bpjskesehatan
TS
bpjskesehatan
Testimoni Peserta BPJS Kesehatan [... dan Akan Terus Di-Update]
Halo agan dan sista sekalian.. Kali ini kami sajikan berbagai testimoni dari masyarakat peserta BPJS Kesehatan yang telah merasakan manfaat terdaftar sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Semoga bisa bermanfaat buat agan sista semua ya.. emoticon-Shakehand2


Penderita Hydrocepallus Berobat Gratis Pakai Kartu BPJS
Lampung: Warga Labuhan Maringgai, Lampung Timur, Supriana, merasa terbantu dengan kehadiran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Sebab, dia tidak perlu mengeluarkan biaya selama bayinya yang mengidap penyakit hydrocepallus (kepala membesar akibat cairan) dirawat di Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek (RSUAM).

“Saya berobat dengan menggunakan (kartu) BPJS. Saya terbantu karena biaya pengobatan anak saya gratis,” kata Supriana di RSUAM, Bandar Lampung, Rabu, 26 Februari 2014.

Supriana merupakan ibu dari Caca Handika. Bayi laki-laki yang berusia 40 hari itu menjalani perawatan di RSUAM karena menderita penyakit hydrocepallus. Selama berobat, pasien pemegang kartu BPJS tersebut menempati ruang perawatan kelas III.

“Saya pakai (ruang perawatan) kelas III dengan iuran Rp25 ribu per bulan. Kalau tidak pakai BPJS saya tidak tahu harus membayar biaya pengobatan anak saya dengan apa,” ujar Supriana.

Supriana pun berpendapat, bahwa program JKN yang dikelola oleh BPJS Kesehatan adalah program yang mulia. Dengan semangat gotong royong, biaya pelayanan kesehatan yang sangat mahal bisa diatasi. Priana pun ikhlas membayar premi seumur hidup. “Apabila tidak digunaka, kan bisa dipakai oleh orang lain yang membutuhkan” ujarnya.


Daftarnya Mudah, Kemoterapi pun Gratis
Jakarta: HA, seorang warga asal Pulogadung, Jakarta Timur, menuturkan bahwa untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan tidaklah serumit yang dikira. Pada 7 Februari 2014, ia mengunjungi Kantor BPJS Kesehatan di Cempaka Putih untuk mendaftar sebagai peserta mandiri BPJS Kesehatan. “Saya bawa semua berkas yang diperlukan, mulai dari KTP, KK, dan pasfoto ukuran 3×4. Prosesnya cepet kok, satu jam langsung jadi, nggak ribet,” katanya.

Selain proses pendaftaran yang mudah, HA juga mengakui pelayanan yang ia peroleh saat berobat menggunakan kartu BPJS Kesehatan terbilang memuaskan. Sebelumnya, ia dirujuk oleh Puskesmas Pulogadung ke RSPAD Gatot Subroto karena terdapat indikasi medis yang memerlukan penanganan dokter spesialis. Saat itulah ia mengetahui bahwa dirinya menderita tumor.

“Di sana saya dirujuk ke dokter spesialis saraf. Penanganannya juga baik dan cepat. Mulai dari cek laboratorium, MRI, sampai kemoterapi, semuanya nggak dikenai biaya sama sekali,” paparnya.

Saat ini HA masih melakukan kemoterapi secara rutin. Peserta BPJS Kesehatan kelas I itu pun menyarankan agar BPJS Kesehatan terus meningkatkan pelayanan dan sosialisasi kepada masyarakat, termasuk para tenaga medis yang bekerja di rumah sakit agar pelaksanaan program JKN bisa berjalan semakin baik.


Cuci Darah 2 kali Seminggu Tasrini Warga Indramayu Terbantu BPJS Kesehatan
Indramayu: Sebelum program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan BPJS Kesehatan beroperasi 1 Januari 2014, Tasrini (37), seorang warga Desa Eretankulon, Kecamatan Kandanghaur harus cukup sulit memperoleh biaya untuk penyakit yang diderita suaminya, yaitu gagal ginjal. Suami Tasrini harus menjalani cuci darah minimal 2 kali dalam seminggu untuk menyambung hidup. Tasrini pun mengaku meminjam/menghutang ke kerabat maupun orang lain untuk biaya cuci darah.

Tasrini (37) mengaku sangat terbantu dengan program BPJS Kesehatan. Dengan hanya membayar Rp 25.500 per bulan, dia bisa membiayai pengobatan suaminya, Tarmin (42) untuk cuci darah dua kali dalam seminggu.

“Kalau biaya normal ya Rp 600.000 setiap cuci darah dan tentu saya tidak sanggup membayarnya. Tapi, karena ada program BPJS ini, suami saya bisa terus cuci darah,” katanya.


Ambil Obat di Puskesmas Lancar-lancar Saja
Ibarat pepatah tak ada gading yang tak retak, artinya tak ada yang sempurna di dunia. Pepatah ini terjadi pada awal pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN). Banyak masyarakat yang belum paham, bahkan bagi sebagian peserta BPJS-Kesehatan eks peserta Askes. Namun, banyak juga yang merasa tetap mendapat pelayanan yang baik di era JKN.

Hal itu dimaklumi oleh Drs Samso HA, 68, warga Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Menurutnya, wajar jika pelaksanaannya belum sempurna dan banyak keluhan. Tetapi, menurutnya, program JKN manfaatnya lebih luas lagi dan dapat digunakan oleh seluruh rakyat Indonesia, tidak hanya oleh pegawai negeri, dan peserta Askes lainnya.

Bagi Samso, pada bulan pertama saja, ada pembatasan obat-obatan untuk penderita penyakit kronis seperti dirinya. “Tetapi sekarang kan sudah tidak lagi, semua sudah baik kok. Kalau ada pelayanan yang tidak baik kita kan bisa mengadu ke layanan pengaduan BPJS-Kesehatan,” kata Samso didampingi istrinya, Sri Murni, saat mengantre obat di Puskesmas Kebon Jeruk, Jakarta Barat, belum lama ini.

Samso dan istrinya, adalah pasien di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita. Samso menderita diabetes melitus, sedangkan istrinya menderita hipertensi. Keduanya memiliki keluhan jantung. Setiap bulan, mereka mengambil obat di RSJPD Harapan Kita, namun sejak ada JKN, mengambil obat di Puskesmas.

“Tidak ada masalah, pelayanannya bagus. Kalau sakit biasa ya cukup periksa di Puskesmas saja, jika diperlukan baru dokter memberi rujukan ke RSJPD Harapan Kita, karena dokter spesialisnya di sana. Ya, hanya masalah antre saja, di Puskesmas penuh,” ujarnya.

Menurut pensiunan Badan Pemeriksa Keuangan Pembangunan (BPKP) ini, BPJS Kesehatan perlu melakukan sosialisasi lebih gencar lagi, agar masyarakat khususnya peserta BPJS Kesehatan mengetahui dimana saja fasilitas kesehatan primer yang setara Puskesmas. “Saya cuma dengar saja, ada dokter keluarga, tetapi tidak tahu dimana. Padahal bisa loh, peserta yang berobat di Puskesmas dikasih leaflet yang mencantumkan fasilitas kesehatan mana saja yang sudah bekerjsama dengan BPJS,” usulnya. Samso menjelaskan, dia setiap bulan mendapat enam jenis obat, antara lain insulin, obat darah tinggi, dan kolesterol untuk kebutuhan 30 hari.

Sedangkan istrinya, mendapat tiga jenis obat untuk jantung, darah tinggi, dan asma. “Punya asuransi kesehatan sungguh bermanfaat. Oleh karena itu, saya juga sering menyarankan agar saudara-saudara saya segera mendaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan sebelum jatuh sakit,” kata Samso.(pur)


Mudahnya Peroleh Kacamata Gratis
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sudah berjalan lebih dari dua bulan. Terlepas dari pro kontra yang terjadi tak dapat dipungkiri bahwa program ini telah membantu banyak jiwa untuk sembuh dari penyakit dan menolong banyak keluarga atas potensi gangguan ekonomi karena tingginya biaya kesehatan di negeri ini.

Saya cukup puas dengan pelayanan JKN, semoga banyak juga orang lain yang dilayani dengan baik. Pendaftaran cukup 90 menit dari mengisi formulir, bayar iuran di bank, sampai dapat kartunya. Daftar tanggal 7 Januari, hari Selasa tanggal 21 Januari 2014 sudah saya pakai berobat ke Spesialis Mata di RS Swasta di Medan, Martha Friska Hospital. Dapat kacamata pula dengan plafon Rp 300.000,- (kelas 1).

Pada saat ke RS, rujukan saya sempat ditolak BPJS Kesehatan Center gara-gara surat rujukan tidak memuat diagnosa. Memang sebelumnya, pada tanggal 20 Januari 2014, saya ke puskesmas untuk minta rujukan, sudah cukup sore sekitar jam 15.00, dokter sudah pulang sejak pukul satu siang tadi. Oleh perawat hanya ditulis keluhan seperti mata gatal, berair dan rabun. Nah, ini ternyata tidak diperbolehkan. Dijelaskan oleh petugas BPJS Kesehatan Center, di era JKN ini dokter primer harus sudah menegakkan diagnosa awal sekurangnya untuk 144 jenis penyakit.

Segera saya kembali ke puskesmas dan menemui dokter, kemudian dokter menuliskan surat rujukan yang baru dan menulis diagnosa “kelainan refraksi”. Setelah dapat rujukan baru, saya kembali ke RS dan langsung menuju BPJSKes Center, lokasinya bersebelahan dengan admission pasien. Saya serahkan rujukan, kartu dan ktp, semua harus asli. Petugas mengecek di komputer, tak lama kemudian petugas mencetak Surat Eligibilitas Peserta (SEP). Surat ini dan surat rujukan saya bawa ke admission. Saya diberikan nomor antri di Poli Mata. Sampai disini saya cukup terkesan dengan pelayanan JKN dan petugas rumah sakit.

Tiba giliran saya diperiksa, dokter memeriksa saya dengan baik dan sangat ramah. Tidak ada keraguan meski saya pasien JKN. Sekitar 15 menit saya diperiksa, dokter menuliskan resep, dokter bilang, ”Pakai kacamata ya mas, saya buatkan resepnya. Obatnya diambil di apotik, resep kacamata nanti diantar mbak perawat ini,” kata dr. Ayu N. Qomaryati, Sp.M dengan sangat ramah.

Kemudian saya menunggu obat di depan apotik. Seorang perawat keluar dari ruang poli mata dan menghampiri saya, memberikan beberapa jenis surat dan resep kacamata. Surat-surat itu masih berlogo Askes, ”Ini semua dibawa ke kantor BPJS ya bang,” katanya. Tak lama saya dipanggil petugas apotik. Saya diberikan 1 salep dan 1 obat tetes berlogo “khusus Askes”, 1 strip Vitamin C, 12 kapsul Vitamin A, semuanya gratis tanpa biaya.

Esoknya saya ke kantor BPJS Kesehatan, saya utarakan maksud ke security mengenai resep kacamata. Tanpa perlu antri saya diarahkan ke satu meja, disana saya diterima dengan ramah. Saya serahkan semua surat-surat dari RS kemarin, KTP dan kartu BPJS Kesehatan, kemudian petugas menuliskan satu surat yang ditujukan ke optik rekanan BPJS Kesehatan, di pojok surat ditulis kode “Kelas 1″.

Kemudian saya menuju ke optik yang dimaksud, mungkin karena optik ini mayoritas melayani peserta Askes (BPJS Kesehatan – red) maka koleksi kacamata tidak terlalu bervariasi. Kacamata disana sudah dibagi menjadi 3 kelas. Kelas I dengan pilihan merk-merk kw dari rayban, oakley, porsche design, dan lain-lain. Kelas II di bawah itu, dan kelas III di bawahnya lagi. Saya tidak bisa upgrade ke kacamata yang lebih bagus meski nambah biaya karena kelas 1 sudah yang paling bagus di optik itu. Tapi tak apalah, mutu frame dan lensanya juga cukup bagus.

Mengurai pengalaman dengan JKN, memberi contoh yang kebetulan saya alami sendiri semata untuk menunjukkan realita pelaksanaan di lapangan, tidak ada maksud untuk promosi dokter atau rumah sakit, dan juga tidak ada maksud meremehkan peserta lain yang mungkin mengalami pengalaman yang kurang baik dengan program ini, karena tugas kita jualah untuk senantiasa mengawasi setiap ketidaksesuaian program ini. Semoga JKN memberi harapan baru bagi segenap bangsa ini, seperti niat awalnya memberikan jaminan kesehatan semesta bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dikutip dari Artikel Kompasiana Selasa, 4 Maret 2014 pukul 16:53 WIB berjudul “Pengalaman dengan JKN, dari Kacamata ‘Gratis’ sampai Operasi Abses Liver” atas ijin penulis, M. Ricky Rivai.
Diubah oleh bpjskesehatan 30-05-2014 09:41
0
83.6K
216
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan