ini adalah pemaparan dari seorang intel yang handal dalam sebuah forum di fesbuk yang kebenarannya dapat dipercaya




yang belum jelas nih ane tulis ulang:

Analisa Kasus Penembakan Polisi di Solo, saya lahir dan besar di Solo sampai klas 3 SMA. Kebetulan SMA saya sama dengan SMA Jend Benny Moerdani di Solo, beliau adalah tokoh Intelijen yg sangat di segani domestik maupun Internasional. Kalo saya melihat kasus penembakan di Solo, dari fakta yg terlihat, meski saya belum kelokasi krn sdh keburu ikut arus balik via pantura, bahwa pelaku penembakan adalah orang yg sangat terlatih dalam pengoperasian senjata api/hand gun. Hal ini dikarenakan dari 5 tembakan, 4 peluru mengenai bagian vital dari salah satu bintara Polri yg sedang bertugas di Pos Polisi Singosaren (Depan mal Singosaren Plasa). Yg selama mudik kemaren berulang kali saya lewati. Saya sering berlatih menembakan handgun, krn saya juga anggota perbakin, jadi saya sangat mengetahui, handling handgun juga tidak mudah, meski dari jarak dibawah 10 meter, utk menembak dari 5 munisi kena 4, harus cukup terlatih dan memiliki jam terbang yg sangat tinggi, serta kondisi senjata yg masih prima khususnya disisi laras dan slack nya, masih mulus sehingga tingkat perkenaan peluru sekitar 90%. Kemudian penembak juga memiliki tingkat emosi yang stabil, karena pada saat menembak, sama seperti bermain golf(saya juga sering bermain), harus mengatur nafas pada saat menarik picu senjata, sehingga kualitas tembakan bisa prima. Ini sekali lagi harus terlatih baik, sehingga dikatakan memiliki emosi yg stabil krn pengaturan nafasnya juga excellent. Minimal pelaku sudah berpengalaman dalam kontak tembak,bahkan sering menembak orang, sehingga tidak ada keraguan saat menarik picu. Kemudian dari sisi lokasi, untuk kasus teroris biasa, seperti kelompok bom bali 1 & 2, untuk di Indonesia mereka agak jarang menggunakan senjata api, lebih sering menggunakan peledak, memang ada peristiwa teror dengan senjata api di Medan dan Timika maupun aceh, karena daerah itu banyak dibanjiri senpi bekas konflik, sehingga banyak pelaku kejahatan yg familiar dengan senpi. Tapi kalo di Solo, agak aneh hal itu terjadi, ndak nyambung kalo teroris beroperasi di Solo. Jadinya kalo kaitan dengan terosrime, kayaknya kecil, karena teroris jarang yg mau beroperasi di Solo atau Jawa tengah, krn kecilnya safe area apabila mereka diburu aparat sehabis melakukan teror. Krn kalo kita seorang Teroris, pemilihan lokasi teror, khususya utk exit area,harus dipikirkan. Dan solo berada di urutan terakhit dari sisi safe area. Mending saya pilih Medan atau Acehlah kalo neror make Senpi. Dari faktor diatas sungguh sulit menganggap pelaku teror solo adalah terosrisme biasa, lebih ada faktorX,utk pelaku teror solo,dan kenapa pula di Solo, ada org ngomong karena Walikota Solo ikut Pilkada DKI, kadang omongan orang ini jadi masuk akal.

semoga ini hanya teror biasa,tetapi jika teror demi kekuasaan yang tamak dan menghalalkan segala cara untuk menang,sungguh sebuah ironi yang tidak berprikemanusiaan di indonesia

kalo berkenan,ane sebagai pemula minta

kaskuser yang baik selalu memberikan komentar yang cerdas dan tidak bersifat destruktif