sibuhuanAvatar border
TS
sibuhuan
Jejak Letusan Kelud terasa di Solo, Sekolah Diliburkan




Kamis (13/2/2014) mendekati tengah malam, saya masih terjaga karena membalas komen artikel Kompasiana tentang Jokowi. Jendela bergetar. Dentuman-dentuman seperti geledek terdengar. Makin konstan dan lama, hingga sekitar setengah jam nyaris tanpa henti.

Saya keluar rumah. Ternyata para tetangga juga melakukan hal yang sama. Kami saling bertanya, ada apa? Baru kami sadar, itu adalah bunyi dentuman dan getaran vulkanik akibat meletusnya Gunung Kelud. Saya buka Facebook, ternyata sudah ramai status meletusnya Gunung Kelud. Kami yang di Solo merasakan hal seperti itu. Bagaimana dengan Saudara-Saudara kami yang tinggal di sekitar Gunung Kelud? Saya tak berani membayangkan.

Saya nyalakan televisi. Beberapa stasiun masih konsisten dengan sinetron sampah. Ada beberapa yang memutar film Hollywood. Tapi TV One dan Metro TV ternyata sudah melaporkan situasi terkini Gunung Kelud. Sayang hanya melalui telepon, bukan laporan on the screen on the spot. Dari televisi saya tahu di sekitar Gunung Kelud sudah terjadi hujan batu. Sambil berdoa untuk keselamatan saudara-saudara di Kediri dan sekitarnya, saya pun tidur.

Saat bangun pagi sehabis melaksanakan Salat Subuh, kompleks sudah ramai. Padahal suasana masih gelap. Astaghfirullahal ‘adzim… ! Hujan abu mengguyur cukup deras. Begitu cepat suasana berubah. Jalan tertutup abu. Tanaman-tanaman dan mobil yang diparkir di luar rumah juga demikian. Genteng rumah semua sudah berubah warna menjadi putih-kelabu.

Anak-anak saya bangunkan, mereka saya minta tetap bersiap ke sekolah. Tapi rasanya tak mungkin membawa mereka ke tempat belajarnya dengan motor seperti biasa saya lakukan tiap hari. Tentu kami akan berjibaku dengan debu selama perjalanan. Akhirnya suami putuskan mengantar anak-anak dengan mobil. Pukul 06.00 WIB anak tetap berangkat ke sekolah karena belum ada pengumuman sekolah diliburkan.Anak saya sudah telanjur berangkat, ketika kemudian kami mendapat informasi bahwa sekolah se-Solo diliburkan karena situasi yang tidak memungkinkan akibat hujan abu.



Suasana Jl Slamet Riyadi Solo. (Foto by Ridho Taqobballaloh)


Di tengah kota, jalan lebih lengang dari biasanya. Namun abu bertebaran karena tertiup angin saat kendaraan yang melaju. Laporan seorang kawan, jarak pandang hanya 10 meter. Pengguna jalan harus ekstra hati-hati.

Namun di balik bencana, ada hal yang indah. Di Jl Agus Salim, Laweyan, ada warga yang suka rela membagi-bagikan masker kepada pengguna jalan. Semoga keberkahan hidup selalu melingkupi dia. Sayang tak ada kesempatan mengabadikan dengan kamera. Bila makin banyak warga bersifat penolong dan fast respons seperti ini, saya yakin Indonesia akan baik-baik saja.

Sementara itu hingga pukul 07.30 WIB menjelang tulisan ini saya posting, hujan abu masih berlangsung. Abu makin tebal menutup apapun yang ada di luar rumah. Sementara ketebalan tumpukan abu rata-rata mencapai satu sentimeter,

Semoga saja Saudara-Saudara kita di sekitar Gunung Kelud selamat. Amieen ya Rabb…




Note: Berita seputar letusan kelud ini akan kami update terus untuk memberikan informasi buat masyarakat Indonesia.

Quote:



Quote:





sumber photo dan berita: kompasiana
Diubah oleh sibuhuan 14-02-2014 02:24
0
1.6K
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan