VIVAnews - Keluarga buruh asal Blambangan Pagar, Lampung Utara, yang disekap dan disiksa di pabrik wajan di Kampung Bayur Opak, Desa Lebak Wangi, Kecamatan Sepatan Timur, Tangerang, mengaku senang kasus perbudakan itu terungkap.

Sebelum berita memilukan tentang perbudakan ini tersebar, keluarga mengaku tidak mengetahui nasib anak-anak mereka di sana.

"Saya sangat sedih mendengar kabar tentang anak saya, saya tahu saat nonton televisi. Saya menangis dan terus berdoa agar tidak terjadi apa-apa dengan anak saya," kata Masyoni (45), ibu dari Iwan, salah satu buruh yang berhasil pulang.

Sejak tiga bulan lalu, anaknya dan beberapa remaja lain dari desanya diajak seseorang bekerja di sebuah pabrik pembuatan kuali di Tangerang.

Setelah keberangkatan itu, Masyoni tidak lagi mendengar kabar anaknya. Ia pun tak bisa membayangkan kondisi Iwan sampai dia mendengarnya dari televisi.

"Saya dan keluarga sangat sedih, kami selalu berdoa agar tidak terjadi apa-apa terhadap anak kami," katanya, Senin 6 Mei 2013.

Ketidaktahuan keluarga soal anak-anak mereka terjadi karena pabrik tempat anak-anaknya bekerja memang melarang melakukan komunikasi dengan siapa saja. Padahal, sebelumnya ia mengaku tidak mengizinkan Iwan bekerja di sana.

Setelah Iwan pulang, Masyoni mengaku lega sekaligus sedih melihat kondisi anaknya. "Senang karena pulang dengan selamat, tapi sedih kalau anak saya cerita tentang kondisi dia ditempat kerjanya," katanya

Begitu pula dengan Yunani, ibu Junaidi salah satu buruh yang turut jadi korban perbudakan. Ia berharap polisian segera mengusut tuntas kasus ini dan memberi hukuman yang pantas kepada majikan anaknya tersebut.

"Saya sangat bersyukur atas kepulangan anak saya. Anak saya cerita kalau majikannya memperlakukan dia tidak manusiawi. Mereka menyiksa anak saya dan teman-temannya yang lain, bahkan tidak diberi makan," katanya sambil mengusap air mata. (umi)
sumber :: vivanews.co.id