soiponAvatar border
TS
soipon
{Akal Bulus Cagub Jabar Golkar} Baliho YANCE Masuk Sekolah
Baliho YANCE Masuk Sekolah
Senin.4.2.2013 – 10.2.2013.



Indramayu. YANCE memang cerdik dan banyak akal bulusnya sebagai calon Gubernur Jawa Barat (Jabar), maka kemudian balihonya masuk ke sekolah-sekolah, antara lain, SMAN 1 Lohabener dan SMAN 1 Kandanghaur secara blak-blakan.

Yance yang dikatakan oleh Kepala Sekolah SMPN Unggulan Sindang- Indramayu Sri Sunarti, SPd, MPd sebagai Bapak Pendidikan Indramayu, dan oleh DR. Odang Kusmayadi (waktu itu masih Kabid dan belum Doktor tapi sudah S-2) dihadapan para orang tua siswa SMAN 1 Indramayu beberapa tahun yang lalu, Yance disebut sebagai Imam Pendidikan Indramayu, maka akankah menjadi kemakluman baliho-balihonya masuk ke sekolah atau dunia pendidikan, di mana para pemilih pemula berada di sekolah-sekolah tersebut.

Baliho Yance sebagai calon Gubernur Jabar pada Pilgub 24 Februari 2013 nanti masuk ke sekolah-sekolah, di mana dunia (sekolah) seharusnya tidak boleh direduksi oleh kepentingan politik partai, maka kemudian mengundang berbagai respon publik.

M. Solihin sebagai Bupati LIRA Indramayu menyatakan, sekolah, tempat ibadah dan fasilitas pemerintah harus bersih dari kegiatan politik, netral atau harus steril. Apabila masih ada harus ditindak, Bupati harus menginstruksikan untuk mencabut dan Panwaskab. Indramayu harus bertindak tegas karena jelas pelecehan dan tidak mendidik dan menghancurkan kualitas demokrasi (Senin, 28.01.2013, 15:07:17).

Yayan MS dari Eksekusi Indramayu mengatakan, pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh Calon Gubernur yang satu ini (Yance – red) memang pelanggaran yang dibiarkan oleh semua pihak baik oleh KPU (Komisi Pemilihan Umum), KPUD (Komisi Pemilihan Umum Daerah) Indramayu, Panwaslu (Panitia Pengawas Pemilu) Indramayu bahkan oleh calon Gubernur pesaingnya, hal ini membuktikan bahwa calon yang satu ini (Yance – red) calon yang special yang tidak akan pernah tersentuih aturan-aturan manapun. Yang lebih mengherankan ada kesan antara calon-calon yang lain diluar calon no. 2 (INTAN – red) malah saling melaporkan dan saling menjatuhkan, karena mereka saling melihat kecurangannya, tetapi sayang mereka semua tidak pernah bisa dan mampu mendengar dan melihat kecurangan-kecurangan no. 2. Benar-benar hebat .. nih calon Gubernurnya diam saja. (Selasa, 29.01.2013, 08:32:08).

Rustini sebagai Relawan Pembelajaran Untuk Demokrasi menyatakan, bukan hanya di Lohbener dan Kandanghaur (SMAN 1 Lohbenr dan SMAN 1 Kandanghaur – red) saja, akan tetapi disetiap sekolah-sekolah dan aparat Desa yang ada di Kabupaten Indramayu, saya kira pasti mendapatkan hal yang seperti itu bahkan oknum guru-gurunya dan aparat Desa juga ikut berpartisipasi dalam hal ini dengan dalih supaya biaya sekolah gratis dan biaya berobat juga gratis dan lain sebaginya. Dan hal itu sudah berlangsung sejak lama sebelum Yance menjadi calon Gubernur (Selasa, 29.01.2013, 09:30:56).

Samsudin sebagai Pemerhati Pendidikan di Daerah menjelaskan, lembaga pendidikan harus lepas dari politik praktis. Ketika sekolah sudah dimasuki pesan politik dan tidak ada tindakan dari Dinas Pendidikan setempat jelas menunjukkan pendidikan daerah tersebut mundur selangkah. Harusnya institusi yang lebih tinggi segera menyikapinya agar tidak terjadi kerusakan pendidikan yang lebih luas (Selasa, 29.01.2013, 18:30:40).

Akademisi AMIK Purnama Niaga Indramayu Hadi Santoso memaparkan, ada beberapa alasan mengapa Yance lebih suka menggunakan mesin politik melalui pendidikan. Pertama, dana sektor pendidikan cukup besar, belum termasuk setoran-setoran Kepala Sekolah. Kedua, loyalitas para Kepala Sekolah yang diuntungkan Yance masih cukup tinggi, guru jarang ada berani berontak bahkan sukarela mau menyumbang kepentingan politik Yance, beda dengan orang-orang politik binaannya yang cenderung oportunis dan malah minta uang terus. Ketiga, seperti halnya tokoh masyarakat, Kuwu dan ulama, guru di Desa masih menjadi tokoh terpandang. Dan empat, barangkali Yance tidak suka masyarakat Indramayu melek politik. Masyarakat Indramayu hanya diberi wacana bahwa pilihan terbaik adalah Yance, walaupun pilihannya sangat nepotism (seperti pemilihan istrinya sebagai Bupati dan mungkin nanti anaknya). Maka dari itu mengkebiri pendidikan politik harus melalui dunia pendidikan itu sendiri yakni melalui politisasi pendidikan (Selasa, 29.01.2013, 15:13:18).

Direktur Pusat Kajian Stategis Pembangunan Daerah (PKSPD) O’ushj.dialambaqa menegaskan, itulah resikonya ketika Guru bukan lagi sebagai Guru, tetapi sebagai Pedagang yang berbaju Guru. Nah, di Indramayu ini amat banyak model guru pedagang itu, maka sebagai konsekuensinya ya seperti itu.

Pedagang di mana-mana maunya mencari untung atau keuntungan yang sebesar-besarnya. Setelah itu meningkat menjadi cukong lantas menjadi mafia. Nah, dalam pendidikan ini mafianya menggurita, dan masyarakat seperti tidak berdaya ketika semua hal kemafiaan itu diatasnamakan pendidikan.

Kepiawaian Yance dalam merusak pendidikan itu sudah sangat tepat sasaran, karena dengan rusaknya dunia pendidikan, maka dalam semua hal menjadi rusak. Dengan kerusakan itu Yance secara cerdik mengambil keuntungan yang tiada terkira besarnya, tetapi kemudian seolah-olah tampil menjadi Santaklaus.

Dirusaknya dunia pendidikan oleh Yance bukan hanya struktur pendidikan dasar dan menengah tetapi sampai dunia pendidikan tinggi, buktinya UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) Bandung saja tekuk lutut atau bersujud pada Yance dengan tidak berani menarik kembali atau mencopot pemberian gelar Doktornya, padahal UPI Bandung sudah tahu dan berjanji untuk itu.

Nah, dengan rusaknya dunia pendidikan, maka libido kekuasaan Yance bisa memainkan semua dunia pendidikan sampai Perguruan Tinggi, yang kemudian tumbuh subur, dan kemudian Perguruan Tinggi menjadi tempat prostitusi intelektual. Dengan maraknya pramuriaan akademik tersebut, Yanace sangat diuntungkan, sehingga jika hanya baliho Yance masuk ke sekolah-sekolah bagi Yance itu soal sepele, tapi bagaimana kemudian para akademisi yang Prof Doktor saja kemudian mengagung-agungkannya dengan berjubah gelar akademiknya dan kampusnya.

Nah, bagi kaum akar rumput yang hanya sampai tamat Sekolah Dasar, SMP atau SMA/SMK di mana dunia pendidikan sudah amat rusak, bagaiamana mungkin mampu memilah persoalan dan mampu menguji kebenaran atau kevalidan apa yang diungkapkan dengan amat menggebu-gebu oleh para guru, Kepala Sekolah, Dosen sampai Rektor Universitas. Wong semuanya sudah rusak.

Nah, itulah kebriliannya Yance, termasuk agama pun dirusak dan dipolitisir, sehingga lahirlah para Kiayi, Ustad dan Ulama yang menghamba pada Yance demi uang dan berlutut pada kekuasaannya, sehingga kemudian mereka para agamawan atau rohaniawan tersebut menjadi beo kekuasaan. Apa yang terjadi kemudian? Kita tunggu saja. Semoga!

Source

Akal bulusnya Yance benar2 seperti Foke. emoticon-Matabelo
Diubah oleh soipon 08-02-2013 01:01
0
3.2K
23
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan