Warga Ibu Kota tengah bersiap untuk pemimpin baru yang terpilih pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2012 lalu. Pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama berhasil unggul berdasarkan hasil hitung cepat dan rekapitulasi hasil penghitungan di tingkat kota/kabupaten yang serentak dilakukan pada hari ini.

Publik sudah tidak sabar menanti jalannya program kerja gubernur terpilih ini, khususnya masalah transportasi massal yang diperkirakan dapat membantu mengurai kemacetan di Jakarta yang semakin menjadi. Salah satunya adalah mengoperasikan railbus untuk koridor bus transjakarta yang padat penumpang.

Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) Azas Tigor Nainggolan mengatakan, program railbus ala Jokowi itu belum tentu dapat berjalan dengan baik. Untuk itu, ia menyarankan agar gubernur terpilih menitikberatkan pada perbaikan transportasi massal yang ada daripada membangun yang baru.

"Perbaiki dan tingkatkan saja yang sudah ada. Kemudian selesaikan saja pola transportasi makro yang selama ini sudah direncanakan," kata Tigor seusai "Dialog Publik Penegakan Hukum Lalu Lintas Berbasis Teknologi Informasi" di Hotel Grand Cempaka, Jakarta, Rabu (26/9/2012).

"Kalau misalnya membangun yang baru, butuh kajian lagi dan dananya besar. Jadi lebih bijak, perbaiki transjakarta dan angkutan umum yang sudah ada, evaluasi trayek, serta teruskan MRT," tegas Tigor.

Anggota DTKJ dari unsur awak angkutan, Musa Emyus, juga tidak terlalu setuju dengan pembangunan railbus. Menurutnya, pengoperasian railbus memiliki risiko kecelakaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bus transjakarta saat ini.

"Dengan rel itu, ngeremnya lebih susah dan risiko kecelakaannya semakin tinggi. Belum lagi klasifikasi pramudi dan pelatihannya juga makan waktu. Jadi lebih baik untuk perbaiki yang ada saja," ucapnya.

EMBER