nevertalkAvatar border
TS
nevertalk
(INFO LENGKAP) 8 TEKNIK PENGEMIS MANFAATKAN RAMADHAN
biar gak ada komplain ane terpaksa pasang gambar ini aja, khawatir ada pengemis nyamar jadi kaskuser bisa dituntut ane:

ASU TENAN...MAU BERAMAL MALAH DIKIBULIN, MAU SIMPATIK MALAH DIKERJAIN...INI JELAS2 PENIPUAN..

BERBURU PUNDI-PUNDI RAMADHAN
Ramadan bulan berkah. Semua kalangan bisa meraup rezeki di bulan suci ini, termasuk pengemis musiman dari luar daerah. Kebon Singkong merupakan salah satu basis pengemis musiman di Jakarta. Karena itu, Kebon Singkong dikenal sebagai kampung pengemis.

Andre, 26 tahun, warga Jalan Pertanian, Kelurahan Klender, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur bercerita saban menjelang bulan puasa, pengemis asal Indramayu, Jawa Barat, ramai datang menyambangi daerah Kebon Singkong. Mereka bermukim di sana hingga dua pekan setelah hari raya Idul Fitri.

Pengemis musiman ini kebanyakan anak-anak berikut ibu mereka dan orang renta. Mereka biasanya telah tiba di Kebon Singkong seminggu menjelang Ramadan dan mengontrak rumah petak di daerah itu. "Mereka sanggup bayar kontrakan sampai Rp 500 ribu," ujarnya. Harga kontrakan petak dihuni para pengemis di Kebon Singkong berkisar Rp 350 ribu sampai Rp 500 ribu per bulan.

Menurut Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait, setidaknya empat ribu pengemis anak saban tahun membanjiri Jakarta. Mereka berasal dari Lampung, Banten, dan Indramayu ini sudah hafal betul tempat-tempat berpotensi menghasilkan uang.

Bahkan, Arist mengklaim rombongan tukang minta-minta ini berani mengontrak satu rumah dengan harga sewa Rp 25 juta tiap bulan. "Karena pendapatan mereka cukup untuk membayar itu," kata Arist saat berbincang melalui sambungan telepon Jumat pekan kemarin.

Setidaknya setiap hari raya keagamaan, seperti Ramadan, ada 25 titik di Jakarta dijadikan lokasi mengemis. Dia memperkirakan bulan puasa kali ini pengemis musiman datang ke ibu kota bakal berjumlah delapan ribu orang. "Itu total keseluruhan antara pengemis anak dan dewasa," katanya.

PENGEMIS SUDAH TERORGANISIR (ADA YG MENG-KOORDINASI)
Maraknya pengemis dan gelandangan yang tersebar di Ibukota disinyalir sudah teroganisir. Diduga ada sindikat yang mengatur kelompok pengemis yang kerap mendrop mereka di suatu tempat untuk kemudian 'beroperasi' di wilayah yang telah ditentukan.

Kepala Seksi Rehabilitasi Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Miftahul Huda menuturkan, bukan hal yang tidak mungkin para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) sudah dikelola oleh sebuah sindikat.

"Hal tersebut terlihat manakala ada PMKS (pengemis) yang terjaring, kemudian mereka dijemput oleh orang yang sama yang mengaku sebagai keluarga mereka," tutur Miftahul saat ditemui di kantornya, Selasa (25/6).

Kendati para pengemis tersebut tidak dengan secara gamblang menyebutkan asal sindikat mereka, lanjut Miftahul, pihaknya sudah merasakan adanya kejanggalan saat mereka dijemput oleh seseorang yang mengaku sebagai keluarganya.

"Kalau sudah seperti itu paling kita persulit waktu kepulangan mereka," ucapnya.

Sayangnya Miftahul belum bisa membongkar sindikat yang mengorganisir para PMKS tersebut. "Biasanya para PMKS yang terjaring dan disinyalir berasal dari sebuah sindikat itu menutup mulutnya rapat-rapat. Tiba-tiba sudah ada saja yang menjemput mereka. Disitulah kesulitan kami. Karena sesuatu itu kan harus dibuktikan berdasarkan bukti yang riil," paparnya.

8 IDE TEKNIK MATGYVER:
1. Koreng dikasih terasi
Para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) pun rela membuat luka bohongan di bagian tubuhnya guna mendapat iba pengendara di jalan. Agar terkesan busuk, koreng bohong itu dipakaikan terasi.

"Jadi mereka menyampurkan terasi dan obat merah," ujar Kepala Seksi Rehabilitasi Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Miftahul Huda.

Miftah menuturkan, terasi bertujuan untuk mengundang lalat ke arah 'koreng' buatan mereka. "Biar terkesan itu luka sudah busuk dan butuh biaya untuk berobat. Kalau obat merah tentu saja biar terkesan berdarah," paparnya.

2. Pura-pura hamil
Berbagai cara dihalalkan beberapa orang untuk tetap bisa menyambung hidup di Ibu Kota. Salah satunya pengemis wanita yang beraksi di perempatan lampu merah dengan berpura-pura sedang hamil.

"Dari pengaduan masyarakat banyak wanita hamil yang mengemis di perempatan dan pinggir jalan. Padahal yang ada di balik bajunya itu bantal. Makanya kita sebar petugas untuk menertibkannya," ujar Kepala Seksi Rehabilitasi Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Miftahul Huda, Selasa (25/6).

Modus tersebut, lanjut Miftahul, kerap digunakan oleh pengemis yang biasa beroperasi di kawasan Mampang Prapatan. "Alasannya itu untuk biaya melahirkan, karena sudah masuk bulannya," terang Miftahul.

3. Tangan pura-pura buntung

Modus lainnya lagi yang digunakan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di jalanan Ibu Kota, yakni dengan berpura-pura tangannya buntung. Hal itu terungkap karena setelah diperiksa tangannya dilipat pakai tali ke belakang.

"Pernah kita temui laki-laki yang tangannya pura-pura buntung. Ya ada yang talinya dililit ke perut biar tangannya nggak pegel juga dilipet kelamaan begitu," ujar Kepala Seksi Rehabilitasi Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Miftahul Huda.

4. Sekeluarga tidur di gerobak
'Manusia gerobak'. Sebutan itu kerap muncul saat bulan suci Ramadan. Biasanya pengemis selama satu bulan mencari nafkah, dan sehari-hari mereka tidur di gerobak bersama keluarganya.

"Kalau di bulan puasa itu biasanya lebih banyak PMKS gerobak," terang Kepala Seksi Rehabilitasi Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Miftahul Huda.

PMKS gerobak, kata dia, tidak lain ialah para pengemis yang biasa mengangkut keluarga mereka dengan menggunakan gerobak. "Biasanya si ayah yang menarik gerobak lalu di dalam gerobak itu ada istri dan juga anak-anak mereka," paparnya.

Lokasi yang kerap dijadikan para PMKS gerobak 'mangkal' biasanya di sepanjang jalan Fatmawati, Pondok Indah, Mampang Prapatan dan Gatot Subroto. Oleh sebab itu Miftah berharap para pengendara tidak sembarangan memberi uang kepada mereka.

"Karena itu juga berbahaya. Tidak jarang kasus kecelakaan lalu lintas disebabkan pengendara yang memberi uang kepada para pengemis di jalan," paparnya.

5. Pura-pura buta

Memiliki tubuh sempurna, tetapi tidak disyukuri. Hanya untuk mendapat belas kasih, ada pengemis yang berpura-pura tidak bisa melihat.

"Ada yang berpura-pura buta," ujar Kepala Seksi Rehabilitasi Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Miftahul Huda.

Untuk itu, Miftahul mengimbau kepada masyarakat yang ingin memberikan sumbangan menyalurkan ke tempat yang tepat.

"Dengan menyalurkan ke badan zakat yang resmi, akan disalurkan ke yang berhak menerimanya. Dan secara otomatis ini mengurangi pengemis, karena tidak ada yang mau memberi di jalan," katanya.

6. Orangtua suruh anak ngemis
Anak kecil menjadi cara ampuh bagi pengemis untuk mendulang rupiah. Dengan membawa anak-anak itu warga akan semakin iba sehingga dengan ikhlas akan memberikan uang.

"Ibu-ibu yang mengemis dengan membawa anaknya," ujar Kepala Seksi Rehabilitasi Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Miftahul Huda saat ditemui di kantornya, Selasa (25/6).

Cara seperti ini, kata Miftahul, memang sengaja digunakan oleh para orangtua. Kadang anak sengaja didandani semiris mungkin, lalu disuruh mengemis.

"Baju anaknya dibuat secompang camping mungkin. Lalu disuruh muter di lampu merah. Itu banyak kita temui di Fatmawati," ucap Miftah.

Parahnya, jika si anak tidak membawa hasil yang memuaskan kepada orang tuanya, mereka kerap mendapat makian hingga kekerasan fisik.

"Ya kalau dapatnya sedikit, omongan Ragunan buat anaknya. Orangtuanya juga suka nyubitin sampai memukul. Itu ada orangtua kandung, ya ada juga bukan orang tuanya tapi karena itu anak ibaratnya sudah dipelihara jadinya harus nurut," papar Miftah.

7. Dorong nenek sakit

Selain pura-pura buta dan hamil, cara lain yang kerap digunakan adalah dengan membawa nenek saat mengemis. Agar lebih dramatis, sang nenek ditampilkan dalam kondisi tidak sehat.

"Selain ibu hamil, ada yang mendorong nenek sakit," kata Kepala Seksi Rehabilitasi Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Miftahul Huda.

Menurutnya, petugas akan semakin gencar melakukan razia, terlebih akan memasuki bulan Ramadan. "Iya, nanti jelang bulan puasa, saat bulan puasa bahkan setelah bulan puasa kita akan lebih sering razia. Jumlah personel juga ditambah," terangnya.

8. Luka didramatisir

Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan juga mencatat modus yang dipakai Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dengan mendramatisir cacat yang dimiliki.

"Ada beberapa pengemis yang memang memiliki cacat dari kecil, misalnya waktu kecil dia pernah kesiram air panas atau luka seperti itu," kata Kepala Seksi Rehabilitasi Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Miftahul Huda.

"Nah, kemudian cacat permanen yang mereka punya itu didramatisir dengan cara saat mengemis mereka menunjukkan bekas luka tersebut. Dan seolah-olah luka itu baru didapat," paparnya.

SETELAH MEMBACA ARTIKEL INI, SARAN ANE SEBAIKNYA UANG DIAMALKAN KE MASJID /LEMBAGA ZAKAT AJA...AMAN SENTAUSA
emoticon-Malu (S)
Diubah oleh nevertalk 11-07-2013 12:30
0
3.6K
43
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan