anak sekecil itu berkelahi dengan waktu, demi satu impian menghidupi sang ratu (ibu), dipaksa pecahkan karang (kehidupan) dengan tangan kecil selembut nada, melantunkan kisah manis tapi teramat pahit, buat kita tertunduk entah malu atau acuh, tak sempat menyadari dirinya tumbuh tanpa cinta & kasih sayang, membuat (hati) nya keras tapi sangat lembut didalam,basah kuyup menggigil menahan dingin tanpa jas hujan,menjelang sore mengumpulkan emas (sampah) untuk ditukar dengan segenggam beras, menjelang malam melangkah pulang tidur berlaskan batu dan bantal dengan besi, berharap dirinya esok lebih dapat lepas tertawa dari hari ini.