cibirubandungAvatar border
TS
cibirubandung
Perjalanan ke Turki
Perjalanan ke Turki
22 September 2012 sampai 1 Oktober 2012

Di Mana Turki ?
Secara geografis, Turki terletak di 2 benua, yaitu Asia dan Eropa, dengan mayoritas wilayahnya berada di benua Asia.
Dia diapit oleh Bulgaria dan Yunani di Barat-Barat Laut, Georgia, Azerbaijan, Armenia dan Iran di Timur-Timur Laut, Irak dan Suriah di Tenggara. Di Utara wilayahnya terdapat Laut Hitam, di Barat hingga Selatan Laut Aegean yang kemudian menyatu dengan Laut Mediterania. Selat Marmara memisahkan wilayah Asia dan Eropa negara Turki.
Waktu Turki adalah GMT +2, Dengan demikian, perbedaan waktu antara Indonesia (WIB) dan Turki adalah 5 jam. Di turki jam 13.00 di Indonesia jam 18.00
Berkunjung ke Turki pastilah tak akan melewatkan Istanbul, kota yang punya sejarah panjang sebagai ibukota Kekaisaran Ottoman (Usmaniyah/1453 – 1923) dan pernah bernama Constantinopel.

Hari Pertama
Kota Istanbul

Istanbul saat ini menjadi kota dengan populasi tertinggi di Turki, dihuni 15 juta jiwa sementara Ankara, ibukota Turki, menempati urutan kedua dihuni 7 juta jiwa. Istanbul memiliki beberapa obyek wisata yang wajib dikunjungi, yang kebetulan terletak pada lokasi yang berdekatan.
Istanbul terletak di tepi laut Marmara, dan dipisahkan menjadi 2 bagian oleh selat Bosphorus : bagian Asia dan bagian Eropa. Pada jaman kerajaan Byzantium kota ini dikenal dengan nama Konstantinopel. Pada era kesultanan Ottoman (1453-1923), namanya menjadi Istanbul, dan digunakan sebagai ibukota kerajaan.
Setibanya di Istanbul, langsung city tour menuju Hippodrome, Blue Mosque mesjid terbesar di Istanbul,dan dilanjutkan dengan mengunjungi Topkapi Palace yang merupakan istana Sultan jaman dahulu. Perjalanan dilanjutkan menuju kota Canakkale untuk bermalam.
Awalnya mau sekalian ke hagia sofia, tapi kata guide local, takut peserta tour kecapaian ditunda pas hari terakhir sekalian ke Grand Bazzar.
Hippodrome, blue mosque, topkapi palace, hagia sofia, grand bazaar semuanya berdekatan. Bisa ditempuh dengan jalan kaki. Jadi kalau hanya sehari dua hari di turki sebaiknya ke Istanbul saja.
Saya akan bahas satu persatu sejarah tempat yang saya kunjungi.

Topkapi Palace

Istana ini dibangun oleh Sultan Mehmet II yang menduduki Konstantinopel , abad ke 15. Terletak di atas sebuah bukit, pemandangan dari dalam istana ini sangat luar biasa, meliputi Laut Marmara di Selatan, dan Selat Bosphorus dengan daratan sisi Asia nya di sebelah Timur Laut.

Kompleks ini sangat luas, dapurnya saja terdiri dari satu sub-kompleks berkapasitas 1000 pegawai, yang bertugas menyiapkan makanan bagi 10.000 orang yang tinggal dan bekerja di dalam istana besar !
Saat ini, istana Topkapi menjadi museum yang menyimpan banyak peralatan tokoh penting seperti tongkat Nabi Musa, tangan St. Yohanes Pembaptis, jubah dan helaian janggut Nabi Muhammad SAW, serta sajadah milik Fatimah (putri Nabi Muhammad SAW). (setahu saya semuanya tiruan). Juga ada foto para sultan yang pernah memimpin kesultanan ottoman.
Di dalam ruangan tempat penyimpanan tidak boleh foto. Jadi ya tidak ada foto benda-benda itu. Selain itu dipamerkan pula koleksi perhiasan milik keluarga Sultan. Guide local menunjukan tempat yang sangat bagus untuk foto. Yaitu di balkon sultan. Kami pun kesana. Memang pemandangannya bagus, selat bosphurus terlihat jelas. Tapi sayang banyak sekali pengunjungnya. (mungkin guide mereka juga bilang begitu ya)

Blue Mosque (Masjid Biru)

Berada di Istanbul pastilah kunjungan ke Masjid Biru terkenal itu masuk ke dalam agenda. Masjid yang nama resminya Masjid Sultan Ahmed itu didaulat sebagai tempat yang paling banyak dikunjungi di Istanbul, dan predikat ini sulit dibantah.
Masjid nasional Turki ini salah satu dari sejumlah masjid di dunia yang dikenal dengan nama Masjid Biru karena dihiasi dengan lempengan keramik berwarna biru di dinding dalamnya. Tidak seperti masjid lain yang biasanya ‘hanya’ punya maksimal 4 menara, masjid ini memiliki 6 menara ! Juga dilengkapi 8 kubah dan 1 kubah utama. Dinamakan ‘Masjid Biru’ karena keramik pada bagian interiornya berwarna biru khas Iznik.
Sultanahmet Camii, nama lokalnya, dibangun antara 1609 dan 1616, pada saat Ahmed I berkuasa. Seperti banyak masjid lainnya, di masjid berukuran panjang 72m dan lebar 64 m yang mampu menampung sepuluh ribu jamaah ini juga ada makam pendirinya dan madrasah.
Banyak pengunjung yang ingin masuk ke dalam masjid. Jadi saya mengantri sekitar setengah jam. Semua yang masuk harus melepas alas kaki dan memakai kerudung. Petugas masjid memberikan plastic untuk tempat sepatu dan memberikan kerudung bagi wanita. Sebelum masuk masjid ada tulisan besar, semua pengunjung harus berpakaian sopan. 15 menit sebelum azan masjid tertutup untuk wisatawan karena akan digunakan untuk sholat.
Tapi saya lihat banyak turis wanita yang memakai kerudung, tapi pakai bikini. Benar-benar bikini. Weleh-welehhh.
Ada pembatas antara tempat sholat dengan wisatawan. Alhamdulillah saya dan istri sempat sholat disana. Saya cari cari tempat wudhu, saya Tanya ke beberapa orang turki. Mereka menjawabnya dengan bahasa turki. Mana saya tahu.keliling dalam masjid tidak menemukan tempat wudhu. Akhirnya saya tayamun dan sholat duha disana.
Ternyata istri juga tayamum karena tidak menemukan tempat wudhu. Ketika keluar barulah saya tahu ternyata tempat wudhu ada di luar dekat pintu keluar masjid. Tapi kalau saya memaksakan wudhu diluar. Masuknya pasti antri lagi. Weleh weleh.
Masjid ini sangat megah dan artistic. Baik dari luar maupun di dalamnya. Luar biasa jaman dulu orang bisa bangun masjid sebesar dan semegah ini.
Sultan Ahmed I memutuskan membangun masjid besar di Istanbul setelah Perdamaian Zsitvatorok yang mengakhiri perang 13 tahun Kekaisaran Ottoman dengan Hongaria, dan hasil tak memuaskan dalam perang dengan Persia,. Inilah masjid pemerintah yang pertama dibangun dalam kurun waktu lebih dari 40 tahun. Bila para pendahulunya mendanai pembangunan masjid mereka dengan hasil rampasan perang, Sultan Ahmed I harus mengucurkan dana dari kas pemerintahnya, karena dia tak berhasil memenangkan satu pun perang, dan ini membuat marah para ulama.
Masjid dibangun di lokasi istana kaisar-kaisar Byzantium (Romawi Timur), berhadapan dengan Hagia Sophia dan Hippodrome, lapangan pacuan kuda yang dibangun ketika Istanbul masih bernama Constantinopel, ibukota Kekaisaran Bysantium. Bagian besar sisi selatan masjid berada di atas fondasi istana, ruang penyimpanan barang-barang berharga di bawah tanah, dan lorong-lorong bawah tanah istana. Beberapa bangunan yang sudah ada di atas lokasi yang diinginkan, harus dibeli dan dirubuhkan, termasuk istana Sokollu Mehmet Pasa, seorang panglima perang terkemuka Ottoman (1506-1579), dan sebagian besar struktur tribun melengkung berbentuk U dari Hippodrome.
Pembangunan masjid dimulai Agustus 1609 dengan pencangkulan pertama lahannya dilakukan langsung oleh sultan. Niat sultan memang menjadikan masjid tersebut sebagai masjid utama dalam era pemerintahannya. Ditunjuknya arsitek paling top masa itu

Sedefhar Mehmet Aga sebagai penanggung jawab pembangunannya. Pelaksanaan pembangunannya dicatat secara sangat rinci dalam buku delapan jilid yang kini disimpan di perpustakaan Istana Topkapý. Peresmian masjid dilakukan pada 1617 dan sultan ikut shalat di ruangan khusus. Bangunannya belum benar-benar rampung pada tahun terakhir pemerintahan Ahmad I, diteruskan oleh penerusnya, Mustafa I. Masjid Sultan Ahmed kemudian menjadi salah satu monument paling mengesankan di dunia. Bangunan itu salah satu elemen dari komplek yang dibangun Ahmed I untuk menyaingi kemegahan Hagia Sophia.
Disain Masjid Sultan Ahmed merupakan puncak dari perkembangan arsitektur masjid-masjid Ottoman selama dua abad. Masjid Sultan Ahmad menggabungkan elemen-elemen Byzantium dari Hagia Sophia didekatnya dengan arsitektur tradisional Islam dan disebut sebagai contoh terakhir dari arsitektur Ottoman klasik.

Arsiteknya menggunakan bahan bangunan semaunya, seperti batu dan marmar, membuat pasokan untuk pekerjaan penting lainnya terganggu. Untuk tata letak masjid, arsitek harus mempertimbangkan keterbatasan dari lahan yang dijadikan tapak bangunan. Bagian depannya, yang berfungsi sebagai jalan masuk, menghadap ke Hippodrome. Arsitek mendasari ren-cananya pada Masjid Sehzade (1543-1548) di Istanbul, karya berskala besar pertama yang dikerjakan arsitek legendaris Mimar Sinan, guru Mehmet Aga, dengan halaman dalam yang luas. Ruang shalatnya dipuncaki oleh sistem bertingkat kubah dan semi kubah, yang masing-masing ditopang tiga tembok melengkung setengah lingkaran. Kubah utamanya berdiameter 23,5 meter
dengan tinggi titik tengahnya 43 meter dari lantai. Kubah-kubah itu ditopang empat pilar utama seperti pada karya Sinan lainnya, Masjid Selimiye di Edirne, ibukota Kekaisaran Ottoman sebelum dipindah ke Istanbul. Jelas sekali Mehmet Aga terlalu berhati-hati dengan menerapkan tingkat pengamanan berlebihan, sehingga merusak proporsi elegan dari kubah dengan ukurannya yang menyesakkan. Dilihat dari halaman, efek eksterior keseluruhan bagi pengunjung berupa harmoni visual yang sempurna, menuntun pandangan ke puncak kubah utama di tengah.

Seutas rantai terbentang dibagian atas pintu masuk ke halaman dalam dari arah barat. Hanya sultan yang ketika itu boleh masuk ke halaman masjid menunggang kuda. Rantai yang terbentang memaksa sultan menunduk setiap kali masuk ke masjid agar kepalanya tidak terbentur. Ini dilakukan sebagai isyarat simbolis, menunjukkan sang penguasa Kekaisaran Ottoman itu kecil di hadapan Sang Pencipta, Allah SWT.

http://kkcdn-static.kaskus.co.id/ima...1102104349.jpg

0
3.9K
12
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan