TS
enazio08
Mouse
misi gan
ane mau sharing cerita yg setengah true story setengah fiksi nih
beberapa part ada yg benar-benar terjadi dan ada jg yg dibuat-buat untuk makin mempercantik cerita gan, so...
so this is a half-fiction true story
“Kenapa sih lo masih aja pake benda buluk kayak begini?”
“Lo tau? Harganya memang nggak seberapa saat ini. Tapi, lo akan sadar, ini akan jadi benda paling mahal yang pernah lo lihat seumur hidup lo”
ane mau sharing cerita yg setengah true story setengah fiksi nih
beberapa part ada yg benar-benar terjadi dan ada jg yg dibuat-buat untuk makin mempercantik cerita gan, so...
so this is a half-fiction true story
Spoiler for pembukaan:
“Kenapa sih lo masih aja pake benda buluk kayak begini?”
“Lo tau? Harganya memang nggak seberapa saat ini. Tapi, lo akan sadar, ini akan jadi benda paling mahal yang pernah lo lihat seumur hidup lo”
Spoiler for introduksi:
Nama gue Elang. Dan kalo lo pada nanya nama panjang gue, gue males nyebutinnya. Yang pasti, lembar LJK jaman gue sekolah kemaren nggak cukup buat nampung nama gue yang panjangnya kayak gerbong kereta mudik.
Sekarang, gue sudah menamatkan dunia yang orang-orang bilang jaman emasnya remaja. SMA.
Gile, masa SMA emang bener-bener remaja banget. Segala hal dan fantasi kita akan kehidupan remaja yang sesungguhnya ada di masa ini. Percintaan, persahabatan, pengkhianatan, sampai pembully-an ada. Untuk yang terakhir, gue nggak ngalamin. Kenapa?
Karena gue dan temen-temen adalah tipe anak pembangkang yang baik hati. Nggak mau ngebully dan nggak mau dibully.
Kalo dikenang-kenang lagi indah banget rasanya hidup di dunia sekolah kemaren. Bisa tidur berjamaah dikelas. Bisa minggat berjamaah. Dan juga bisa pacaran berjamaah. Segalanya dilakukan berjamaah sampai akhirnya semua itu berakhir saat pengumuman ujian nasional diumumkan.
Saat ini gue mendiami salah satu kota yang lagi berkembang-berkembangnya di Indonesia. Pokoknya ini kota lagi show off banget. Segala event pengen digelar. Segala kegiatan yang bertaraf nasional ataupun inernasional maunya kota ini aja yang gelar. Padahal nyatanya, kota ini sendiri masih harus, amat harus berbenah untuk jadi lebih baik lagi.
Gue kuliah di jurusan teknik salah satu perguruan tinggi negeri berbasis D3 di kota ini. Udah mau jalan 2 semester. Nggak kerasa. Waktu emang kejam teman.
Jujur dunia perkuliahan itu keras. Keras banget.
Gue sendiri tipe orang yang dengan mudah kemakan hasutan, rayuan SPG-SPG kosmetik, dan iklan, dan FTV.
Saat tamat SMA, ada jeda beberapa bulan yang menjadikan gue pengangguran dirumah. Nggak ada kerjaan lain. Makan, tidur, makan, tidur, nonton FTV. Itu berulang-ulang selama masa idah gue dari tamat SMA. Sampai akhirnya otak gue teracuni oleh FTV-FTV sialan yang selalu ada di TV setiap hari. Ntah yang bodoh gue atau siapa, gue percaya aja dengan hal-hal absurd yang ada didalam cerita FTV tersebut.
Mulai dari kang ojek yang bisa dapet pacar bening, anak orang kaya. Lalu gadis desa bernama kampungan dengan wajah indo-jerman, indo-belanda, indo-nesia terus jadi Office boy, terus jadian sama bosnya yang kagum akan kepolosan gadis berwajah indo tersebut. Sampai yang paling absurd, ada cewek cakep, bening, seksi, jadi tukang remes tete’ sapi! Iya, ini pernah gue tonton. Gue sempat mikir, “gila ya ini cewek, kenapa nggak jadi model aja, model majalah dewasa juga nggak apa daripada harus terus-terusan remesin tete’ sapi. Dia nggak mikir apa gimana rasanya diremes-remes terus’
Itu hanya sebagian, belum lagi adegan-adegan yang mainstream. Udah ah, males panjang lebar nyeritain ginian. Capek.
Yang pasti, gue adalah pecinta FTV yang kadang suka jijik nonton FTV.
Gue tinggal sendirian di kota ini. Ayah gue sudah meninggal saat gue baru tamat SMP kemarin. Sedih rasanya ditinggal orang terkasih di usia semuda itu, apalagi gue belum bisa menunjukkan kebanggaan sama beliau. Ibu gue saat ini sedang mengurusi bisnis organizer yang sedang dirintisnya sejak meninggalnya ayah gue. Bangga banget gue dengan beliau, dengan gagah perkasa rela banting tulang buat nyekolahin gue dan adek gue sampai saat ini.
Bicara masalah adek, gue punya satu adek cewek. Namanya Dhea. Dia ini abg masa kini banget pokoknya. Fashionista sejati yang tetep patuh dan tunduk pada Ibu pertiwi. Beda usia kita cuma 2 tahun. Diliat dari sisi manapun, Dhea adalah sosok cewek idaman semua laki-laki. Beda sama gue, boro-boro idaman cewek-cewek, cowok juga jijik kali ngeliat gue.
Adik dan ibu gue saat ini menetap di Jogjakarta. Pindah-pindah nggak ada tempat tinggal tetap. Dan frekuensinya pun nggak menentu. Kadang 2 tahun sekali, setahun sekali, atau malah dalam hitungan bulan. Dan karena ibu gue ini orangnya kolot abis. Dia takut buat ninggalin abg semacem Dhea buat tinggal sendirian di kota orang. Jadilah, Dhea selalu pindah-pindah sekolah kemanapun ibu gue pindah.
Beda dengan gue, Alhamdulillah gue menamatkan 3 tahun sekolah gue di sekolah yang sama. Dan untuk gue sendiri, ibu gue punya pengecualian sendiri.
“anak cowok itu harus bisa hidup mandiri. Udah kamu netap disini aja, nggak usah ikut pindah”
Di kost ini. Ya, ditempat tinggal gue yang hanya sepetak kamar ini, gue menemukan dan melakukan serta menciptakan kebahagiaan gue sendiri.
Sebagai gamer akut yang mempunyai mimpi besar dan absurd, gue coba membangunnya dari petak kamar sederhana ini.
Setiap orang boleh bermimpi, setiap orang juga boleh bercita-cita.
Cita-cita gue dulu kecil adalah jadi dokter dan pilot. Dan saat sebesar ini, gue gak mau jadi dokter.
Gimana mau jadi dokter kalo ngeliat darah aja langsung stroke ringat. Dan jadi pilot. Mata gue kalo udah jam 6 keatas mulai awas (rabun-rabun gitu). Nanti, saat jadi pilot dan dapet flight malam. Bisa-bisa pesawat yang tujuan awalnya ke Papua jadi nyasar ke Diego Garcia!
Jadi sebenernya mimpi gue nggak besar-besar amat, dan bagi setiap orang ini adalah impian yang aneh. Masih banyak impian-impian normal lainnya yang bisa gue impikan. Tapi ya mimpi-mimpi gue kenapa lo yang repot!!
Dan mimpi gue, cita-cita gue, hal yang begitu ingin gue raih hanya satu,
Mentas di THE INTERNATIONAL!!!!
Sekarang, gue sudah menamatkan dunia yang orang-orang bilang jaman emasnya remaja. SMA.
Gile, masa SMA emang bener-bener remaja banget. Segala hal dan fantasi kita akan kehidupan remaja yang sesungguhnya ada di masa ini. Percintaan, persahabatan, pengkhianatan, sampai pembully-an ada. Untuk yang terakhir, gue nggak ngalamin. Kenapa?
Karena gue dan temen-temen adalah tipe anak pembangkang yang baik hati. Nggak mau ngebully dan nggak mau dibully.
Kalo dikenang-kenang lagi indah banget rasanya hidup di dunia sekolah kemaren. Bisa tidur berjamaah dikelas. Bisa minggat berjamaah. Dan juga bisa pacaran berjamaah. Segalanya dilakukan berjamaah sampai akhirnya semua itu berakhir saat pengumuman ujian nasional diumumkan.
Saat ini gue mendiami salah satu kota yang lagi berkembang-berkembangnya di Indonesia. Pokoknya ini kota lagi show off banget. Segala event pengen digelar. Segala kegiatan yang bertaraf nasional ataupun inernasional maunya kota ini aja yang gelar. Padahal nyatanya, kota ini sendiri masih harus, amat harus berbenah untuk jadi lebih baik lagi.
Gue kuliah di jurusan teknik salah satu perguruan tinggi negeri berbasis D3 di kota ini. Udah mau jalan 2 semester. Nggak kerasa. Waktu emang kejam teman.
Jujur dunia perkuliahan itu keras. Keras banget.
Gue sendiri tipe orang yang dengan mudah kemakan hasutan, rayuan SPG-SPG kosmetik, dan iklan, dan FTV.
Saat tamat SMA, ada jeda beberapa bulan yang menjadikan gue pengangguran dirumah. Nggak ada kerjaan lain. Makan, tidur, makan, tidur, nonton FTV. Itu berulang-ulang selama masa idah gue dari tamat SMA. Sampai akhirnya otak gue teracuni oleh FTV-FTV sialan yang selalu ada di TV setiap hari. Ntah yang bodoh gue atau siapa, gue percaya aja dengan hal-hal absurd yang ada didalam cerita FTV tersebut.
Mulai dari kang ojek yang bisa dapet pacar bening, anak orang kaya. Lalu gadis desa bernama kampungan dengan wajah indo-jerman, indo-belanda, indo-nesia terus jadi Office boy, terus jadian sama bosnya yang kagum akan kepolosan gadis berwajah indo tersebut. Sampai yang paling absurd, ada cewek cakep, bening, seksi, jadi tukang remes tete’ sapi! Iya, ini pernah gue tonton. Gue sempat mikir, “gila ya ini cewek, kenapa nggak jadi model aja, model majalah dewasa juga nggak apa daripada harus terus-terusan remesin tete’ sapi. Dia nggak mikir apa gimana rasanya diremes-remes terus’
Itu hanya sebagian, belum lagi adegan-adegan yang mainstream. Udah ah, males panjang lebar nyeritain ginian. Capek.
Yang pasti, gue adalah pecinta FTV yang kadang suka jijik nonton FTV.
Gue tinggal sendirian di kota ini. Ayah gue sudah meninggal saat gue baru tamat SMP kemarin. Sedih rasanya ditinggal orang terkasih di usia semuda itu, apalagi gue belum bisa menunjukkan kebanggaan sama beliau. Ibu gue saat ini sedang mengurusi bisnis organizer yang sedang dirintisnya sejak meninggalnya ayah gue. Bangga banget gue dengan beliau, dengan gagah perkasa rela banting tulang buat nyekolahin gue dan adek gue sampai saat ini.
Bicara masalah adek, gue punya satu adek cewek. Namanya Dhea. Dia ini abg masa kini banget pokoknya. Fashionista sejati yang tetep patuh dan tunduk pada Ibu pertiwi. Beda usia kita cuma 2 tahun. Diliat dari sisi manapun, Dhea adalah sosok cewek idaman semua laki-laki. Beda sama gue, boro-boro idaman cewek-cewek, cowok juga jijik kali ngeliat gue.
Adik dan ibu gue saat ini menetap di Jogjakarta. Pindah-pindah nggak ada tempat tinggal tetap. Dan frekuensinya pun nggak menentu. Kadang 2 tahun sekali, setahun sekali, atau malah dalam hitungan bulan. Dan karena ibu gue ini orangnya kolot abis. Dia takut buat ninggalin abg semacem Dhea buat tinggal sendirian di kota orang. Jadilah, Dhea selalu pindah-pindah sekolah kemanapun ibu gue pindah.
Beda dengan gue, Alhamdulillah gue menamatkan 3 tahun sekolah gue di sekolah yang sama. Dan untuk gue sendiri, ibu gue punya pengecualian sendiri.
“anak cowok itu harus bisa hidup mandiri. Udah kamu netap disini aja, nggak usah ikut pindah”
Di kost ini. Ya, ditempat tinggal gue yang hanya sepetak kamar ini, gue menemukan dan melakukan serta menciptakan kebahagiaan gue sendiri.
Sebagai gamer akut yang mempunyai mimpi besar dan absurd, gue coba membangunnya dari petak kamar sederhana ini.
Setiap orang boleh bermimpi, setiap orang juga boleh bercita-cita.
Cita-cita gue dulu kecil adalah jadi dokter dan pilot. Dan saat sebesar ini, gue gak mau jadi dokter.
Gimana mau jadi dokter kalo ngeliat darah aja langsung stroke ringat. Dan jadi pilot. Mata gue kalo udah jam 6 keatas mulai awas (rabun-rabun gitu). Nanti, saat jadi pilot dan dapet flight malam. Bisa-bisa pesawat yang tujuan awalnya ke Papua jadi nyasar ke Diego Garcia!
Jadi sebenernya mimpi gue nggak besar-besar amat, dan bagi setiap orang ini adalah impian yang aneh. Masih banyak impian-impian normal lainnya yang bisa gue impikan. Tapi ya mimpi-mimpi gue kenapa lo yang repot!!
Dan mimpi gue, cita-cita gue, hal yang begitu ingin gue raih hanya satu,
Mentas di THE INTERNATIONAL!!!!
anasabila memberi reputasi
1
1.4K
Kutip
1
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan