antikretonganAvatar border
TS
antikretongan
Bendera Kuning, Siapa yang meninggal ?
Tak Berani Keluar, Keranda Mayat untuk Susan Dititipkan Kapolsek Jagakarsa

Jakarta (SI Online) - Warga Lenteng Agung benar-benar taat hukum dan taat aturan. Termasuk saat mereka melakukan aksi penolakan Lurah Susan Jasmine Zulkifli, Rabu (25/9/2013) kemarin. Sesuai kesepakatan, aksi berlangsung pada pukul 09.00 hingga 11.00 WIB.

Setelah bergantian melakukan orasi, bertakbir, bertahlil dam membaca maulid, di bawah terik matahari yang menyengat akhirnya sejumlah warga memasuki halaman kantor keluarahan yang dijaga ketat aparat kepolisian. Untuk apa mereka masuk?. Tidak lain adalah untuk menyerahkan keranda mayat yang telah mereka persiapkan dari pagi sebagai tanda mati rasanya Jokowi-Ahok yang tidak mendengar aspirasi warga.

Keranda mayat itu juga dikirimkan untuk lurah Susan supaya segera cabut dari Lenteng Agung.

Apa yang terjadi? Sesampai di depan pintu masuk kantor keluarahan, warga di hadang oleh Kapolsek Jagakarsa, Kasat Intel Jakarta Selatan, sejumlah Satpol PP dan barikade Brimob. Suasana tegang. Terjadi adu mulut antara perwakilan warga dengan Kapolsek dan Kasat Intel Polres Jakarta Selatan. Warga ingin Lurah Susan yang menerima keranda mayat itu.

Lurah Susan rupanya tak berani keluar. Warga meminta wakil lurah. Tenyata wakil lurah juga tak berani keluar. Hingga kemudian ada seseorang yang hendak mewakili keluarahan keluar dari dalam untuk menerima keranda mayat itu. Tapi ditolak.

"Jangan dia. Dia sama dengan kita kedudukannya," kata seorang pengunjuk rasa sambil menuding orang yang dimaksud. Menurut warga, orang yang tadinya hendak menerima itu bukanlah staf kelurahan tetapi warga biasa juga yang sering mondar mandir ke kelurahan.

"Pak Polisi, kami taat aturan. Kita sepakat aksi sampai jam 11. Kami demo tak ada yang bayar, asam lambung sudah naik. Kalau ini tidak diterima, jadi siapa yang sesungguhnya mengulur waktu," teriak seorang warga dengan menggunakan sebuah megaphone.

Sekira dua puluh menit warga menunggu. Takbir dan tahlil berkumandang. Lurah Susan tak berani juga keluar. Akhirnya dicapai kesepakatan. Keranda mayat itu diterima oleh Kapolsek Jagakarsa Kompol Herawaty dengan istilah "dititipkan".

Setelah keranda mayat itu diserahkan, warga akhirnya membubarkan diri. Tapi, aksi ini bukanlah aksi yang terakhir. "Sampai jumpa pada aksi bulan depan," kata warga.

red: shodiq ramadhan
http://www.suara-islam.com/read/inde...lsek-Jagakarsa

----------------------------------------------

Jokowi - Ahok Lurah Susan "Meninggal", Bendera Kuning Berkibar di LA

Puluhan bendera kuning, sebuah simbol kematian, berkibar di sepanjang Jalan Agung Raya 1, Lenteng Agung, Jakarta Selatan.

Benar saja, di depan kantor kelurahan Lenteng Agung, ribuan warga Lenteng Agung sedang berduka, seraya mengusung keranda “jenazah” yang tertulis “Lurah Lenteng Agung Mati Rasa” dan “Matinya Demokrasi di LA, Jokowi-Ahok= Arogan Otoriter”.

Sejak pukul 8.30, Rabu (25/9), warga yang terdiri dari para ulama, tokoh masyarakat, jamaah masjid serta ibu-ibu dari berbagai majelis taklim se-Lenteng Agung, berkumpul di depan kantor kelurahan Lenteng Agung, untuk mendesak Lurah Susan Jasmin Zulkifli, minggat
dari wilayah Lenteng.

Kain putih sepanjang dua meter lebih terbentang di jalan aspal depan kelurahan. Warga pun membubuhkan tanda tangan di atas kain tersebut sebagai bentuk
penolakan atas Lurah Susan yang non muslim sebagai Lurah Lenteng Agung. Takbir dan beduk pun bertalu-talu bergemuruh di sela-sela aksi.

Menjelang zuhur, empat perwakilan warga Lenteng yang juga tokoh masyarakat setempat , diantaranya: H. Naseri Nasrullah, KH. Nachrowi Marwah, H. Yahya Hasibuan dan KH. Solihin Ilyas, menemui Lurah Susan di ruangannya. Hasilnya, tetap saja, Lurah Lenteng itu “membandel”, tidak juga mau minggat.

Aksi damai untuk kedua kalinya ini diantaranya datang dari jamaah musholla dan masjid yang ada di sekitar Lenteng Agung. Sebut saja seperti Masjid al Mubarok, Masjid al Ghoni, Masjid al Maghfiroh, Masjid al- Mutatharihin, Masjid as Syuhada, Masjid As- Shiddiqiyah, dan Masjid Nurul Mukmin.

“Kami mempersatukan warga Lenteng Agung melalui media masjid dan musholla untuk menolak
kepemimpinan Lurah Susan yang non muslim,” kata KH. Solihin Ilyas, Kiai Betawi asli yang berpengaruh di
Lenteng Agung saat dijumpai voa islam di lokasi.

Secara bergantian, para ustadz dan ustadzah menyampai orasinya untuk menuntut Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta (Jokowi-Ahok) agar merespon secara tertulis Surat Penolakan warga Lenteng Agung terhadap kebijakan penempatan pejabat Lurah di Kelurahan Lenteng Agung.

Ketua Tim Warga Lenteng Agung, H. Naseri Nasrullah kembali menegaskan, aksi ini tidak bermuatan politis maupun diskriminatif terhadap kelompok tertentu.

“Kami tidak membenci Jokowi-Ahok ataupun Lurah Lenteng Agung. Tetapi kami tidak setuju dengan
kebijakan penempatan Lurah LA yang tidak mempertimbangkan aspek sosiokultural dan aspirasi
masyarakat setempat. Kami ingin agar Pemprov DKI Jakarta segera memindahkan atau mengganti Lurah
Lenteng Agung dengan pejabat Lurah yang sesuai dengan tipikal masyarakat setempat. Itulah harapan
kami, warga Lenteng Agung.”

Di penghujung aksi, tokoh masyarakat Lenteng Agung
menyerahkan keranda jenazah, simbol matinya Jokowi-Ahok Susan dan demokrasi di Lenteng Agung.

Warga menginginkan Lurah Susan atau wakilnya yang merima keranda tersebut. Namun Lurah Susan
sembunyi, hanya dititipkan ke Kapolsek Jagakarsa Kapolsek Jagakarsa Kompol Herawaty untuk kemudian disampaikan ke Lurah Susan.

-----------------------------------------------------
Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila jelas menjamin setiap warganya untuk mengamalkan ajaran agamanya sesuai kepercayaan termasuk tidak dipimpin oleh lurah non muslim emoticon-Big Grin

Betul apa betull ...... ?


Diubah oleh antikretongan 26-09-2013 09:54
0
10.2K
114
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan