baliweb76Avatar border
TS
baliweb76
[operasi seroja] Recon Taifib Comoro Dili 1975
Akhirnya, JTF operasi Seroja memutuskan bahwa Minggu pagi, 7 Desember 1975 sebagai D-Day untuk membebaskan Timor Timur dari Fretilin.
Untuk mengamankan pantai untuk pendaratan amfibi, Komando Tugas Amfibi mengirim satu tim dari Intai Amfibi dipimpin oleh Kapten Marinir Arthur Solang.

Dalam kegelapan pagi hari itu, Kapten Solang dengan lima anak buahnya meninggalkan KRI Sam Ratulangi dengan perahu karet dan kemudian berenang ke pantai untuk membersihkan ranjau dan memasang rambu-rambu di pantai dalam persiapan untuk pendaratan amfibi. Mereka seharusnya kembali ke kapal. Karena arus yang kuat pagi itu, Kapten Arthur Solang memutuskan untuk tetap di pantai bersama dengan satu orang timnya dan menunggu kedatangan batalyon pendarat. Mereka tidak memiliki pengetahuan sebelumnya bahwa satgasfib akan membombardir Landing Zone,
selama pemboman dari kapal-kapal perang keduanya bersembunyi di beberapa daerah yang aman di pantai Comoro.

Empat anggota lain dari tim Taifib yang berenang kembali ke KRI Ratulangi tersapu oleh arus kuat mengarah ke pulau Alor sekitar 40 km jauhnya.
pratu FHA Suyono berenang menuju Pulau Alor. Pada hari kedua, ia melihat sebuah Dakota dari Angkatan Udara Indonesia.
Sang prajurit yang telah mengambang di arus kuat dan gelombang laut terbuka selama lebih dari 20 jam mulai melambaikan tangannya untuk meminta bantuan. Tapi C-47 Dakota terbang untuk terlalu tinggi untuk dapat melihat dia.

Saat kembali berenang pergelangan kakinya diserang oleh ikan beberapa kali, menyebabkan luka. Untungnya luka-luka pada pergelangan kakinya tidak menarik perhatian hiu. Namun, tetap saja banyak ikan kecil menggigit kakinya, ketika ia mencoba untuk melawan mereka dan diterjang gelombang laut.

Dia akhirnya berhasil mencapai pantai Pulau Alor. Sementara dia benar2 kelelahan, energinya terkuras dan masih harus membela dirinya sendiri untuk bertahan hidup.
Penduduk setempat yang mengelilinginya dengan wajah curiga, prajurit Suyono dicurigai sebagai anggota Fretilin yang telah melarikan diri dari Timor Timur.
Melihat penampilan marah di wajah mereka, dan menyadari bahwa mereka berencana untuk menyakitinya, Suyono mengancam mereka dengan granat.
Akhirnya kesalahpahaman itu diselesaikan dengan cara damai ketika seorang anggota Taifib Marinir juga terdampar di Pantai tersebut.

Keduanya harus melakukan perjalanan empat hari berjalan kaki ke pos militer terdekat untuk melaporkan, sebelum ia dijemput oleh sebuah kapal perang Angkatan Laut yang berpatroli.

Dua anggota Taifib lainnya, yaitu Sersan Mayor Slamet Supriyadi dan Kopral Supardi, yang berenang dengan mereka, dinyatakan hilang di laut dalam tugas mereka.

Sementara di pantai Comoro, Kapten Solang dan salah satu anak buahnya kemudian bergabung dengan Yonif 5 Marinir yang mendarat di sana dan dipimpin oleh Letnan Kolonel Ahmad Sediono.
Setelah itu Marinir bergerak untuk beergabung dengan satuan Angkatan Darat di jalan Fatuhada di sebelah utara bandara Dili. Pasukan Marinir terus bertahan posisi ini.

Sumber : Hendro Subroto (Saksi Mata Perjuangan Integrasi Timor Timur, Pustaka Sinar Harapan, 1997)

Letnan Kolonel Arthur Solang komandan Marinir Taifib (1977-1982) dan Komandan Denjaka (AL Pasukan Khusus) 1982-1985 meninggal dalam kecelakaan terjun payung di Serpong, Jawa Barat pada 22 November 1985.
Namanya di abadikan menjadi nama Ksatrian Denjaka Cilandak.

[kalo repost bisa dilaporkan untuk dihapus]

Jaman Ops Seroja ini kekacauan manajemen / koordinasi / komunikasi menjadi musuh terbesar sepertinya.
0
12.8K
15
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan