darikikiAvatar border
TS
darikiki
Dilema Industri dan Limbah Majalaya




Secara administrasi, Kecamatan Majalaya masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Bandung. Kecamatan Majalaya luasnya 1.519,15 ha, terbagi dalam 11 desa, 35 dusun, 162 RW dan 606 RT. Penduduk Kecamatan Majalaya menurut survey tahun 2009 yaitu 36.397 kk atau 126.386 jiwa. (Sumber: Data Monografi Kecamatan Majalaya, 2009). Lebih dari separuh penduduk Kecamatan Majalaya bekerja sebagai buruh industri.

Sejarah Majalaya tidak akan pernah terlepas dari gemerlap industri. Daerah ini merupakan cikal bakal industri pertekstilan Indonesia. Sejak tahun 1960-an, kota kecamatan ini pernah dijuluki sebagai “kota Dollar” karena pendapatan dari sektor industrinya mengalahkan pemasukan dari sektor pertanian. Bidang industri merupakan pekerjaan yang sangat populer pada masa itu. Majalaya menguasai hampir 40 persen produksi kain nasional (Kompas, 28 April 2011). Sebagian besar industri kain ini adalah milik rakyat. Data BPLHD Kabupaten Bandung tahun 2012 menyebutkan bahwa ada 217 industri yang beroperasi di wilayah Kabupaten Bandung dan sebanyak 66 industri dengan skala menengah (hampir seluruhnya tekstil) berada di Kecamatan Majalaya. Wilayah kedua dengan jumlah industri terbanyak yaitu Kecamatan Dayeuhkolot (45 industri). Hampir seluruh wilayah di Kabupaten Bandung masih berada dalam wilayah hulu Sungai Citarum.


Keberadaan industri memang memberikan kontribusi besar bagi perekonomian daerah, bahkan negara, khususnya dalam industri pertekstilan. Ade Sudradjat, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), sebagaimana dikutip oleh Majalah Sindo, mengatakan bahwa nilai ekspor tekstil Indonesia ke luar negeri pada tahun 2011 sekitar US$ 13,2 miliar. Sedangkan pada tahun 2012, menjadi US$ 12 miliar, atau mengalami penurunan. (Tekanan dari Impor dan Demo Buruh. Sindo Weekly Magazine, 14-20 Feb 2013).

Keberadaan industri di Majalaya telah menggerakkan roda perekonomian bagi daerah setempat. Ribuan tenaga kerja dapat terserap dalam sektor ini, belum lagi sektor-sektor lain yang ikut terdongkrak naik, seperti permukiman, bisnis sewa rumah, barang-barang konsumsi dan lain sebagainya.

Pada tahun 1980-an, kejayaan industri di Majalaya mulai meredup. Pemilik modal berasal dari luar, sedangkan pengusaha putera daerah Majalaya sendiri sebagian besar menjual industri miliknya. Krisis ekonomi yang menghantam Indonesia pada tahun 1998 semakin memperburuk situasi ini. Sebagian besar pabrik gulung tikar. Ketika krisis ekonomi terjadi, Fitri (35 tahun), warga Majalaya, mengamati bahwa masalah limbah ini mulai muncul. “Tadinya bahan-bahan pengolah limbah mungkin murah harganya, namun begitu masuk krisis, pabrik mulai lebih sering membuang limbahnya ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu”.

Limbah yang tak terolah menjadi suatu permasalahan yang memusingkan hampir semua pihak. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup (BPLHD) Kabupaten Bandung, sebagai badan yang dinilai paling bertanggung jawab untuk masalah limbah ini, mengaku kewalahan dengan permasalahan limbah ini.


Sebagaimana kutipan dari Pikiran Rakyat, 17 Mei 2012, Kepala Dinas BPLH Kabupaten Bandung, Atih Wintartih mengatakan bahwa limbah yang mencemari Sungai Citarum di wilayah Majalaya berasal dari berbagai perusahaan dengan saluran pembuangan limbah yang tersebar.

BPLHD Kabupaten Bandung berupaya mendapatkan informasi langsung dari masyarakat untuk pabrik yang membuang limbah, membuat himbauan dan melakukan sosialisasi. Namun seperti yang diakui oleh Atih, sumber daya manusia di dinas untuk mengawasi limbah yang dibuang langsung oleh pabrik ke sungai, masih sangat terbatas. (BPLHD Kewalahan Tangani Pencemaran Limbah ke Sungai Citarum, Pikiran Rakyat, 17 Mei 2012).


Permasalahannya menjadi lebih pelik karena Kecamatan Majalaya ini masih terletak dalam kawasan inti hulu Sungai Citarum. Letak Majalaya tidak sampai 30 kilometer dari mata air Sungai Citarum di Kecamatan Kertasari. Jika kualitas air sudah sangat buruk di hulu Sungai Citarum, bagaimana dengan di hilirnya? Berapa nilai kerugian ekonomi yang sebenarnya kita alami karena harus mengolah air tercemar sampai batas layak untuk digunakan manusia? Mengingat Sungai Citarum yang sangat vital fungsinya bagi hajat hidup masyarakat khususnya masyarakat Jawa Barat dan DKI Jakarta ini.

Sumber : Citarum.org
0
2.3K
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan