BlueLookAvatar border
TS
BlueLook
Dengan Terapi Kebun Binatang Mereka Juara Asia
Lima jam sebelum bertarung di final, manajer tim John Pangemanan memutar otak untuk menjaga semangat tempur pasukannya. Ia melihat gejala negatif akibat diputarnya film-film sex di hotel tempat tim pelajar Indonesia menginap di New Delhi.

"Gairah anak-anak untuk bermain jauh menurun. Keletihan dan semangat mereka seperti luruh," ungkap John pada BOLA setiba kembali di Jakarta pekan lalu.

Langkah pertama menurut John, ia hubungi operator video. Ia minta untuk mengganti acara pemutaran film tersebut dengan film klasik atau sejenisnya. Permintaan diluluskan, dan memang para pemain tak lagi asyik di depan televisi. Tapi kemudian ada gejala kebosanan, membuat mereka bisa bertambah letih.

"Tak ada jalan lain. Saya bawa mereka ke kebun binatang. Lantas saya katakan pada mereka. Tataplah lima jenis binatang," kata John.

Menurut manajer tim itu, dulu terapi binatang buas juga dilakukan Jepang untuk membangkitkan semangat, keberanian, dan kekuatan tentaranya untuk bertempur. "Dari tatapan mata, kontak keberanian itu bisa dilakukan. Karena itu, saya perintahkan mereka untuk menatap setiap mata binatang tersebut," sambungnya.

Sepulang dari kebun binatang, semua anggotatim tak ada yang mengeluarkan suara. Tentu hal ini membuat Burkhard Pape gusar. Ia lantas bertanya, "Hei John, kenapa jadi begini? Kau bikin apa pada mereka?"

John justru tertawa lebar. "Saya tepuk bahunya. Pape, saya orang Indonesia. Saya tahu persis karakter anak-anak Indonesia. Anda tak perlu khawatir. Kalau anak-anak Indonesia sudah diam seribu bahasa, itu artinyamereka punya semangat, keberanian, dan sebagainya. Kita pasti menang!" jawab John.

Pape tidak mengerti. Ia tetap gelisah melihatkadaan seperti itu. Sebab dasarnya Pape amat gemar bergurau dengan pemain. Ia menyukai suasana riang.

Apa yang diungkapkan John mulai terwujud ketika pertandingan dimulai. Bola mata Pape pun mulai bersinar. John mengaku hanya tersenyum ketika perasaan optimis dikemukakan pelatih asal Jerman itu.

Namun usaha itu tak berjalan mulus. Baru 20 menit pertarungan berjalan, dari suporter Muangthai terdengar bunyi-bunyi khas mereka. "Anak-anak kontan jadi kayak kesetanan. Mereka main tanpa arah. Saya pun tak mau kalah set. Saya berteriak keras-keras untuk mengusir pengaruh musik itu," ucap John dengan suara keras dan berat.

Pape tertawa. Anak-anak mulai lagi bermain stabil. Sekali lagi ia menepuk bahu Pape. "Kita pasti juara," kisah John. Tak lama setelah itu Noah Meriem, bintang dari Irian Jaya itu, menjebolkan gawang lawan. Itulah gol terindah selama karirnya sebagai pemain sepakbola. Itu juga merupakan gol terindah bagi PSSI yang selama berdiri sejak 1930 baru sekali menikmati gelar juara Asia, meskipun hanya untuk kalangan pelajar.

Menurut manajer tim kelahiran Poso, Sulawesi Tengah itu sebenarnya jika cukup uang sakunya, ia pasti tidak akan berpikir tentang terapi binatang itu.

"Anak-anak cuma dikasih uang saku 50 dolar AS. Sedangkan saya sendiri dikasih 1.000 dolar. Tapi itu ludes karena harus membayar airport tax, minuman anak-anak di Don Muang, waktu pesawat transit di Bangkok. Setelah itu Noah dan Frans Sinatra harus dirawat oleh tukang pijit setempat, karena kita sendiri tidak bawa. Juga untuk mencuci baju anak-anak," katanya.

John sendiri tidak mengeluh, meski waktu itu ia merasa terpepet. "Saya bawa uang sisa cuma tiga dolar. Boro-boro mau beli oleh-oleh. Semua ludes," ungkapnya.

Terapi kebun binatang itu menurut beberapa pemain merupakan hal yang lucu dan tak masuk akal. "Bayangkan saja, masa kita disuruh menatap binatang," kata Erwin Yoyo, libero yang tampan. Tapi setelah melihat mata harimau, beruang, dan gajah, ia mengaku seperti ada kontak batin lain. "Saya merasa seperti terbakar," ungkapnya.

Begitu juga pengakuan Theodorus Bitbit, kapten kesebelasan. "Pokoknya kita jadi tambah berani. Selain itu, kita juga jadi tak peduli pada macam-macam kecuali pertandingan final itu," sambung Theo.

Bukan Satu-Satunya

Mendikbud Nugroho Notosusanto ketika menerima para pemain dan ofisial Senin lalu di Gedung Depdikbud Senayan, dengan nada haru tapi penuh bangga mengatakan, "Perasaan saya menyambut kemenangan ini, tak bisa saya lukiskan dengan kata-kata."

Menteri yang sastrawan itu menginginkan keberhasilan tersebut bukan satu-satunya kemenangan. Masih ada kelanjutannya. Departemen yang dipimpinnya menyiapkan program 10 tahun untuk meningkatkan pendidikan dan prestasi para pemain. Untuk ini diharapkan PSSI jangan buru-buru mencomot para pemain tim pelajar itu.

Meskipun tim tersebut merupakan hasil kerjasama Depdikbud-PSSI, namun sebagaimana dikatakan Direktur Keolahragaan Drs. Tjuk Sugiarto, pihaknya masih punya kewajiban dalam hal pendidikan para pemain. "Sehingga hidup mereka tak akan terlantar setelah tak bisa lagi menendang bola. Paling tidak mereka bisa menyelesaikan pendidikan di akademi."

Keinginan agar tim sepakbola pelajar itu tak lagi tercerai-berai juga datang dari bekas pelatih Ragunan yang sekarang bertugas di Solo, Omo Suratmo. "Saya harapkan mereka tidak dipencar-pencar lagi. Ini penting dari segi pembinaan selanjutnya. Saya tidak mengharap mereka misalnya bergabung dengan tim PSSI Garuda atau Galatama," ujar bekas pemain nasional dan Persib itu.

"Rasa kebersamaannya dalam tim besar sekali. Ke mana pemain, Pape selalu ada di situ. Ia melakukan pendekatan dengan cara guru kepada muridnya. Pape tidak menganggap pemain sebagai buruh, sementara ia sendiri bukan sebagai majikan," ungkap John.

Di mata Tjuk, keberhasilan pelatih Jerman itu juga karena ia sudah terbiasa hidup dengan masyarakat di negara-negara berkembang, sebelum datang ke Indonesia. "Sehingga ia tak kikuk lagi hidup di sini. Tugasnya akan habis bulan Juli tahun depan. Tapi bukan hanya Pape yang bersedia memperpanjang tugasnya di sini. Juga istrinya."

Sumber : http://www.bolanews.com/read/Bolaped...uara-Asia.html

0
1.3K
1
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan