Fenomena perubahan alam yang semakin nyata membuat planet bumi semakin mendekati kepunahan. Diperkirakan usia bumi tinggal 100 tahun lagi.

“Kita lihat sekarang cuaca semakin tidak menentu, suhu udara semakin meningkat dan banjir terjadi dengan tidak lazim,” papar Rahmat Witoelar Ketua Umum Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) Rachmat Witoelar usai pemutaran film dokumenter Setelah Hujan Turun, hari ini.

Menyikapi fenomena perubahan iklim yang makin nyata, menurut Rachmat ada dua hal yang bisa dilakukan manusia. Pertama melakukan upaya agar perubahan iklim beserta dampak negatifnya bisa dihambat.

Misalnya dengan mengurangi polusi yang mampu meningkatkan gas rumah kaca, penanaman pohon dan sebagainya.

Langkah kedua adalah menyesuaikan diri dengan perubahan iklim tersebut (adaptasi). Terutama pada perubahan alam yang sifatnya memang tidak bisa dilawan seperti kerusakan lapisan atmosfer bumi.

Menurut Rachmat, isu perubahan iklim memang menjadi persoalan anak-anak generasi masa depan. Tetapi tanpa kepedulian generasi sekarang, maka dampak yang akan dirasakan generasi masa depan akan semakin nyata dan lebih cepat datangnya.

Karena itu Rachmat melalui DNPI berupaya menggalang kekuatan dan dukungan dari pemerintah dan masyarakat baik dari dalam negeri untuk bersama-sama melakukan upaya menghambat terjadinya perubahan iklim.

Kampanye dengan berbagai media dan cara terus dilakukan dengan tujuan semakin memperluas jangkauan masyarakat yang sadar akan perubahan iklim.

“Kalau kita peduli dengan anak cucu, maka saatnya kita untuk bergerak bersama-sama menekan dampak perubahan iklim,” tukasnya.

Terkait film dokumenter Setelah Hujan Turun, Rachmat mengatakan bahwa prinsipnya DNPI ingin memberikan pemahaman dan wawasan kepada masyarakat terkait upaya adaptasi manusia untuk tetap bertahan menghadapi fenomena alam yang kurang menguntungkan

BUKA

mengurangi pulusi udara, menanam pohon dan mulai memilah sampah yg tidak terurai untuk didaur ulang kembali.