ainaliza
TS
ainaliza
Kampanye Pilres Tahun Ini Sangat Jahat
Semua Orang Sudah Lupa Nilai-nilai Pancasila
Kampanye Pilres Tahun Ini Sangat Jahat


SICOM Kampanye hitam dua capres cawapres Jokowi-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa kian memanas, bahkan kini terkesan anarkis. Panasnya pilpres 9 Juli 2014 ini dirasa para akademisi sudah di luar batas kewajaran.

Dosen politik Prof. DR. Drs. H. Mohammad Ma’ruf Bantilan, MM, MBA, Ph.D dari Universitas Madako, Toli-Toli, Sulawesi Tengah, mengatakan, kampanye negatif telah memberikan pendidikan politik yang tidak sehat bagi masyarakat.

Menurut Ma’ruf, kampanye pilpres semestinya lebih mengedepankan ide para sang kandidat. Sehingga masyarakat bisa memilih mana yang lebih baik.

“Celakanya, pendukung kandidat malah menggunakan kampanye berupa sindiran atau rumor yang merusak kredibelitas calon lain. Ini semua sangat tidak etis,” ujarnya saat menjadi pembicara Dialog “Optimalisasi Peran Mahasiswa dalam Mengawal Pemilu 2014 Damai sebagai Upaya Mewujudkan Nilai-Nilai Pancasila di Hotel Bumi Harapan, Toli Toli, Sulawesi Tengah, beberapa saat lalu.

Berikut kutipan selengkapnya:

Seberapa besar dampak kerugian kampanye hitam?
Kampanye hitam yang cenderung mengumbar fitnahan, kabar bohong dan rumor untuk menyerang kandidat ini menunjukkan bahwa sumber daya manusia orang-orang yang berada di dalam tim sukses masing-masing calon sangat rendah.

Hal ini akan mengancam pemilu. Pemilu bukan lagi menjadi ajang pemilihan pemimpin tapi ajang untuk pembuktian kehebatan cara jahat itu. Ini menjadi tugas bersama kita untuk menjadikan pemilu sebagai pertarungan ide dan gagasan, bukan pertarungan kesombongan kekuasaan, uang, dan lainnya.

Langkah apa yang seharusnya diambil agar tidak terjadi hal itu?
Agar dampak kampanye hitam tidak memberi pengaruh buruk, khususnya terhadap masyarakat secara luas, institusi pendidikan harus melakukan langkah-langkah pembinaan kepada mahasiswa terhadap kondisi karakter dan nilai-nilai kebangsaan. Tentunya dengan memberikan kuliah tentang pendidikan karakter dan pancasila.

Kampus juga mewajibkan mahasiswa melakukan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang dapat menambah wawasan dan sensifitas terhadap lingkungan sosial agar menumbuhkan jati diri mereka sebagai bagian dari bangsa yang beridiologikan Pancasila.

Lebih jauh ia menyatakan bahwa Pancasila sebagai ideologi harus dipahami secara utuh oleh semua pihak, sehingga kampanye hitam tidak terjadi. “Intinya kalau pengen pemilu damai, maka haruslah menghindari kampanye hitam. Nah kampanye hitam itu bukan jiwa ideology pancasila.

Bagaimana sejarah pemilu di Indonesia dalam kacamata Anda?
Setelah kemerdekaan diproklamasikan oleh Soekarno dan Hatta pada 17 Agustus 1945, pemerintah sudah menyatakan keinginannya untuk bisa menyelenggarakan Pemilu pada awal tahun 1946.

Hal itu dicantumkan dalam Maklumat X, atau Maklumat Wakil Presiden Mohammad Hatta tanggal 3 Nopember 1945, yang berisi anjuran tentang pembentukan partai-partai politik.

Maklumat tersebut menyebutkan, Pemilu untuk memilih anggota DPR dan MPR akan diselenggarakan bulan Januari 1946. Kalau kemudian ternyata Pemilu pertama tersebut baru terselenggara hampir sepuluh tahun kemudian tentu bukan tanpa sebab.

Tidak terlaksananya Pemilu pertama pada bulan Januari 1946 seperti yang diamanatkan oleh Maklumat 3 Nopember 1945, paling tidak disebabkan 2 (dua) hal, yaitu Belum siapnya pemerintah baru, termasuk dalam penyusunan perangkat UU Pemilu dan belum stabilnya kondisi keamanan negara akibat konflik internal antar kekuatan politik yang ada pada waktu itu. Apalagi pada saat yang sama gangguan dari luar juga masih mengancam. Dengan kata lain, para pemimpin lebih disibukkan oleh urusan konsolidasi.

Akhirnya ditahun 1955 dilaksanakan dua kali pemilihan. Yang pertama, pada 29 September 1955 untuk memilih anggota-anggota DPR. Yang kedua, 15 Desember 1955 untuk memilih anggota-anggota Dewan Konstituante.

Katanya pemilu harus demokratis, apakah pemilu kita sudah ke arah sana?

Selain kesadaran masyarakat yang tinggi, pertarungan yang ada adalah pertarungan ide dan gagasan. Bukan seperti sekarang, pertarungan ‘wani piro’, akhirnya uang yang bicara.

Oleh sebab itu, harus ada kesadaran bersama akan ideology dasar kita yaitu pencasila menjadi pandangan hidup. Kita harus kembali kepada pancasila, bila cerita sukses 1955 mau terulang.tikno

sumber : http://siagaindonesia.com/r/79777
0
1.4K
16
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan