soiponAvatar border
TS
soipon
{Demi Utang & BUMI Plc, Bukan Ganti Rugi Korbannya} Kenapa Bakrie Jual Aset
Kenapa Bakrie Jual Aset
Thursday, 18 April 2013 00:53


GATRANEWS - Viva bak gadis molek nan rupawan. Sudah begitu, ia juga pintar menghasilkan duit. Tak aneh kalau seorang Chairul Tanjung kesengsem dan berniat menyuntingnya. Pada kuartal pertama tahun ini, pendapatan Viva tumbuh 40% dibandingkan dengan tahun lalu.

Laba bersih usaha pada tahun lalu juga tumbuh hampir dua kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. "Kami adalah salah satu penawar utama," kata Chairul Tanjung, pemilik CT Corp.

Viva adalah induk usaha media milik keluarga Bakrie. Viva memayungi TV One, Antv, dan Vivanews. Keinginan CT mengakuisisi Viva itu adalah lanjutan dari kabar yang berembus sebelumnya bahwa Bakrie mau melepas jaringan medianya itu.

Antv didirikan Bakrie pada 1993. Adapun TV One adalah merek baru Lativi. Bakrie mengambil alih stasiun televisi itu dari Abdul Latief. Bakrie akan melepas 51% saham Viva miliknya, sedangkan sisanya adalah saham publik.

Masuknya CT ke Viva bakal menambah panjang gurita bisnisnya di bidang media. CT adalah konglomerat media yang memiliki Trans TV, Trans7 (patungan dengan Jacob Oetama, pemilik Kompas), dan detik..com. CT menyatakan bahwa ia akan membeli Viva seorang diri, tak menggandeng partner lain. Di luar media, CT juga bergerak di bisnis perbankan, retail, dan sumber daya alam.

Keluarga Bakrie sendiri masih belum berterus terang tentang pelepasan Viva itu. Kepada wartawan, Anindya Bakrie, Komisaris Utama Viva, hanya menyatakan, "Kalau namanya perusahaan terbuka, setiap hari kan orang jual-beli, itu hal biasa. Setiap hari ada," katanya.

Ketertarikan orang atau perusahaan untuk membeli saham menunjukkan kinerja perseroan berjalan dengan benar. Juru bicara Bakrie Group, Christopher Fong, juga enggan menanggapi. "Sorry cannot confirm any details related to VIVA Group," tulisnya dalam pesan singkat kepada GATRA.

Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada menilai, Viva termasuk salah satu perusahaan Bakrie dengan kinerja oke. Indikasinya, antara lain, bisa dilihat dari pertumbuhan laba, harga saham, dan kapitalisasi pasar.

Laba bersih Viva pada tahun lalu yang Rp 79,92 milyar tumbuh 178% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang Rp 26,26 milyar. "Jika dilihat dari harga dan market cap anak-anak usaha Bakrie, hanya Viva yang tercatat mengalami pertumbuhan positif," katanya kepada GATRA.

Ada 11 perusahaan keluarga Bakrie yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Di antara perusahaan itu, Viva mengalami kenaikan harga 7,69% dari 520 pada 2011 menjadi 560 tahun 2012. Adapun harga saham lainnya, seperti Bakrie & Brothers, Bumi Resources, Bakrie Telecom, Energi Mega Persada, Darma Henwa, Bakrieland Development, Bakrie Sumatera Plantations Berau Coal Energy, dan Bumi Resources Minerals (BRMS), mengalami pertumbuhan negatif.

Jika melihat dari sudut pandang investor, kata Reza Priyambada, penurunan harga pada emiten mencerminkan fundamental perusahaan. "Tidak mungkin fundamental bagus, tapi harganya mengalami penurunan. Emiten mengalami penurunan masih wajar selama itu karena faktor sentimen pasar," tuturnya.

Untuk mengujinya, bisa dibandingkan dengan perusahaan pada industri yang sama. Salah satu contoh, penurunan harga saham yang dialami Bakrie Telecom di tengah industri telekomunikasi yang justru sedang mengalami kenaikan. "Hal ini mengindikasikan fundamental perusahaan yang tidak bagus," katanya.

Apalagi, selama ini, kata Reza, Bakrie memiliki rekam jejak buruk terkait penjualan saham anak usahanya untuk memenuhi pendanaan mereka. Misalnya tukar guling Bumi Resources dengan Bumi Plc dan tukar guling Bakrie Telecom dengan perusahaan telekomunikasi milik Grup Sampoerna.

Investor, menurut Reza, sudah tahu cara Bakrie bermain, misalnya seringkali melakukan right issue atau penerbitan saham baru. Kalau keseringan melakukan penerbitan saham baru, harganya akan turun karena supply di pasar ditambah terus. "Itu yang akhirnya menyebabkan banyak investor kecewa pada mereka," ungkap Reza.

Reza menambahkan, masuknya Aburizal Bakrie, putra sulung keluarga Bakrie, ke dunia politik juga membuat persepsi negatif di kalangan investor. Aburizal Bakrie adalah Ketua Umum Partai Golkar. "Oh, nanti uangnya ini akan digunakan untuk kampanye dan sebagainya. Dan itu, Bakrie harus menerima stigma negatif itu dari masyarakat," katanya.

Terkait dengan penjualan Viva, berapa harga jualnya? Harga yang tertera di bursa saat ini berada di kisaran Rp 620 per lembar. Jumlah saham Viva adalah 7,89 milyar lembar. Harga jual yang wajar, kata Reza Priyambada, adalah harga rata-rata 90 hari perdagangan atau Rp 620 itu. Dengan harga ini, maka harga wajarnya adalah Rp 4,89 trilyun untuk 100% saham.

Adapun kalau dilego dengan harga Rp 1.000 per lembar, maka harganya Rp 7,89 trilyun atau sekitar US$ 800 juta.

Belakangan, rumor yang berkembang menunjukkan, Viva bisa dilego hingga US$ 1,2 milyar. "Namun harga ini tak mencerminkan fundamental Viva dan sengaja diembuskan di pasar," ujar Reza Priyambada.

Analis MNC Securities, Reza Nugraha, menilai keluarga Bakrie sejauh ini terlihat masih ingin mempertahankan Viva. "Tapi tidak menutup kemungkinan kalau memang ada tawaran harga yang tinggi, mereka akan melakukan pelepasan," katanya kepada GATRA.

Harry Tanoesudibjo, pemilik MNC Group, juga dikabarkan tertarik meminang Viva. Selanjutnya? "Saya belum berani bilang. Nanti kita lihat saja hasil akhirnya," Reza menambahkan.

Lanjut di bawah.

Source

Bisnisnya Bakrie Group sedang amburadul dan bergantung pada penjualan asetnya. emoticon-Matabelo
Diubah oleh soipon 18-04-2013 03:22
0
1.3K
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan