Langsung aja, nama saya ilham punya temen aneh namanya oji begini ceritanya


Hari itu sebut saja dey*fan (nama di samarkan) (disamarkan apa goblok itu jelas-jelas deyfan) berbincang-bincang dengan temen ane namanya oji, beginilah perbincangannya :
Deyfan : ji kenapa kamu belum pacaran dari smp sampe sekarang?
Oji : ............
oji ga jawab tapi dia hanya diam, dan esoknya di buku laporan digital deyfan ada satu surat ini isi suratnya
Quote:
Kita terkurung bukan dalam ruang
Kita telanjang tanpa kedinginan
Kita bercumbu… terus bercumbu dari siang sampai malam
Dari lantai hingga perempatan jalan
Terus mendekapmu.. terus menciummu
Terus memburu nafsu… hingga lupakan waktu
Persetan dengan waktu, persetan masa depanku
Aku telah bersamamu, aku hanya ingin bercumbu
Perlahan, tubuhku lelah menggenjur nafasmu
Engkaupun lelah meladeni birahiku
Asa ku berkarat
Hasratku seringkali hanya sampai pada kesunyian
Aku tidak pernah mencintaimu, tak pernah bias.
Dalam kurungan yang kini dingin dan basah
Kau bertanya akan alas an kita bersama
Aku hanya terdiam terlarut
Aku seperti jurang yang terus menambah dalam
Sementara kau terus hilang tenggelam dalam gelap mataku
Kata-kata yang mestinya kulontarkan
Malah berlarian, melilit, berputar, berpencar, membentuk sebuah labirin
Saling menjebak dan menjatuhkan.
Tanpa sempat menjadi jawaban
Kini aku sendirian
Benarkah aku sendirian?
Aku mencari dalam diriku
Aku menemukan dia!
Aku menemukan kehampaan
Dengan bugil, basah, dan tanpa rasa malu
Aku meminta dia untuk menjadi kekasihku
Aku kedinginan aku ingin bercumbu lagi
Dia mengalir berkalung di leherku,
lantas membisikan pertanyaan akan alasan diriku sangat memuja birahi.
Aku benar-benar kosong, sakit dan menggila.
Jiwaku seolah terbakar tanpa menjadi abu
Jiwaku seolah berkelebatan Antara surge dan neraka
Kini aku mendendengar suara
Suara itu memanggil namaku.
Siapa? Siapa?
Aku teriak dan benar-benar tak lagi mengerti apa yang aku bicarakan.
Kenapa dia tau namaku?
Dan rasanya aku kenal suara ini…
Tapi dimana? Bukan. Bukan di ranjang ,
Buak dipasar, bukan dimanapun, tapi…
Manaku kini sepenuhnya gelap..
Oji
4 november 2013
Gambar dan sajak itu berbeda. Tapi mengasumsikan halyang sama. Sama seperti “Aku memerkosamu karena aku mencintamu” atau “aku membunuhmu karena aku mencintainya”. Dan bagaimanpun cinta tetaplah sacral. Dan bila anda salah memahami cinta, pasti yang anda pikirkan hanyalah pacaran, tawa, pernikahan, kebahagiaan.
Apakah salah manusia memilih cara bercintanya sendiri? Apakah kita berhak menentukan subjek percintaan? Saya rasa mungkin anda tidak mengerti apa yang anda tanyakan pada saya.
Sekian jawaban dari saya. Tadinya saya mau ngasih cerita yang bisa membuka pikiran kamu tentang si “sacral” ini. Tapi computer saya rusak, jadi maaf kalau kamu menunggu lama. Dan jawabannya masih memusingkan. Tapi pahamilah.
Alasan yang paling baik adalah alasan yang paling sederhana.
Author: @ozzi_imp
Typer: @ilham_maulana69, @naualfiras20