b4djulAvatar border
TS
b4djul
Warga DKI: Ternyata Dia Serakah! Banjir, Macet, Sampah, Air Bersih, Dia kok Ngacir?
Gawat, Jakarta Masih Darurat Air Bersih
Cuma 60 Persen Warga DKI Nikmati Air PAM
Rabu, 30 April 2014 , 09:51:00 WIB

RMOL. Ibukota darurat air bersih. Untuk mencukupi sekitar 10 juta penduduknya, dibutuhkan setidaknya 31 ribu meter kubik per detik. Kenyataannya, kini ketersediaan air di Jakarta hanya mencapai 18 ribu meter kubik per detik.

Fakta itu disampaikan Direktur Utama Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jaya Sri Kaderi Widjajanto. Menurutnya, ini lantaran potensi air baku di 13 sungai besar dan 70 sungai kecil di ibukota hanya mencapai 15 ribu kubik per kapita per tahun. Sehingga layanan air bersih perpipaan di Jakarta belum bisa mencapai 100 persen.

“Memang tidak mudah mengolah potensi air baku yang ada. Di Jakarta saja, kita masih sangat sulit mendapatkan air baku untuk air minum. Bahkan saat ini baru sekitar 60 persen warga Jakarta yang airnya terlayani oleh perpipaan,” ujar Sri.

Selebihnya, lanjut Sri, warga yang mendapatkan akses air bersih non perpipaan seperti stasiun air atau kios air, hidran air, sekitar 16 persen. Sisanya sebanyak 24 persen warga Jakarta masih memanfaatkan air dalam tanah.

Namun, ia mengklaim, pihaknya terus berupaya meningkatkan layanan air bersih dengan perpipaan. Salah satu langkah yang diambil, yakni dengan membangun instalansi pengolahan air (IPA) di Bekasi. Selain itu, bersama dua BUMD dan BUMN akan dibangun instalasi untuk mengolah air Ciliwung menjadi air bersih.

“Kami menargetkan setidaknya pada 2018 mendatang layanan perpipaan bisa mencapai 87 persen. Kemungkinan besar instalasi untuk mengolah air baku di sungai Ciliwung akan dibangun di kawasan Lenteng Agung atau di Condet. Kita akan bangun reservoir di sepanjang sungai Ciliwung,” ungkapnya.

Selain itu, lanjut Sri, untuk memenuhi kebutuhan air di Jakarta, juga akan dibangun instalasi pengolahan air di Pejaten dan Pesanggarahan bersama Palyja.

Juga adanya instalasi pengolahan air mobile yang mengolah air dari Waduk Pluit untuk didistribusikan ke rumah susun Pluit.

Kondisi ini jelas membuat warga ibukota khawatir. Padahal, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta telah memberikan tanggung jawab pengelolaan air bersih kepada dua operator, yaitu PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) dan PT Air Aetra Jakarta (Aetra).

Tak heran, hingga kini masih banyak warga DKI yang masih kekurangan air bersih. Seperti yang dialami warga di Kecamatan Cengkareng, setiap pagi bahkan siang hingga sore hari menjelang Maghrib, pasti air PAM tidak mengalir. Hal itu jelas sangat menyulitkan warga.

“Susah kalau mau cuci baju atau masak, pasti sebelumnya malam hari sekitar jam 10 malam hingga dini hari kebanyakan warga menampung air untuk pagi hari. Memang nyala airnya cuma sekitar jam segitu. Makanya, nggak sedikit pula warga yang menggunakan mesin pompa untuk air tanah, meski kualitasnya berbeda,” ujar Nimun, salah satu warga.

Hal ini juga dirasakan warga Jakarta Utara. Ratusan warga di Kelurahan Marunda, Cilincing, juga mengalami kekurangan pasokan air bersih. Kebanyakan dari mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan melakukan tandon air hujan dan membeli air dengan gerobak. Sehingga warga harus mengeluarkan dana lebih setiap hari untuk membeli air bersih.

“Rata-rata sehari warga disini mengeluarkan uang antara Rp 20 hingga 25 ribu untuk membeli air bersih. Memang selama ini di wilayah kami air sering tidak mengalir. Warga sudah mengeluhkan hal tersebut kepada pihak Aetra agar volume air di wilayah Marunda ditambah, tapi nyatanya tidak dapat respons,” keluh Imron, warga Cilincing.

Pada saat kunjungan di Instalasi Pengelolaan Air (IPA) I Pejompongan, Corporate Communications and Social Responsibilities Division Head of Palyja, Meyritha Maryanie menuturkan, kebutuhan air baku Palyja bergantung pada Waduk Jatiluhur milik Perum Jasa Tirta (PJT) II.

“Karena itu, jika ada gangguan dari stasiun pompa yang mengalirkan air baku menuju Instalasi Pengolahan Air (IPA) milik Palyja, maka distribusi air bersih kepada para pelanggan Palyja akan terganggu,” terangnya.

Menurutnya, pemilik baru Palyja harus mampu membangun sumber pasokan air baku di ibu kota. Dengan demikian, pasokan air baku tak lagi bergantung pada Waduk Jatiluhur. Sehingga jika pasokan air baku di Waduk Jatiluhur terganggu, pelayanan air bersih tetap berjalan melalui pasokan air baku dari dalam Jakarta.

"Kami minta pemilik baru Palyja dapat menghidupkan kembali pasokan air baku seperti di Pejaten Timur dan Cilandak, agar pasokan air bakunya bertambah," ujar Meyritha.

Seperti diketahui, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) telah menunjuk dua BUMD untuk mengambil alih saham kepemilikan Palyja.

Jokowi Mesti Perbanyak Bangun Sumur Resapan

Minimnya stok air baku, salah satunya sebagai dampak Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Seperti diketahui, sebelumnya TMC dilakukan sebagai salah satu upaya mengurangi intensitas hujan guna mencegah banjir di ibu kota.

Sayangnya, rekayasa yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta dengan menggandeng Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) ini tak hanya dinilai kurang efektif.

Sebab, selain dinilai bukan merupakan proyek jangka panjang mengatasi banjir, rekasaya cuaca ini juga dapat merugikan beberapa daerah sekitar Jakarta yang kekurangan air tanah.

"Ini kan cuma dilakukan waktu darurat, puncak musim hujan saja. Modifikasi cuaca membuang air ke laut, tapi sebenarnya kita butuh air. Wilayah-wilayah di sekitar Jakarta juga memerlukan air untuk berbagai hal. Saat musim hujan, air hujan seharusnya dibiarkan agar meresap ke tanah, untuk kebutuhan air bersih," kata pengamat perkotaan Yayat Supriyatna.

Menurut Yayat, sebaiknya Pemprov DKI lebih berupaya memperbaiki kerusakan lingkungan daripada memodifikasi cuaca. Biaya modifikasi cuaca sebesar Rp 28 miliar yang dikeluarkan Pemprov DKI sebaiknya digunakan untuk membuat sumur-sumur resapan sebagai penampung air hujan.

Untuk sekarang, lanjutnya, tidak mengapa karena opsinya hanya itu dan dilakukan mendadak. Tetapi sesudah musim kemarau, harus dibuat anggaran sebesar itu mungkin untuk memperbanyak sumur resapan, jadi air hujan bisa diserap maksimal.

“Jadi tidak perlu modifikasi cuaca. Ibaratnya kita sudah gagal merawat lingkungan, kita seperti mematikan keran airnya. Jadi urusan Tuhan diutak-atik oleh manusia. Uang ini jangan sampai mubazir. Cukuplah ini tahun terakhir buat rekayasa cuaca," tandas Yayat.
http://jakartabagus.rmol.co/read/201...rat-Air-Bersih

Sampah di Jl KS Tubun 3 Tebar Aroma Bau Busuk
Minggu, 27 April 2014 13:14 WIB

Warga yang bermukim di Jl KS Tubun 3, Kelurahan Slipi, Kecamatan Palmerah mengeluhkan tumpukan sampah yang berada di salah satu sudut wilayah pemukiman mereka. Sebab selain kotor, tumpukan sampah itu juga menebarkan aroma bau busuk sehingga sangat mengganggu kenyamanan warga.

"Saya jadi malas kalau lewat sini. Karena baunya yang menyengat serta banyak lalat "

Neneng (34), warga RT 01/04 Slipi menuturkan, ia dan warga lainnya sangat terganggu oleh keberadaan tumpukan sampah yang menebarkan aroma bau busuk tersebut. "Saya jadi malas kalau lewat sini. Karena baunya yang menyengat serta banyak lalat," keluh Neneng, Minggu (27/4).

Sandi (52), petugas kebersihan di Jl KS Tubun 3 menuturkan, tumpukan sampah itu disebabkan jadwal truk sampah yang hanya dua kali seminggu melakukan pengangutan sampah. Sementara produksi sampah di wilayahnya cukup banyak karena padatnya penduduk.

Dikatakan Sandi, kondisi itu diperparah oleh keberadaan sampah sisa banjir awal tahun lalu yang hingga kini belum diangkut. "Ada sampah sisa banjir awal tahun lalu yang ternyata juga belum diangkut. Jadi sudah 4 bulan belum diangkut sehingga menimbulkan bau busuk," katanya.

Untuk itu, pihaknya berharap Sudin Kebersihan Jakarta Barat mau memfasilitasi alat berat untuk mengangkut sampah di Jl KS Tubun 3 tersebut. "Karena banyaknya sampah, kami berharap Sudin Kebersihan mengerahkan alat berat ke sini," tandasnya.
http://beritajakarta.com/read/1749/S...roma_Bau_Busuk

Belasan Rumah Penduduk di Tanah Abang Terbakar
Jumat, 2 Mei 2014 11:21 WIB

TRIBUNNEWs.COM, JAKARTA - Kebakaran terjadi lagi di Jakarta. Pada Jumat (2/5/2014) dini hari, 14 rumah penduduk di Jalan Tanah Abang V, Kelurahan Petojo Selatan, Jakarta Pusat terbakar.

"Api pertama kali saya ketahui sekitar jam 24.00 WIB (Kamis). Saat itu saya melihat asap keluar dari atap rumah. Selain itu, saya juga mendengar suara percikan api yang membakar bagian atas rumah," ujar Anton, Ketua RT 02, Petojo Selatan, Jakarta Pusat, yang rumahnya ikut terbakar, Jumat (2/5/2014).

Menurut Anton, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Namun beberapa orang warga mendapat luka ringan, saat mencoba menyelamatkan barang-barang di dalam rumah. Anton mengatakan, api baru bisa dipadamkan sekitar pukul 03.00 WIB.

"Karena api sangat besar. Petugas pemadam juga kesulitan saat menjangkau ke dalam pemukiman di.dalam gang," ujar Anton.

Menurut Iwan, seorang warga yang rumahnya terbakar, dugaan sementara yang diketahui warga, kebakaran disebabkan oleh lilin yang dinyalakan oleh seorang warga.

Meskipun demikian, warga mengatakan, pada saat kejadian, listrik masih menyala. "Padahal enggak mati lampu kok semalam," ujar Iwan.

Pantauan Kompas.com, kondisi rumah yang terbakar, sebagian besar mengalami kerusakan total. Untuk membatasi area yang dilalui warga, polisi telah memasang garis polisi di beberapa tempat. Saat ini, beberapa warga yang menjadi korban masih berusaha merapikan isi rumah, dibantu oleh beberapa warga sekitar.
http://www.tribunnews.com/metropolit...abang-terbakar

Minggu, 12/01/2014 15:15 WIB
Soal Banjir dan Macet, Jokowi: Yang 30 Tahun Sebelumnya Berbuat Apa?

Jakarta - Survei MEDIAN menunjukkan mayoritas rakyat Jakarta tak puas dengan kinerja Gubernur Joko Widodo dalam menangani banjir dan amcet. Merespon hal ini, Jokowi, panggilan Joko, justru melempar pertanyaan soal penanganan yang sudah dilakukan sebelum dia memerintah.

"Yang 20 tahun, yang 30 tahun sudah (berbuat) apa?" kata Jokowi merespon di sela-sela inspeksinya di pinggir Pintu Air Karet-Pejompongan, Kanal Banjir Barat, Jakarta Pusat, Minggu (12/1/2014).

Jokowi menyatakan dirinya baru satu tahun memerintah Ibu Kota. Menurutnya, penanganan banjir di Jakarta dilakukan setahap demi setahap dan tak bisa beres dalam sekejap mata.

"Baru setahun, terus 'gimana', saya tanya balik?"

Jokowi mejelaskan, dirinya sudah berupaya mengatasi problem klasik itu. Namun kembali lagi, itu butuh waktu yang tidak cukup hanya satu tahun.

"Kan kita sudah keruk semuanya. Kan ada progres perkembangan. Yang dulu tergenang mana, yang sudah tidak tergenang mana," tuturnya di bawah payung berlindung dari guyuran hujan.

Tingkat kepuasan warga Jakarta terhadap kinerja Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sangat tinggi. Namun masalah banjir dan macet masih menjadi momok warga Ibu Kota sampai saat ini.

"Secara umum ada peningkatan kepuasan sejak November 2013 hingga Januari 2014, tapi ada 2 bidang kenaikan tingkat ketidakpuasan yang siginifikan yaitu banjir dan kemacetan. Ini harus diperhatikan Pak Jokowi bahwa banjir dan macet masih jadi momok warga Jakarta," kata Direktur Eksekutif MEDIAN, Rico Marbun, dalam publikasi hasil survei Median "Melihat Persepsi Publik Jakarta atas Kinerja dan Wacana Pencapresan Jokowi", di restoran Bumbu Desa, Jl Cikini Raya, Jakarta Pusat, Jumat (10/1/2014).

Survei ini diadakan pada periode 26 Desember 2013 - 4 Januari 2014 dengan melibatkan 750 responden di DKI Jakarta. Responden dipilih secara acak menggunakan multistage random sampling dengan margin of error 3,5% pada tingkat kepercayaan 95%.

Survei dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan metode face to face interview. Survei dilakukan dengan biaya sendiri yang diambil dari berbagai kegiatan survei lain.
http://news.detik.com/read/2014/01/1...ya-berbuat-apa

Jokowi Resmi Capres, Warga DKI: Ternyata Dia Serakah
Jumat, 14 Maret 2014, 15:54 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendapat bernada kecewa dilontarkan sejumlah warga Jakarta terkait keputusan PDI Perjuangan yang secara resmi mengusung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden. Mereka kecewa karena mengetahui watak asli Jokowi yang sebenarnya.

"Ternyata dia serakah jabatan. Kalau mau maju jadi capres kan bisa pemilu mendatang," kata Mardiana Tanjung (30 tahun), warga Kelurahan Rambutan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur kepada Republika, Jumat (14/3) petang.

Wanita yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan di rumah sakit itu berpendapat, ia menyesal telah memilih Jokowi pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012 lalu. Karena, dengan memilih Jokowi ia berharap banyak bisa membereskan masalah yang ada di ibu kota.

"Jakarta belum beres. Beresin dulu Jakarta baru nyapres," katanya dengan nada ketus.

Sugeng Triono, warga yang juga pernah memilih Jokowi sebagai gubernur pada 2012 lalu, juga menyatakan kekecewaannya. "Baru sedikit perubahan yang kita rasakan semenjak dipimpin Jokowi, tapi beliau malah tergiur dengan jabatan yang lebih besar. Masih banyak PR yang belum diselesaikan Jokowi," kata Sugeng yang merupakan warga Rawa Belong, Palmerah, Jakarta Barat itu.

Menurut Sugeng, sebagai gubernur, kapasitas Jokowi tak pernah ia ragukan. Tapi, keyakinannya itu berubah saat ia bersedia diusung menjadi calon presiden. "Khususnya dalam pergaulan internasional. Saya tak yakin Jokowi bisa memberikan perubahan bagi Indonesia," katanya.

Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, akhirnya resmi dicalonkan sebagai calon presiden dalam Pemilu 2014 oleh DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
http://www.republika.co.id/berita/pe...ta-dia-serakah

----------------------

Krisis mental di negeri ini memang parah sekali. Orang kok mau ngotot menjadi Pimpinan Nasional dengan metode 'kutu loncat', main karbitan, instant, dan hanya berprestasi menurut media berbayar? Alamak!


emoticon-Turut Berduka :berduks
0
5.5K
67
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan