kurniadihusengoAvatar border
TS
kurniadihusengo
Pentingnya mewaspadai kelebihan maupun kekurangan tiroid
Hormon tiroid sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh , dan kekurangan maupun kelebihan hormon ini bisa menimbulkan masalah. Kenali gejala penyakit ini demi penanganan yang lebih efektif.

Selama ini , mungkin kita tidak terlalu menyadari pentingnya hormon tiroid. Padahal , fungsi hormon yang satu ini adalah mengatur metabolisme tubuh. Jadi , bisa dibilang hormon tiroid mempengaruhi ujung kepala sampai ujung kaki , karena seluruh metabolisme tubuh kita diatur oleh hormon tersebut.

Hormon tiroid di dalam tubuh tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih. Jumlahnya harus pas. Karena itu gangguan terhadap level hormon tiroid bisa memicu sejumlah masalah serius.

Jika kekurangan hormon tiroid , maka metabolisme seseorang akan berkurang. Ia jadi merasa malas , mudah mengantuk , tidak nafsu makan , cenderung gemuk , dan selalu kedinginan. Apa yang masuk ke dalam tubuh tidak bisa diproses dengan baik sehingga ia tidak punya tenaga untuk melakukan apapun.

Sebaliknya , jika kelebihan hormon tiroid , maka metabolismenya akan berlebih. Orang tersebut menjadi kurus , banyak berkeringat , gemetaran , dan jantung berdebar.

Kelebihan hormon tiroid atau hipertiroid sering disebut gondok beracun oleh awam. Hal ini disebabkan produksi hormon tiroid yang levelnya di atas normal sehingga berpengaruh pada organ-organ target. Pasien juga mengalami hipermetabolisme. Meski makannya banyak , berat badannya tidak pernah naik.

Pasien hipertiroid juga memiliki debaran jantung meningkat di atas normal , tidak tahan terhadap panas dan sering berkeringat , sulit sekali konsentrasi karena maunya bergerak terus (hiperaktif) , sering tremor , dan kadang sering buang air.

Sebaliknya , bagi pasien yang kekurangan hormon tiroid atau hipotiroid , ia akan menunjukkan gejala yang berlawanan dari hipertiroid , seperti berbadan gemuk , merasa malas , kedinginan , dan selalu mengantuk.

Dari segi jenis kelamin , penyakit tiroid paling banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria. Dari segi usia , penyakit ini banyak menyerang usia produktif , ketika aktivitas mulai meningkat , yakni 20-40 tahun.

Dulu , penyebab sakit tiroid adalah kekurangan yodium , yang merupakan bahan dasar untuk membuat hormon tiroid. Kalau kandungan yodium rendah , maka hormon tiroid tidak terbentuk.

Namun , yang banyak terjadi saat ini , penyebab sakit tiroid tidak diketahui. Yang sering atau lebih mudah diketahui adalah faktor genetik. Karena itu , jika ada pasien dengan gejala penyakit tiroid , pertanyaan pertama yang diajukan dokter adalah apakah di keluarga pasien tersebut ada yang mengalami sakit tiroid.

Untuk mendeteksi penyakit tiroid , selain melakukan pemeriksaan darah dan kadar hormon , juga ada usg dan ct scan leher untuk menentukan pembesaran tiroid yang sulit dilakukan dengan sekadar meraba leher. Ini karena kelenjar tiroid memiliki dua lobus , kanan dan kiri , yang dihubungkan oleh ismus , sehingga bisa saja pembesaran tidak merata dan hanya ada di salah satu lokasi.

Jumlah penderita tiroid tak ubahnya fenomena gunung es. Banyak masyarakat tidak menyadari bahwa dia mengalami penyakit tiroid sehingga banyak yang tidak datang ke dokter. Padahal , jumlah penderitanya cukup banyak. Namun , karena penyakit ini tidak memiliki gejala yang tampak seperti gejala penyakit , maka tak banyak yang menyadarinya.

Banyak yang baru mengetahui bahwa gejala yang dialami ternyata berhubungan dengan gangguan tiroid saat melakukan medical check up. Yang pasti , jumlah pasien di klinik metabolik endokrin rscm adalah sekitar 1.300-1.400 per bulan , dengan pasien tiroid sebesar 20-30 persen.

Komplikasi terburuk yang paling ditakuti dari penyakit tiroid adalah jika ia menyerang organ-organ vital seperti jantung sehingga bisa terjadi gangguan irama jantung. Baik penderita hipertiroid maupun hipotiroid berpotensi mengalaminya.

Bagi penderita hipertiroid , jantungnya bisa menjadi terlalu lelah karena dipaksa bekerja keras lantaran metabolisme tubuh yang berlebihan. Sementara itu , bagi penderita hipotiroid , jantungnya juga bisa bermasalah. Bukan karena kelelahan , melainkan karena mekanismenya tidak jalan lantaran terjadi penimbunan lemak , seperti penyakit jantung koroner.

Penyakit hipertiroid mungkin lebih mudah disadari daripada hipotiroid , karena gejalanya tidak nyaman sekali sehingga pasien tahu bahwa dia sakit.

Memang , gejala hipertiroid bisa tampak jelas sekali. Manifestasinya biasanya di leher , karena lokasi kelenjar tiroid berada di leher di depan trachea atau batang tenggorokan. Bisa jadi , leher tidak terlalu besar sampai pasien tidak menyadari ada pembesaran kelenjar tiroid di lehernya. Atau sebaliknya , ada yang lehernya besar sekali tetapi tidak ada gejala apa-apa. Jadi , besar atau kecilnya kelenjar tiroid tidak dipengaruhi oleh gejala klinis.

Pasien hipertiroid biasanya datang dengan keluhan kosmetik , yakni adanya pembesaran di leher yang kadang disertai gangguan menelan , batuk berulang yang tak kunjung sembuh , dan bola mata menonjol.

Ada kondisi-kondisi yang dikenal sebagai subklinik hipertiroid dan subklinik hipotiroid. Kondisi ini merupakan sebuah sinyal bagi pasien tersebut untuk segera ditangani dengan baik. Jika tidak , maka ia akan masuk pada tahap klinikal hipertiroid atau klinikal hipotiroid. Subklinik berarti sudah ada gangguan hormonal tetapi gejala belum tampak , terutama gangguan pada thyroid stimulating hormone atau tsh.

Tatalaksana penyakit tiroid harus dengan obat. Lain halnya dengan penyakit diabetes yang masih bisa diatasi dengan modifikasi gaya hidup , penyakit tiroid tidak bisa. Mau tidak mau , pasien harus mengkonsumsi obat.

Ada 3 macam modalitas terapi untuk penyakit tiroid. Pertama adalah obat-obatan , kedua dengan radioterapi , dan ketiga dengan operasi. Pembedahan terutama dilakukan jika pembesaran di leher sudah sangat besar sehingga pasien merasa tercekik , napasnya terganggu , dan menelan makanan menjadi sulit.

Bisakah pencegahan terhadap penyakit tiroid dilakukan? Bisa saja

Langkah pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan menghindari konsumsi makanan yang konsentrasi atau kadar yodiumnya tinggi bagi penderita hipertiroid. Sebaliknya , pada penderita hipotiroid , konsumsilah makanan dengan kadar yodium tinggi , misalnya hidangan laut.

Namun , langkah pencegahan ini tidak berlaku bagi penderita tiroid yang diakibatkan oleh faktor genetik. Yang bisa dilakukan adalah memberi wawasan dan edukasi mengenai gejala penyakit tersebut , sehingga saat gejala muncul , pasien maupun keturunannya bisa segera mengunjungi dokter.

Jika memungkinkan , lakukan pemeriksaan setahun atau dua tahun sekali di fase usia subur atau usia produktif untuk mengecek secara rutin sebagai bentuk antisipasi sedini mungkin.

Semoga berguna informasinya.

Saya jangan dibata ya. Hanya ingin memberikan informasi kesehatan mungkin berguna untuk agan dan aganwati.
0
4.1K
6
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan