Ini Perbedaan Fenomena Jokowi Dengan Rhoma Irama
Selasa, 18 Desember 2012 13:04 WIB

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA--Indonesia dikejutkan dengan munculnya Rhoma Irama yang mencalonkan diri menjadi presiden. Ini merupakan antitesa bagaimana dulu Bung Karno dan Soeharto menjadi presiden.

Bung Karno dan Soeharto sempat menolak menjadi persiden karena merasa tidak mampu. Sementara Rhoma 'Si raja dangdut' dengan enteng mengatakan menjadi presiden.

"Kita dikejutkan satria bergitar (Rhoma) dengan enteng mengatakan saya mampu jadi presiden. Menurut saya fenonena Rhoma puncak peristiwa politik di Indonesia," ujar Budiarto Shambazy, wartawan senior Kompas, dalam diskusi Soegeng Sarjadi Syndicate ' Masa Depan Indonesia: Tantangan 20 tahun ke Depan' dan Analisis Politik 2012: ' Suara Tuhan: Suara Rakyat Versus Suara Elite', Foue Season Hotel, Jakarta, Selasa (18/12/2012).

Menurut Baz, panggilan akrab Budhiarto, Rhoma hanya mengandalkan popularitas semata dalam mencalonkan diri. Hal itu tentu berbeda dengan fenomena Jokowi.

"Rhoma hanya mengandalkan pencitraan semata. Jokowi pencitraan plus rekam jejak," ujarnya.

Menuru Baz, pencitraan tetap dibutuhkan. Namun masyarakat akan mencari tahu rekam jejak tokoh tersebut.

Baz meramalkan bahwa Pemilu 2014, baik pemilihan legislatif (pileg) dan pilpres, masyarakat akan menuntut dua hal tersebut. Pencitraan dan rekam jejak. Walau memiliki pencitraan yang baik namun kalau tidak memiliki rekam jejak bagus, maka tidak akan berhasil.

Para pemimpin-pemimpin atau tokoh-tokoh yang mencalonkan diri menjadi presiden harus bisa meyakinkan rakyat kalau mereka bukan sekelas Rhoma Irama.

Source

Benar2 komentar yang mak jleb, rekam jejak Rhoma Irama dalam kenegarawan memang tidak ada kecuali jadi juru kampanye.