- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Sejarah Perayaan Imlek
TS
teuteuteuteu
Sejarah Perayaan Imlek
Permisi para juragan, ane ingin berbagi tulisan tentang Sejarah Perayaan Imlek, mohon maaf sebelumnya klo repsol ....
I just want to share....
Sejarah Perayaan Imlek
Warna Merah.
Menurut legenda, dahulu kala, Nin (?) adalah seekor raksasa pemakan manusia dari pegunungan (atau dalam ragam hikayat lain, dari bawah laut), yang muncul di akhir musim dingin untuk memakan hasil panen, ternak dan bahkan penduduk desa. Untuk melindungi diri merka, para penduduk menaruh makanan di depan pintu mereka pada awal tahun. Dipercaya bahwa melakukan hal itu Nian akan memakan makanan yang telah mereka siapkan dan tidak akan menyerang orang atau mencuri ternak dan hasil Panen. Pada suatu waktu, penduduk melihat bahwa Nian lari ketakutan setelah bertemu dengan seorang anak kecil yang mengenakan pakaian berwarna merah. Penduduk kemudian percaya bahwa Nian takut akan warna merah, sehingga setiap kali tahun baru akan datang, para penduduk akan menggantungkan lentera dan gulungan kerta merah di jendela dan pintu. Mereka juga menggunakan kembang api untuk menakuti Nian. Adat- adat pengurisan Nian ini kemudian berkembang menjadi perayaan Tahun Baru. Gu nin ( Hanzi tradisional : ??; bahasa Tionghoa: ?? ), yang berarti “menyambut tahun baru”, secara harafiah berarti “mengusir Nian”. Sejak saat itu, Nian tidak pernah datang kembali ke desa. Nian pada akhirnya ditangkap oleh ?? ?? atau ??? ? Hongjun Laozu, seorang Pendeta Tao dan Nian kemudian menjadi kendaraan Honjun Laozu.
Menggantung lentera merah
Tradisi ini berkaitan dengan masa Dinasti Ming. Pada saat itu, Li Zicheng, seorang pemimpin pemberontak mempersiapkan diri untuk menguasai Kota Kaifeng. Agar penyerangan tidak mengganggu rakyat jelata, Li memerintahkan rakyat untuk menggantung lentera merah
di pintu rumahnya sebagai tanda. Namun malangnya, saat itu terjadi banjir. Penduduk lari ke
atap rumah untuk menyelamatkan diri sambil membawa lentera merah. Dari kejauhan, Li melihat rakyatnya karena cahaya lentera merah tersebut dan memerintahkan prajuritnya untuk menolong mereka. Sejak itulah, untuk memperingati kebaikan hati Li, bangsa Tionghoa selalu menggantung lentera merah pada setiap perayaan penting, salah satunya Tahun Baru Imlek.
Membunyikan petasan
Menurut legenda Tionghoa kuno, zaman dahulu di atas rumpun pohon bambu hidup mahluk aneh dinamakan Mahluk Gunung. Mahluk aneh ini pendek, hanya memiliki satu kaki, dan dikenal suka mengganggu penduduk desa. Suatu hari, karena kedinginan, penduduk desa membakar bambu dalam perapian. Mahluk gunung pun muncul tiba-tiba dan menyerang mereka. Namun saat kekacauan terjadi, potongan bambu yang berada di perapian meletus dan
menakut-nakuti para mahluk gunung ini. Sejak itulah, tradisi membunyikan petasan dilakukan, terutama saat malam Tahun Baru Imlek.
Menyembunyikan sapu
Menurut legenda, pada zaman dahulu ada seorang pedagan bernama Ou Ming yang selalu berpergian menggunakan perahu. Suatu hari, saat ia sedang berlayar tiba-tiba badai menghadang. Ia terdampar di sebuah pulau dan perahunya rusak berat sehingga tidak dapat dipakai. Ou kemudian ditolong oleh Qing Hongjun, penghuni pulau tersebut. Qing menjamu Ou dengan hangat, kemudian berniat memberikan kenang- kenangan kepada Ou. Ou kemudian meminta Ru Yuan, pelayang cantik yang bekerja di rumah Qing. Qing awalnya ragu, namun akhirnya ia memberikan Ru Yuan beserta satu peti permata. Namun Ou ternyata berniat jahat, ia berniat memiliki semua permata itu sendiri. Ia merayu Ru Yuan agar memberikan
kunci peti permata itu. Akhirnya, kunci itu diberikan. Sejak saat itu perlakuan Ou terhadap Ru Yuan semakin kasar. tidak tahan, ia pun lari namun hampir berhasil tertangkap
Ou. Ru Yuan melihat sebuah sapu bersandar di pohon, kemudian ia memutuskan untuk menghilang ke dalam sapu. Saat ia menghilang, semua harta yang di rumah Ou pun turut hilang. Karena itulah, saat menyambut tahun baru Imlek, orang Tionghoa akan membersihkan rumahnya kemudian menyembunyikan sapu, dengan harapan semua hal yang tidak diinginkan hilang tersapu.
Memakan Kue Bulan
Pada jaman Dinasti Yuan, rakyat Han pada saat itu menentang pemerintahan Mongol dari Dinasti Yuan, dan para pemberontak, dipimpin oleh Shu Yuan Zhang, merencanakan untuk mengambil alih pemerintahan. Shu bingung memikirkan bagaimana cara menyatukan rakyat untuk memberontak pada hari yang sama tanpa diketahui oleh pemerintah Mongol.
Salah seorang penasehat terpercayanya akhirnya menemukan sebuah ide. Sebuah berita disebarkan bahwa akan ada bencana besar yang akan menimpa negeri Tiongkok dan hanya dengan memakan kue bulan yang dibagikan oleh para pemberontak dapat mencegah bencana tersebut. Kue bulan tersebut hanya dibagikan kepada rakyat Han, yang akan menemukan pesan “Revolusi pada tanggal lima belas bulan delapan” pada saat membukanya.
Karena pemberitahuan itu, rakyat bersama-sama melakukan aksi pada tanggal yang ditentukan untuk menggulingkan Dinasti Yuan. Dan sejak saat itu kue bulan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Perayaan Pertengahan Musim Gugur.
Dewa Penjaga Pintu
Kebiasaan menempel gambar Dewa Penjaga Pintu pada hari-hari Tahun Baru Imlek bermula pada Dinasti Han. Sejak masa Dinasti Tang, Jenderal Qin Shubao dan Yuchi Jingde yang mengabdi kepada Kaisar Li Shimin dikenal sebagai Dewa Penjaga Pintu.
Legenda mengatakan bahwa pada masa Dinasti Tang terdapat seorang peramal yang hebat dan sangat tepat dalam meramal, terutama dalam hal perikanan. Keahlian tersebut merisaukan Raja Naga yang menguasai Sungai Jing.
Pada awalnya Raja Naga ingin melenyapkan peramal tersebut, namun setelah mendapat nasehat sang Raja Naga berkeinginan mempermalukan sang peramal.
Maka Raja Naga yang naik ke darat dan menjelma menjadi manusia menemui peramal tersebut.
Raja Naga menantang sang peramal untuk meramal kapan jatuhnya hujan. Jika ramalan tepat akan diberi hadiah 50 keping perak. Jika salah, semua peralatan ramal yang dimiliki akan dihancurkan dan sang peramal tidak diperbolehkan meramal sepanjang hidupnya.
Sang peramal mengatakan bahwa besok akan hujan dan juga meramalkan besarnya hujan tersebut beserta waktunya.
Sang Raja Naga merasa kemenangan di depan mata karena semua urusan mendatangkan hujan adalah wewenangnya. Namun pada saat dia kembali, utusan Kaisar Langit datang membawa perintah agar Raja Naga menurunkan hujan, tepat seperti yang dikatakan oleh sang peramal.
Karena tidak ingin mengakui kekalahan, maka Raja Naga mengubah waktu dan jumlah hujan yang diturunkan.
Setelah menurunkan hujan, Raja Naga lalu menemui sang peramal dan mulai menghancurkan peralatan ramal yang ada. Raja Naga mengatakan bahwa ramalan yang diberikan tidak benar.
Dengan tenangnya sang peramal berkata bahwa sejak awal dia sudah mengetahui bahwa yang datang adalah Raja Naga. Dan Raja Naga, yang merubah waktu dan besar hujan yang diturunkan, membuat Kaisar Langit marah dan menjatuhkan hukuman mati kepada Raja Naga.
Raja Naga langsung tertegun mendengar hal itu. Akhirnya dia memohon agar sang peramal bersedia menyelamatkan dirinya.
Sang peramal mengatakan agar Raja Naga pergi meminta bantuan Kaisar Li Shimin agar terus menemani Perdana Menteri Wei He, yang diutus untuk membunuh Raja Naga, hingga tengah malam.
Sang Kaisar bersedia menemani Wei He bermain catur hingga larut malam. Dan membuat Wei He tertidur. Kaisar Li merasa Wei He tidak akan dapat melakukan tugasnya karena telah tertidur. Namun dalam tidurnya, Wei He mendatangi Raja Naga dan memberikan hukuman.
Arwah dari Raja Naga sangat marah dan menganggap Kaisar Li lalai sehingga dia terus mengganggu tidur sang kaisar setiap malam.
Dua orang jenderal, Qin Shubao dan Yuchi Jingde, yang melihat penderitaan sang kaisar bersedia menjaga semalam suntuk di depan kamar tidur kaisar agar kaisar dapat tidur nyenyak.
Dengan adanya dua orang jenderal tersebut, sang kaisar dapat tidur dengan tenang dan nyenyak.
Pada keesokan harinya sang kaisar sangat berterima kasih kepada dua jenderal tersebut. Namun dia menyadari bahwa tidak mungkin terus menerus meminta Jenderal Qin dan Yuchi agar terus berjaga setiap malam.
Akhirnya sang kaisar memiliki ide dengan menggambar kedua jenderal dan menempelkannya di depan pintu kamar.
Lama kelamaan kebiasaan kaisar ini tersebar luas dan menjadi sebuah kebiasaan di kalangan bangsa Tionghoa. Sehingga Jenderal Qin dan Yuchi dikenal sebagai Dewa Penjaga Pintu.
Perhitungan Hari Tahun Baru Imlek
Ahli astronomi china kuno menentukan sistem kalender mereka berdasarkan perputaran bulan, bukan peredaran matahari seperti yang kita gunakan secara internasional (Kalender Gregorian).
Untuk menentukan tanggal 1 (satu) tahun baru imlek, patokannya bulan purnama kemudian dihitung mundur sebanyak 15 hari ke belakang. Sistem matematika yang sangat jenius dari orang Tionghoa.
Sebab tiap hari ke-15 tahun Imlek, bulan selalu purnama. Kegembiraan yang dibawa keindahan cahaya bulan ini kembali dirayakan dalam festival Cap Gomeh (Pesta Lampion)
Sin Chun Kiong Hie
Di negeri Tiongkok permulaan tahun baru juga dijadikan penanda awal musim semi, akhir musim dingin dan dimulainya musim bercocok tanam. Maka orang-orang desa saling menyapa dengan mengucapkan salam "Sin Chun Kiong Hie" sambil mengepalkan kedua tangan di dada. Yang menerima membalas dengan gerak serupa "Kiong Hie" artinya selamat musim semi baru
Kaskuser sejati Selalu meninggalkan Jejak dan Komeng Bermutu
I just want to share....
Sejarah Perayaan Imlek
Spoiler for Pendahuluan:
Tahun baru imlek dirayakan setiap tahun oleh penduduk china (tionghoa). Di antara tradisi-tradisi yang dilakukan saat imlek selain pesta kembang api, memakan kue bulan, dan membagikan angpau, dan lain sebagainya. bagaimana kisah dan legenda imlek? berikut beberapa ceritanya.
Spoiler for Warna Merah:
Warna Merah.
Menurut legenda, dahulu kala, Nin (?) adalah seekor raksasa pemakan manusia dari pegunungan (atau dalam ragam hikayat lain, dari bawah laut), yang muncul di akhir musim dingin untuk memakan hasil panen, ternak dan bahkan penduduk desa. Untuk melindungi diri merka, para penduduk menaruh makanan di depan pintu mereka pada awal tahun. Dipercaya bahwa melakukan hal itu Nian akan memakan makanan yang telah mereka siapkan dan tidak akan menyerang orang atau mencuri ternak dan hasil Panen. Pada suatu waktu, penduduk melihat bahwa Nian lari ketakutan setelah bertemu dengan seorang anak kecil yang mengenakan pakaian berwarna merah. Penduduk kemudian percaya bahwa Nian takut akan warna merah, sehingga setiap kali tahun baru akan datang, para penduduk akan menggantungkan lentera dan gulungan kerta merah di jendela dan pintu. Mereka juga menggunakan kembang api untuk menakuti Nian. Adat- adat pengurisan Nian ini kemudian berkembang menjadi perayaan Tahun Baru. Gu nin ( Hanzi tradisional : ??; bahasa Tionghoa: ?? ), yang berarti “menyambut tahun baru”, secara harafiah berarti “mengusir Nian”. Sejak saat itu, Nian tidak pernah datang kembali ke desa. Nian pada akhirnya ditangkap oleh ?? ?? atau ??? ? Hongjun Laozu, seorang Pendeta Tao dan Nian kemudian menjadi kendaraan Honjun Laozu.
Spoiler for Menggantung Lentera Merah:
Menggantung lentera merah
Tradisi ini berkaitan dengan masa Dinasti Ming. Pada saat itu, Li Zicheng, seorang pemimpin pemberontak mempersiapkan diri untuk menguasai Kota Kaifeng. Agar penyerangan tidak mengganggu rakyat jelata, Li memerintahkan rakyat untuk menggantung lentera merah
di pintu rumahnya sebagai tanda. Namun malangnya, saat itu terjadi banjir. Penduduk lari ke
atap rumah untuk menyelamatkan diri sambil membawa lentera merah. Dari kejauhan, Li melihat rakyatnya karena cahaya lentera merah tersebut dan memerintahkan prajuritnya untuk menolong mereka. Sejak itulah, untuk memperingati kebaikan hati Li, bangsa Tionghoa selalu menggantung lentera merah pada setiap perayaan penting, salah satunya Tahun Baru Imlek.
Spoiler for Membunyikan Petasan:
Membunyikan petasan
Menurut legenda Tionghoa kuno, zaman dahulu di atas rumpun pohon bambu hidup mahluk aneh dinamakan Mahluk Gunung. Mahluk aneh ini pendek, hanya memiliki satu kaki, dan dikenal suka mengganggu penduduk desa. Suatu hari, karena kedinginan, penduduk desa membakar bambu dalam perapian. Mahluk gunung pun muncul tiba-tiba dan menyerang mereka. Namun saat kekacauan terjadi, potongan bambu yang berada di perapian meletus dan
menakut-nakuti para mahluk gunung ini. Sejak itulah, tradisi membunyikan petasan dilakukan, terutama saat malam Tahun Baru Imlek.
Spoiler for Menyembunyikan Sapu:
Menyembunyikan sapu
Menurut legenda, pada zaman dahulu ada seorang pedagan bernama Ou Ming yang selalu berpergian menggunakan perahu. Suatu hari, saat ia sedang berlayar tiba-tiba badai menghadang. Ia terdampar di sebuah pulau dan perahunya rusak berat sehingga tidak dapat dipakai. Ou kemudian ditolong oleh Qing Hongjun, penghuni pulau tersebut. Qing menjamu Ou dengan hangat, kemudian berniat memberikan kenang- kenangan kepada Ou. Ou kemudian meminta Ru Yuan, pelayang cantik yang bekerja di rumah Qing. Qing awalnya ragu, namun akhirnya ia memberikan Ru Yuan beserta satu peti permata. Namun Ou ternyata berniat jahat, ia berniat memiliki semua permata itu sendiri. Ia merayu Ru Yuan agar memberikan
kunci peti permata itu. Akhirnya, kunci itu diberikan. Sejak saat itu perlakuan Ou terhadap Ru Yuan semakin kasar. tidak tahan, ia pun lari namun hampir berhasil tertangkap
Ou. Ru Yuan melihat sebuah sapu bersandar di pohon, kemudian ia memutuskan untuk menghilang ke dalam sapu. Saat ia menghilang, semua harta yang di rumah Ou pun turut hilang. Karena itulah, saat menyambut tahun baru Imlek, orang Tionghoa akan membersihkan rumahnya kemudian menyembunyikan sapu, dengan harapan semua hal yang tidak diinginkan hilang tersapu.
Spoiler for Memakan Kue Bulan:
Memakan Kue Bulan
Pada jaman Dinasti Yuan, rakyat Han pada saat itu menentang pemerintahan Mongol dari Dinasti Yuan, dan para pemberontak, dipimpin oleh Shu Yuan Zhang, merencanakan untuk mengambil alih pemerintahan. Shu bingung memikirkan bagaimana cara menyatukan rakyat untuk memberontak pada hari yang sama tanpa diketahui oleh pemerintah Mongol.
Salah seorang penasehat terpercayanya akhirnya menemukan sebuah ide. Sebuah berita disebarkan bahwa akan ada bencana besar yang akan menimpa negeri Tiongkok dan hanya dengan memakan kue bulan yang dibagikan oleh para pemberontak dapat mencegah bencana tersebut. Kue bulan tersebut hanya dibagikan kepada rakyat Han, yang akan menemukan pesan “Revolusi pada tanggal lima belas bulan delapan” pada saat membukanya.
Karena pemberitahuan itu, rakyat bersama-sama melakukan aksi pada tanggal yang ditentukan untuk menggulingkan Dinasti Yuan. Dan sejak saat itu kue bulan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Perayaan Pertengahan Musim Gugur.
Spoiler for Dewa Penjaga Pintu:
Dewa Penjaga Pintu
Kebiasaan menempel gambar Dewa Penjaga Pintu pada hari-hari Tahun Baru Imlek bermula pada Dinasti Han. Sejak masa Dinasti Tang, Jenderal Qin Shubao dan Yuchi Jingde yang mengabdi kepada Kaisar Li Shimin dikenal sebagai Dewa Penjaga Pintu.
Legenda mengatakan bahwa pada masa Dinasti Tang terdapat seorang peramal yang hebat dan sangat tepat dalam meramal, terutama dalam hal perikanan. Keahlian tersebut merisaukan Raja Naga yang menguasai Sungai Jing.
Pada awalnya Raja Naga ingin melenyapkan peramal tersebut, namun setelah mendapat nasehat sang Raja Naga berkeinginan mempermalukan sang peramal.
Maka Raja Naga yang naik ke darat dan menjelma menjadi manusia menemui peramal tersebut.
Raja Naga menantang sang peramal untuk meramal kapan jatuhnya hujan. Jika ramalan tepat akan diberi hadiah 50 keping perak. Jika salah, semua peralatan ramal yang dimiliki akan dihancurkan dan sang peramal tidak diperbolehkan meramal sepanjang hidupnya.
Sang peramal mengatakan bahwa besok akan hujan dan juga meramalkan besarnya hujan tersebut beserta waktunya.
Sang Raja Naga merasa kemenangan di depan mata karena semua urusan mendatangkan hujan adalah wewenangnya. Namun pada saat dia kembali, utusan Kaisar Langit datang membawa perintah agar Raja Naga menurunkan hujan, tepat seperti yang dikatakan oleh sang peramal.
Karena tidak ingin mengakui kekalahan, maka Raja Naga mengubah waktu dan jumlah hujan yang diturunkan.
Setelah menurunkan hujan, Raja Naga lalu menemui sang peramal dan mulai menghancurkan peralatan ramal yang ada. Raja Naga mengatakan bahwa ramalan yang diberikan tidak benar.
Dengan tenangnya sang peramal berkata bahwa sejak awal dia sudah mengetahui bahwa yang datang adalah Raja Naga. Dan Raja Naga, yang merubah waktu dan besar hujan yang diturunkan, membuat Kaisar Langit marah dan menjatuhkan hukuman mati kepada Raja Naga.
Raja Naga langsung tertegun mendengar hal itu. Akhirnya dia memohon agar sang peramal bersedia menyelamatkan dirinya.
Sang peramal mengatakan agar Raja Naga pergi meminta bantuan Kaisar Li Shimin agar terus menemani Perdana Menteri Wei He, yang diutus untuk membunuh Raja Naga, hingga tengah malam.
Sang Kaisar bersedia menemani Wei He bermain catur hingga larut malam. Dan membuat Wei He tertidur. Kaisar Li merasa Wei He tidak akan dapat melakukan tugasnya karena telah tertidur. Namun dalam tidurnya, Wei He mendatangi Raja Naga dan memberikan hukuman.
Arwah dari Raja Naga sangat marah dan menganggap Kaisar Li lalai sehingga dia terus mengganggu tidur sang kaisar setiap malam.
Dua orang jenderal, Qin Shubao dan Yuchi Jingde, yang melihat penderitaan sang kaisar bersedia menjaga semalam suntuk di depan kamar tidur kaisar agar kaisar dapat tidur nyenyak.
Dengan adanya dua orang jenderal tersebut, sang kaisar dapat tidur dengan tenang dan nyenyak.
Pada keesokan harinya sang kaisar sangat berterima kasih kepada dua jenderal tersebut. Namun dia menyadari bahwa tidak mungkin terus menerus meminta Jenderal Qin dan Yuchi agar terus berjaga setiap malam.
Akhirnya sang kaisar memiliki ide dengan menggambar kedua jenderal dan menempelkannya di depan pintu kamar.
Lama kelamaan kebiasaan kaisar ini tersebar luas dan menjadi sebuah kebiasaan di kalangan bangsa Tionghoa. Sehingga Jenderal Qin dan Yuchi dikenal sebagai Dewa Penjaga Pintu.
Spoiler for Perhitungan Hari Tahun Baru Imlek:
Perhitungan Hari Tahun Baru Imlek
Ahli astronomi china kuno menentukan sistem kalender mereka berdasarkan perputaran bulan, bukan peredaran matahari seperti yang kita gunakan secara internasional (Kalender Gregorian).
Untuk menentukan tanggal 1 (satu) tahun baru imlek, patokannya bulan purnama kemudian dihitung mundur sebanyak 15 hari ke belakang. Sistem matematika yang sangat jenius dari orang Tionghoa.
Sebab tiap hari ke-15 tahun Imlek, bulan selalu purnama. Kegembiraan yang dibawa keindahan cahaya bulan ini kembali dirayakan dalam festival Cap Gomeh (Pesta Lampion)
Spoiler for Kiong Hie:
Sin Chun Kiong Hie
Di negeri Tiongkok permulaan tahun baru juga dijadikan penanda awal musim semi, akhir musim dingin dan dimulainya musim bercocok tanam. Maka orang-orang desa saling menyapa dengan mengucapkan salam "Sin Chun Kiong Hie" sambil mengepalkan kedua tangan di dada. Yang menerima membalas dengan gerak serupa "Kiong Hie" artinya selamat musim semi baru
Kaskuser sejati Selalu meninggalkan Jejak dan Komeng Bermutu
Spoiler for "Ane Berharap":
Spoiler for Tapi JANGAN kasih:
Spoiler for sumur:
Diubah oleh teuteuteuteu 29-01-2014 03:15
0
1.5K
Kutip
3
Balasan
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan