Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Musliar Kasim mengatakan siswa yang tak lulus dalam ujian nasional tingkat sekolah menengah pertama sebanyak 2.335 orang. Jumlah itu 0,06 persen dari total peserta ujian nasional yakni 3.773.372 orang. Pengumuman resmi hasil ujian nasional ini akan dilakukan di masing-masing sekolah pada Sabtu, 14 Juni 2014.
“Daerah yang paling banyak tidak lulus dari segi persentase adalah Provinsi Aceh, Sulawesi Barat, dan Kalimantan Utara. Yang paling sedikit adalah DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Tengah,” kata Musliar di gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada Jumat, 13 Juni 2014.
Adapun jumlah kelulusan siswa mencapai 99,94 persen, yakni 3.771.037 orang. Persentase kelulusan itu meningkat dibanding tahun sebelumnya, yakni 99,56 persen.
Menurut Musliar, ketidaklulusan siswa disebabkan oleh masalah teknis. "Banyak kasus siswa tidak mengikuti ujian salah satu mata pelajaran, yakni bahasa Indonesia, bahasa Inggris, IPA, dan matematika. Meski ditambahi soal-soal internasional, tapi tidak mempengaruhi kelulusan siswa.”
Tahun ini, sistem penilaian untuk kelulusan siswa tingkat SMP berbeda dengan tahun sebelumnya. Sistem penentu kelulusan tahun ini mempertimbangkan 60 persen nilai ujian nasional dan 40 persen nilai ujian sekolah. Siswa dinyatakan lulus jika nilai rata-rata ujian nasional 5,5 dan tidak ada nilai kurang dari 4 pada setiap mata pelajaran yang diujikan.
Selain itu, beberapa soal pada mata pelajaran yang diujikan juga berstandar internasional. Standar internasional itu adalah program PISA (Programme for International Student Assessment). Standar ini berlaku di negara-negara maju yang tergabung dalam Organisation for Economic Cooperation and Develompment (OECD).
"Nilai UN murni tahun ini juga lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, yaitu dari 6,1 menjadi 6,52," ujar Musliar. Ia menuturkan, lebih dari 70 persen peserta ujian nasional berhasil menjawab dengan benar soal PISA yang dimasukan dalam ujian nasional.
SUMBER