yantiqueAvatar border
TS
yantique
Orang Sakit yg Minta Jokowi Jadi Capres. Orang Memilih demi Singkirkan Calon Lain!
'Orang cenderung pilih Jokowi demi singkirkan calon lain'
Rabu, 7 Mei 2014 16:27



Merdeka.com - Dari sejumlah nama capres, baru Joko Widodo (Jokowi) yang dipastikan maju dalam Pemilu Presiden (Pilpres) mendatang. Namun, dua nama lain seperti Prabowo Subianto dan Aburizal Bakrie diperkirakan tetap membentuk poros sendiri untuk duduk di kursi RI-1.

Direktur Freedom Institute Luthfi Assyaukani mengungkapkan, dari tiga nama tersebut, jika diadu satu sama lain Jokowi dianggap lebih fleksibel dan merakyat. Namun demikian, Prabowo juga dipandang memiliki ketegasan yang selama ini dinilai sebagai kelemahan dalam pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Kalau kita ikuti hasil survei dua tahun terakhir, selalu orangnya itu lagi, itu lagi. Jokowi kuat namanya, tapi itulah stok yang kita miliki. Harapan tinggi tapi stok hanya itu," keluh Lutfi dalam diskusi bertajuk 'Pilpres dan Tantangan Lokal-Global Indonesia 2014-2019' di Galeri Cafe, TIM, Jakarta, Rabu (7/5).

Namun sayang, dari pantauannya selama ini, kebanyakan orang memilih Jokowi demi menghambat calon yang dianggap tak lebih baik dari mantan wali kota Solo tersebut. Kondisi itu sempat terjadi pada Pemilu Gubernur (Pilgub) lalu, di mana sentimen negatif tersemat pada Fauzi Bowo selaku calon incumbent.

"Banyak yang ingin menangkan Jokowi, demi menyingkirkan calon yang jelek dr Jokowi. Yang saya ketahui, banyak yang tidak sepenuhnya benar-benar menjatuhkan pilihan pada Jokowi, tapi tetap pilih Jokowi karena tidak ingin pemimpin lain selain Jokowi," ungkapnya.
http://www.merdeka.com/politik/orang...alon-lain.html



Ruhut Sitompul: Orang Sakit yang Minta Jokowi Jadi Capres
Senin, 2 Desember 2013 09:56 WIB

TRIBUNNEWS, JAKARTA -- Ruhut Sitompul kembali melayangkan kritik atas survei yang menempatkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi sebagai calon presiden. Kali ini, ia mengkritik dan tak memercayai survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS) yang menunjukkan adanya pergeseran dukungan 42,7 persen basis massa Partai Demokrat kepada Jokowi.

"Jokowi itu baru setahun jadi Gubernur sudah dibilang mau jadi capres. Orang sakit namanya yang minta Jokowi jadi capres. Kami yakin, peserta konvensi Demokrat bisa kalahkan Jokowi," ujar Ruhut, Senin (2/12/2013), saat dihubungi dari Jakarta.

Menurut Ruhut, Jokowi hanya unggul dari sisi popularitas. Secara kinerja, politisi PDI Perjuangan itu dianggapnya belum terbukti. Jika menjadi presiden, kata Ruhut, maka Jokowi akan mudah digoyang.

"Mau kita setiap tahun ganti presiden?" ujar Ruhut.

Anggota Komisi III DPR ini meyakini, basis massa Partai Demokrat tidak akan mengalihkan dukungannya. Partai Demokrat, sebut Ruhut, sudah mempersiapkan strategi untuk menjaga massa pendukungnya.

"Caranya, itu rahasia perusahaan," ucap Ruhut.

Selain meragukan kemampuan Jokowi, Ruhut juga yakin bahwa peserta Konvensi Capres Partai Demokrat bisa melibas Jokowi.

"Dia adalah Pramono Edhie Wibowo. Kalah itu Jokowi sama dia (Pramono Edhie)," kata Ruhut.

Ia mengungkapkan, Pramono Edhie memiliki sejumlah kelebihan dibandingkan Jokowi. Salah satunya adalah latar belakang Pramono yang berasal dari militer.

"Rakyat masih cinta TNI, Bos," ujar Ruhut percaya diri.

Peneliti CSIS Tobias Basuki mempresentasikan hasil survei pilpres lembaganya. Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo kembali menempati peringkat pertama dalam survei tersebut.

Beralih ke Jokowi

Dalam survei yang dirilis CSIS, pendukung terbesar Jokowi masih datang dari massa PDI-P. Sebanyak 63,6 persen massa PDI-P mendukung Jokowi sebagai capres. Dukungan lain datang dari Partai Demokrat. Sebanyak 42,7 persen massa pendukung partai pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono itu memilih Jokowi sebagai presiden.

Massa pendukung Partai Golkar, menurut CSIS, tak seluruhnya mendukung Aburizal Bakrie alias Ical sebagai capres. Sebanyak 22,7 persen massa Partai Golkar memilih mendukung Jokowi.

Begitu pula dengan massa Partai Gerindra. Sebanyak 20,6 persen massa pendukung Gerindra lebih memilih Jokowi ketimbang Prabowo Subianto.

Dalam survei ini, elektabilitas Jokowi juga berada di tingkat teratas dengan 34,7 persen. Capres Partai Gerindra, Prabowo Subianto, satu tingkat di bawah Jokowi dengan perolehan suara yang relatif jauh di angka 10,7 persen. Capres Partai Golkar, Aburizal Bakrie alias Ical, berada tipis di bawah Prabowo dengan angka 9 persen.

Adapun capres dari Partai Hanura, Wiranto, berada di posisi keempat dengan angka 4,6 persen. Tokoh lainnya adalah mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla (3,7 persen), mantan Presiden RI, Megawati Soekarnoputri (3,3 persen), Mahfud MD (1,8 persen), dan Hatta Rajasa (0,6 persen). Sementara itu, responden yang belum menentukan calon pemimpinnya mencapai 22,8 persen.
http://pontianak.tribunnews.com/2013...wi-jadi-capres

Duet Prabowo-Ical, Kebangkitan Orde Baru?
Selasa, 06 Mei 2014 , 13:13:10 WIB


Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (kiri) dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto (kanan) menjawab pertanyaan wartawan usai pertemuan di kediaman Prabowo di Bojongkoneng, Babakanmadang, Bogor, Jabar, Senin (5/5). Pertemuan Aburizal Bakrie dan Prabowo Subianto tersebut membicarakan kemungkinan koalisi Partai Golkar dan Partai Gerindra dalam Pemilu Presiden periode 2014-2019. (ANTARA)

JAKARTA, GRESNEWS.COM - Indikasi bangkitnya kekuatan Orde Baru semakin nampak setelah calon presiden (capres) dari Partai Gerindra Prabowo Subianto dan capres yang diusung Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical) menunjukkan kehendak untuk berkoalisi yang menguat. Apalagi Ical sudah mengisyaratkan bisa saja mengambil posisi sebagai calon wakil presiden (cawapresnya) Prabowo.Pengamat sosiologi politik dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Arie Sudjito berpendapat jika Prabowo jadi berpasangan dengan Ical akan menguntungkan bagi capres dari PDIP Joko Widodo (Jokowi).

"Jadi pembeda di mana Jokowi itu sebagai simbol yang lepas dari rezim Orde Baru meskipun ada Jusuf Kalla kalau jadi duet dengan Jokowi. JK memang tokoh lama tapi dia punya daya tarik bagi kelompok yang progresif,"
jelas Arie, Selasa (6/5).

Memang selama masa kampanye pemilihan legislatif lalu, Ical selalu membawa kenangan Orde Baru. Ia membanggakan kepemimpinan presiden kedua RI, Soeharto. Menurutnya, Golkar yang dipimpin Soeharto telah berhasil menyejahterakan Indonesia selama 32 tahun.

Sementara Prabowo adalah murid dari Soeharto, yang membentuk tim mawar, dan dituding menculik beberapa aktivis guna melanggengkan kekuasaan Soeharto. Arie menyoroti kalau nanti terjadi duet Jokowi-JK versus Prabowo-Ical maka pertarungan di pemilu presiden akan menarik sekali. Namun persaingan akan lebih seru kalau ada satu pasangan capres-cawapres, yaitu poros Demokrat.

"Kalau Demokrat koalisi dengan PAN punya kans yang besar juga. Bakal lebih menarik ini, bukan head to head lagi," ujar Arie.Dalam prediksinya Arie mengkomposisikan tiga kekuatan dari koalisi pencapresan bila Demokrat membentuk poros baru. "Demokrat-PAN-PPP, PDIP-NasDem-PKB, Gerindra-Golkar-PKS," kata Arie.

"Masing-masing peta koalisi itu mencerminkan golongan atau kelompok dalam masyarakat," lanjutnya menjelaskan.Bagi Arie, Demokrat tetap perlu membuat poros baru untuk bisa memajukan pasangan capres-cawapresnya sebagai eksistensi dan juga gengsi Susilo Bambang Yudhoyono.

"Jadi punya panggung politik sendiri," ucapnya.Kepastian Prabowo berpasangan dengan Ical makin kuat setelah keduanya berbincang soal pembagian kerja keduanya di pemerintahan kelak. Dalam pertemuan Ical dan Prabowo di kediaman mantan Danjen Kopasus itu, Ical sempat dijamu makan siang. Setelah makan siang, Ical dan Prabowo menuju ke sebuah ruangan.Ical dan Prabowo meminta kepada seluruh rombongannya untuk tidak ikut ke dalam ruangan. Bahkan ajudan keduanya juga dilarang ikut menemani.

"Kita lagi menata. Ngobrol Jika Pak Prabowo presidennya tugas saya apa sebagai wakil dan jika saya presiden tugas Pak Prabowo sebagai wakil apa," ujar Ical di Epicentrum, Selasa (6/5).Namun lagi-lagi Ical menegaskan perbincangan keduanya tidak sampai membahas soal urutan capres dan cawapres, hanya berbicara pembagian tugas. "Capres dan cawapres hanya instrumen," kata Ical sambil tersenyum.

Ical menjelaskan dirinya juga berbicara dengan Prabowo soal Economy Policy dengan harapan masyarakat Indonesia berperan aktif dalam pembangunan. Bukan hanya 10% dan 20% masyarakat, tetapi seluruh rakyat Indonesia. Ical juga mengatakan Prabowo setuju untuk memaksimalkan pembangunan usaha kecil dan menengah. - See more at: http://www.gresnews.com/berita/polit...tan-orde-baru/

----------------------------

Makanya kalau SBY bisa bikin pilihan alternatif diluar 3 orang itu, akan lebih baik, dan boleh jadi akan banyak yang memilihnya. Coba misalnya pasangkan Sri Sultan HB X dan Jenderal Pramono Edhie, dengan Sultan sebagai Capres, saya berani taruhan, Jokowi pun pasti akan tersingkir, sebab rakyat jawa pasti cenderung akan memilih Rajanya ketimbang wong cilik yang kepingin jadi Ratu.


emoticon-Matabelo
Diubah oleh yantique 07-05-2014 13:14
0
1.8K
11
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan