talkingunitedidAvatar border
TS
talkingunitedid
[Talking United Magazine] Inilah Alasan Kenapa Pemain Atletico Selalu Jadi Incaran
[Review] Inilah Alasan Kenapa Pemain Atletico Selalu Jadi Incaran
Post on UNITED CORNER - 13-01-2014 04:05





SEJAK dipegang Diego Simeone pada Desember 2011, Atletico Madrid menjadi kekuatan baru di La Liga Spanyol. Simeone menularkan karakternya saat masih menjadi pemain, yaitu determinasi tinggi, agresif, dan disiplin. Atleti --sebutan Atletico-- bermain sebagai sebuah tim, meskipun memiliki mesin gol Diego Costa yang menerima tongkat estafet dari Radamel Falcao.

Namun, selain Costa dan Koke, dua pemain Atleti yang paling diburu di bursa transfer musim dingin, tim ini sebenarnya masih memiliki beberapa elemen kunci lain. Berikut elemen-elemen tersebut:

- Thibaut Courtois
Didatangkan pada awal musim 2011/2012 untuk melapis Sergio Asenjo karena kepergian David de Gea ke Manchester United, perkembangan Courtois mengejutkan staf pelatih Atleti. Akibatnya, Asenjo harus kembali menjadi kiper kedua, setelah musim sebelumnya kalah bersaing dengan De Gea.

Baru berusia 21 tahun, Courtois memiliki hampir semua syarat untuk menjadi kiper jempolan. Jangkung, respons cepat, kuat di udara, serta percaya diri. Di liga, musim ini ia baru kemasukan 11 gol dan kerap menciptakan penyelamatan spektakuler. Salah satunya adalah saat menepis sepakan Esteban Granero (Real Sociedad) dari jarak enam meter.


- Kuartet Filipe Luis - Diego Godin - Joao Miranda - Juanfran
Empat pemain ini secara individual berlevel medioker, dan masih kalah kualitas jika dibandingkan pemain seposisi, layaknya David Luiz, Thiago Silva, Dani Alves, dan Vincent Kompany. Namun saat menjadi sebuah kesatuan, mereka adalah tembok. Keempatnya sudah sangat paham pergerakan kawan dan disiplin dalam menjaga pertahanan.

Filipe Luis dan Juanfran memang kerap maju membantu serangan, namun bisa dengan cepat ditutup oleh Miranda dan Godin.

Secara khusus, Miranda tergolong cepat dan sangat bagus dalam membaca arah permainan. Sementara rekannya, Godin, lebih lambat, namun jempolan dalam urusan menempel ketat lawan.


- Gabi Fernandez
Kapten Atleti ini adalah alasan mengapa Koke tak dimainkan di posisi favoritnya, yaitu gelandang tengah. Simeone memilih Gabi, karena ia adalah jembatan penghubung lini tengah dengan lini depan. Bersama Tiago atau Mario Suarez, ia juga menjaga kedalaman pertahanan. Gabi sangat mulus memainkan peran pemain yang mengatur tempo transisi dari menyerang ke bertahan dan sebaliknya itu.


- Raul Garcia
Sama seperti pemain Atleti lain, secara individual pemain ini berkelas medioker. Namun di tangan Simeone, Garcia dibentuk menjadi seorang supersub. Saat Villa mentok, Garcia akan masuk menjadi penyerang lubang di belakang Costa. Di sanalah ia mencetak gol. Garcia juga memiliki penempatan posisi dan keberuntungan seperti Filippo Inzaghi. Orang tepat di tempat dan waktu yang tepat untuk mencetak gol. Satu statistik menarik adalah: Garcia selalu mencetak gol jika menjadi starter.


- Diego Pablo Simeone
Ia adalah lakon utama di balik semua keberhasilan Atleti dalam tiga musim terakhir, mulai dari trofi Liga Europa 2011/2012, Super Eropa 2012, serta Copa del Rey 2013. Simeone datang menggantikan Gregorio Manzano yang membawa Atleti berada di posisi 10 terbawah pada Desember 2011.

Di musim pertama, Simeone membawa Atleti finish di posisi kelima liga, dan menggondol gelar Liga Europa mengalahkan Athletic Bilbao 3-0. Musim kedua, Atleti berhasil kembali ke Liga Champions setelah finish di peringkat ketiga. Lalu di musim ketiganya, Atleti mulai meminggirkan Real Madrid sebagai penantang Barcelona dalam perebutan juara.

Sebelum kedatangan Simeone, Atleti memang sudah dipandang sebagai klub besar Spanyol. Namun lebih sering dianggap "klub besar yang angin-anginan". Atleticos, pendukung Atleti, sudah biasa menyaksikan timnya menang di laga tandang, namun kemudian terjerembap di kandang sendiri. Masalah utama saat itu adalah mental. Para pemain Atleti justru merasa tertekan saat bermain di Stadion Vicente Calderon, di hadapan Atleticos.

Bahkan mentalitas inferior juga kerap menjangkiti Atleticos sendiri. Mereka lebih memilih kalah dari Barcelona di Calderon, daripada harus melihat Real Madrid juara liga. Dalam biografinya, Fernando Torres menyebutkan hal ini sebagai salah satu alasannya pindah ke Liverpool pada musim panas 2007.

Courtois, Miranda, Godin, Filipe Luis, Juanfran, Mario Suarez, Tiago, Gabi, Koke, Arda Turan, serta Diego Costa, adalah langganan tim inti Atleti. Mereka semua adalah pemain warisan rezim Manzano. Artinya, dengan pemain yang sama dari pilihan pendahulunya, Simeone berhasil mengubah wajah permainan dan mentalitas pemain Atleti.

Kunci keberhasilan Simeone adalah selalu menekankan pemainnya untuk total dalam latihan, pertandingan, bahkan walau hanya berlabel uji coba. Selain itu, Simeone selalu mengambil sikap "partido a partido" (pertandingan per pertandingan) dalam menjalani musim. Penerjemahannya di lapangan adalah bahwa "setiap pertandingan merupakan final".

Simeone membuktikan bahwa dalam waktu singkat, dengan pemain yang sama, nasib sebuah tim bisa diubah 180 derajat. Apa yang dilakukan Simeone ini membuat pandangan bahwa David Moyes butuh waktu lebih lama untuk membenahi Manchester United adalah sebuah delusi.



mau tau lengkapnya?

intip yukk...

Berita lainnya :
Talking United Magazine Indonesia

Buka juga aplikasi e-magazine kita di :

Talking United Magazine Indonesia

bisa dibuka di Android, iPhone, BB dll emoticon-Malu (S)
0
1.2K
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan