Memberi Nasi Bungkus, kepada orang-orang yang sekiranya masih kurang mampu, seperti yang diceritakan di koran Jaw* Pos.
Perayaan Lulus Mulai Konvoi Sampai Bagi Nasi Bungkus
Dikutip dari:
http://www.jawapos.com/baca/artikel/...i-Nasi-Bungkus
BONTANG – Aksi corat-coret seragam dan konvoi masih menjadi favorit para siswa SMA dalam merayakan kelulusan Selasa (20/5). Meski sebelumnya telah dikeluarkan larangan, hal itu seolah tidak bertaji. Para siswa di sejumlah kota di tanah air tetap nekat berkonvoi merayakan kelulusan.
Sayangnya, aksi tersebut mereka lakukan dengan melanggar peraturan lalu lintas. Di Bontang, Kalimantan Timur, ratusan siswa SMA/SMK dihadang polisi. Sebanyak 54 pengendara disemprit polisi lantaran melanggar peraturan lalu lintas.
Kasatlantas Polres Bontang Iptu Lalu Guruh Prawira Negara mengatakan, pelanggaran yang dilakukan 54 pengendara itu beragam. Antara lain tidak membawa dan tidak memiliki SIM.
”Dari awal kami sudah melarang adanya konvoi kelulusan, namun masih saja ada yang melanggar. Kami sudah melakukan antisipasi. Anggota kami kerahkan ke tiap traffic light dan sekolah-sekolah untuk mengawasi pergerakan konvoi. Ada juga tim hunting dari Turjawali (unit patroli) yang bergerak mobile di sepanjang jalan,” katanya.
Aksi pengejaran tidak terelakkan. Ketika rombongan konvoi berhadapan dengan polisi, mereka langsung kocar-kacir menyelamatkan diri. Yang apes karena tertangkap langsung dikeler ke Mapolres Bontang.
Di Banda Aceh, ratusan siswa merayakan kelulusan dengan aksi corat-coret seragam. Setelah itu mereka berkonvoi dengan sepeda motor mengelilingi kota. ”Kami sudah berkali-kali mengimbau dan melarang, tapi tidak juga diindahkan,” ujar Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Banda Aceh Syaridin kepada Rakyat Aceh (Jawa Pos Group).
Tahun ini pihaknya sengaja tidak mengumumkan kelulusan di sekolah, tapi lewat situs dispendik. Hal itu dilakukan untuk menghindari aksi berlebihan para siswa di sekolah.
Meski begitu, tidak semua siswa merayakan kelulusan dengan corat-coret seragam dan turun ke jalan. Siswa SMK 5 Telkom Banda Aceh, misalnya, merayakan kelulusan dengan doa bersama di masjid raya. Sementara itu, siswa SMAN 2 Banda Aceh menggelar doa bersama di sekolah.
Lain lagi yang dilakukan siswa SMAN 1 dan SMAN 2 Jogjakarta. Mereka merayakan kelulusan dengan memberikan pernyataan kejujuran. Dengan membawa berbagai spanduk, ratusan siswa berjalan kaki dari SMAN 1 Jogja hingga Titik Nol Kilometer. Salah satu tulisan yang paling menonjol adalah pesan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) M. Nuh.
Koordinator aksi Muhammad Lukman Fauzan menyatakan, soal-soal dalam unas tahun ini lebih sulit daripada kisi-kisi yang sebelumnya diberikan. ”Kebijakan-kebijakan ini tentu saja menyusahkan sekali,” cetusnya. Selain itu, penggunaan nilai unas sebagai syarat pertimbangan diterima dalam seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNM PTN) dinilai merugikan siswa. Kebijakan tersebut sama saja dengan pemerintah menyamaratakan kemampuan siswa.
Mereka menyindir kebijakan Nuh yang menyusun soal unas berdasar standar internasional tanpa memberikan gambaran kepada siswa bentuk soal berstandar internasional tersebut. ”Selama ini yang kami pelajari standar soal sama seperti sebelumnya. Kok tiba-tiba ada pengumuman dari Pak Menteri soal unas berstandar internasional,” ucap siswa SMAN 2 Jogja.
Sementara itu, ratusan siswa SMAN 3 Jogja merayakan kelulusan dengan membagikan nasi bungkus kepada para pengguna jalan. Hal itu bentuk ungkapan syukur siswa atas kelulusan 100 persen di sekolah mereka. Sebanyak 600 nasi bungkus disiapkan 200 lebih siswa yang dinyatakan lulus unas. Nasi bungkus itu dibeli dengan swadaya setiap siswa. (JPNN/c9/ca)