan 7. Dan
soal DAU dan DAK, Prabowo terlihat tidak
menguasai.
“Kelihatan Prabowo kalau teknis tidak
memahami. Penjelasan Jokowi soal inflasi terlalu
teknis. Keduanya kebalik- balik. Pertanyaan
khusus dijawab umum, pertanyaan khusus
dijawab umum,” ujar Heri. Sedangkan untuk
ekonomi kreatif, sambung Heri, Jokowi terlihat
lebih unggul. Sehingga Jokowi mendapatkan 9,
dan Prabowo mendapatkan 8.
Untuk ASEAN Community, keduanya sama-sama
menguasai. Tapi yang menarik, Prabowo
menunjukkan persahabatan kepada Jokowi
dengan memeluk Jokowi dan menyetujui
pendapat Jokowi. Hal ini secara politis
menguntungkan Prabowo dengan menunjukkan
panggung politik persahabatan. supyan umar/
kiswondari/ arif saleh
Senin 16 Juni 2014

sumber http://m.koran-sindo.com/node/396193
_---------------------
POS KUPANG.COM, JAKARTA --Pakar ekonomi
dari Universitas Gadjah Mada Tony
Prasetyantono, menilai debat capres-cawapres
pada malam ini yang bertemakan Pembangunan
Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat memberikan
pandangan baru.
"Jokowi di luar dugaan saya. Menjawab
pertanyaan dengan baik dan relevan," kata Tony
kepada Kompas.com, Minggu (16/5/2014).
Misalnya, lanjut Tony, Joko Widodo (Jokowi)
menyatakan ingin mengejar pertumbuhan
ekonomi di atas 7 persen.
Menurut Tony, cita-cita Jokowi ini relevan dan
kontekstual. Siapapun Presidennya, imbuhnya,
memang harus mengejar pertumbuhan ekonomi
7 persen.
"Jokowi karena punya pengalaman praktis
sebagai kepala daerah tampak lebih membumi
atau lebih implementatif. Dia selalu
mengingatkan bahwa Presiden memiliki kekuatan
regulasi yang harus dimanfaatkan untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi," jelas Tony.
Namun, lain halnya dengan Prabowo Subianto.
Penampilan calon presiden No.1 itu agak kurang,
utamanya soal pernyataan Prabowo yang
mengutip Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi,
Abraham Samad, perihal kebocoran anggaran
negara.
"Saya menyayangkan Prabowo yang
mempercayai Abraham Samad bahwa ada
kebocoran Rp 7.200 triliun dalam perekonomian
kita. Angka ini menggelikan karena terlalu besar.
PDB kita setahun Rp 9.400 triliun. Bagaimana


mungkin kebocoran Rp 7.200 triliun?" kata Tony
menyesalkan. (kompas.com)

sumber http://kupang.tribunnews.com/2014/06/16/ekonom-jokowi-di-luar-dugaan-prabowo-menggelikan



bagaimana dengan juragan dimari
Diubah oleh sukirwan 16-06-2014 08:41
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
2.4K
1
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan