Quote:
KEHIDUPAN PENDUDUK SONAF TAMKESI
Dalam istilah setempat, bahasa Dawan, Tamkesi berarti sudah terikat kuat pada porosnya dan kokoh tidak tergoyahkan (namanun, nate aben, karna kekonten,karna helonten). Penamaan Tamkesi tidak terlepas dari sejarah panjang kehidupan nomaden yang mewarnai kultur rakyat Biboki dahulu untuk menemukan pusat bumi dengan bantuan Besi Tnais. Besi Tnais adalah benda keramat kerajaan Biboki berbentuk timbangan. Lokasi Tamkesi dipercaya menjadi pusat bumi sehingga dijadikan pusat kerajaan Biboki yang dipimpin oleh seorang raja yang disebut Usif Kokoh/Kaiser. Selain itu, lokasi Tamkesi dianggap sempurna karena lengkap dengan unsur alam seperti batu, air, kayu, tanah karena dianggap memiliki kesakralan.
![[travelista] tamkesi , jejak peradaban timor](https://s.kaskus.id/_.gif)
![[travelista] tamkesi , jejak peradaban timor](https://s.kaskus.id/_.gif)
Warga Tamkesi yang merupakan Klan Usboko dari Suku Dawan atau dalam istilah setempat disebut Atoin Meto. Etnis Atoin Meto ini tinggal menyebar di Timor bagian Barat. Etnis ini mencakup kerajaan Biboki, Insana, Oenam (Miomaffo dan Mollo), Amanuban, Amnatun, Amarasi, Amfoan dan Ambenu. Atoin Meto secara harafiah berasal dari kata Atoni yang berarti manusia atau seorang laki laki dan meto yang bermakna kering, tandus, kritis, berdebu. Sebutan ini relevan karena jika kita melihat keadaan alam di pulau Timor didominasi oleh hamparan sabana dan stepa.
Warga setempat umumnya menggunakan bahasa Dawan. Karena warga yang tinggal di Tamkesi merupakan yang klan bangsawan, maka bahasa yang dipakai bahasa Dawan Kromo yang memiliki tingkatan seni sastra lebih tinggi dibandingkan bahasa Dawan rakyat biasa. Umumnya warga mengenakan kain tenun khas motif biboki dan pria memakai tutup kepala khas bangsawan yang disebut pilu atau destar.
Kehidupan masyarakat bersifat sosial kolektif yang mengutamakan kekeluargaan yang diatur dalam hukum adat setempat. Kaiser tidak memutuskan perkara karena diyakini bertindak arif dan penuh kasih sayang tetapi melalui para amaf. Amaf merupakan Raja-raja kecil yang memimpin suku-suku yang tersebar di seluruh penjuru kerajaan. Secara umum, suku-suku ini digolongkan menjadi 2 suku besar yakni: Ama Naek Paisanaunu dan Ama Naek Belsikone. Masing-masing amaf menjadi semacam dewan perwakilan suku-suku kecil untuk menghimpun aspirasi rakyat dan mempermudah koordinasi misalnya pembangunan sonaf dan penyerahan upeti.
![[travelista] tamkesi , jejak peradaban timor](https://s.kaskus.id/_.gif)
![[travelista] tamkesi , jejak peradaban timor](https://s.kaskus.id/_.gif)
Upeti ini dimaksudkan sebagai ucapan syukur rakyat kepada kaiser yang mampu memberi kesejahteraan pada rakyat berkat restu ainu uis neno (Tuhan dalam tradisi lokal) dan leluhur. Upeti ini menopang kehidupan Sonaf sekaligus menjadi cadangan makanan jika terjadi masa paceklik. Penyerahan Upeti tahunan biasanya diadakan setiap bulan November dalam upacara tama maus. Tama maus adalah acara adat yang amat menarik wisatawan lokal dan mancanegara karena berbagai atraksi budaya seperti seperti tari likurai, tari bonet, tari gong dilaksanakan. Upacara ini diawali dengan mempersembahkan persembahan sesaji berupa kambing, babi atau ayam dilakukan oleh 14 orang yang disebut ustetu di Mezbah Allah (Tetu usi neno).
Mezbah Allah berbentuk batu plat yang diletakan di antara Gunung Tapenpah dan Oepuah. Dua gunung batu yang mengapit kampung ini merupakan gunung yang dianggap suci menyimbolkan kesejahteraan serta kekuatan.
Aturan adat amat ditaati dan dipercayai. Jika melanggar, dampaknya tidak hanya bagi pelanggar tetapi juga bagi seluruh warga kampung misalnya terjadi bencana kelaparan atau terkena ken neno .Ken Neno berarti petir. Hal ini sejalan dengan ungkapan oenanam sai maliat yang bermakna harafiah madu itu bersifat lengket. Maknanya adalah resiko akibat tindakan seseorang menjadi tanggung jawab sendiri.
Keunikan lain yang menarik adalah batu pengadilan untuk menyelesaikan perkara warga secara adat.
Batu ini berupa batu pipih berdiameter 60 cm berbentuk hati. Orang-orang yang berperkara mengelilingi batu tersebut. Disertai doa oleh tetua adat, seekor ayam dipotong lehernya diatas batu tersebut dan dibiarkan menggelepar hingga berhenti di depan orang yang bersalah. Melalui ini, diharapkan hati nurani dengan bantuan leluhur yang menjadi jawaban setiap perkara.
Quote:
Arsitektur yang menyatu dengan Alam dan Budaya
![[travelista] tamkesi , jejak peradaban timor](https://s.kaskus.id/_.gif)
Lokasi Kompleks Sonaf Tamkesi berada di bukit yang dirimbuni hutan adat. Kumpulan vegetasi berupa hutan ini menciptakan ruang kampung Tamkesi yang terlingkup secara definitif melalui jajaran batang dan tajuk pohon sehingga tersembunyi dari serangan musuh dimasa lampau.
Hal ini juga ditunjang dengan keberadaan benteng dari susunan batu dan tanaman kese penyebab gatal yang sengaja ditanam disekeliling kampung.
Bukit ini dibuat berundak sehingga memungkinkan bangunan berdiri di kontur tanah yang miring. Semakin tinggi tingkatan, maka semakin tinggi pula tingkatan sosialnya. Di puncak tertingginya,terdapatlah sonaf Paon Leu (Istana Kaiser).
Vegetasi di hutan ini selain sebagai tempat tinggal berbagai flora dan fauna endemik juga bermanfaat untuk menahan hembusan angin dan mencegah longsor. Selain itu, kehadiran hutan ini menciptakan iklim mikro yang nyaman dengan udara relatif sejuk di sekitar Tamkesi dan sekaligus memunculkan beberapa titik mata air. Karena peran hutan adat sangat penting untuk kelangsungan hidup warga Tamkesi Hutan adat di sekitar Tamkesi tidak boleh ditebang sejak dulu. Bila ada pelanggaran terhadap hutan ini, ada sanksi adat berupa 1 ekor babi dan uang Rp500.000. Hal ini menjadi kearifan lokal warga Tamkesi dalam upaya menjaga alam tetap lestari.
Secara umum, bangunan yang ada disini terbagi menjadi dua yakni sonaf dan lopo.
Sonaf merupakan rumah tinggal yang tidak memiliki jendela dan sering disebut ume kbubu karena bangunan ini memiliki bentuk denah elips. Bentuk bangunan yang tidak memiliki jendela merupakan adaptasi terhadap iklim dan lingkungan sekitar. Ume kbubu menjadi simbol feminim karena kegiatan mengolah panen yang mayoritas diolah oleh kaum perempuan dilakukan disini.
Lopo adalah bangunan dengan loteng yang berfungsi sebagai tempat menyimpan hasil panen (lumbung). Area kolong lopo dimanfaatkan untuk tempat menerima tamu, musyawarah, beraktivitas sehari-hari seperti menenun atau menumbuk jagung. Lopo merupakan simbol maskulin karena lopo adalah tempat menyimpan hasil pertanian yang merupakan hasil pekerjaan laki-laki. Lopo dan Sonaf menjadi simbol kesatuan rumah tangga yang disebut kuen.
![[travelista] tamkesi , jejak peradaban timor](https://s.kaskus.id/_.gif)
Didalam sonaf terdapat tiang agung yakni ni ainaf yang selain menopang struktur bangunan juga dianggap memiliki nilai magis sehingga dijadikan tempat meminta berkat (halon) sekaligus menghormati leluhur. Warga Tamkesi meyakini tiang ni ainaf adalah tempat menghimpun semua arwah leluhur usif / bangsawan dan kaiser Biboki terdahulu. Hal itu ditandai dengan pemasangan wadah sirih pinang (tanasak) dan kelewang pamali (suin leu). Tiang ini berjumlah 2 buah yakni di sisi timur (neno saen) simbol maskulin dan sisi barat (neno mofun) simbol feminim. Tiang agung terbuat dari kayu merah/matane yang dianggap kayu paling kuat di Biboki dan mampu menopang struktur bangunan hingga puluhan tahun.