Media sosial selalu menjadi tempat yang menarik untuk melakukan banyak hal mulai dari mencari informasi, berbagi kisah, bahkan juga dapat dijadikan sebagai sarana komunikasi serta promosi yang cukup menguntungkan bagi banyak penggunanya.

Namun tentu saja tidak semua pengguna media sosial bisa mendapatkan keuntungan atau hal positif dari bermain medsos GanSis. Tidak sedikit pengguna media sosial yang kurang bijak dalam menggunakan akun media sosialnya sehingga mereka terlibat masalah dengan orang lain atau bahkan juga berkasus dengan hukum.

Membahas tentang media sosial, tentu saja kita tidak pernah luput dari yang namanya curhatan warganet. Curhatan dengan berbagai problematikanya selalu mewarnai media sosial terkhusus pada grup-grup publik sehingga menambah kesan unik di dalam bermedia sosial.

Salah satu curhatan yang tengah viral dan hangat dibahas di media sosial Facebook adalah terkait curhatan seorang ibu yang menyebut dirinya sebagai penggila nilai sekolah. Ibu ini membagikan kisah kekecewaan pada anaknya sendiri yang mendapatkan nilai rendah di sekolah.

Akun Facebook dengan nama Yuni Lestari, mengaku dirinya sebagai seorang ibu dari anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar, membagikan tentang kisahnya kecewa kepada anaknya sendiri karena sang anak mendapatkan nilai ulangan yang kecil di ujian semester akhir.

Yuni Lestari menjelaskan bahwa nilai sekolah sang anak jelek, dan membandingkan dengan nilai-nilai saat masih duduk di bangku sekolah TK dan juga di ujian semester pertama yang masih mendapat peringkat ketiga di kelas. Dirinya juga mengaku selalu marah saat anaknya menyerahkan kertas hasil ulangan yang nilainya merah, bahkan tidak segan-segan Yuni Lestari juga mengakui bahwa dirinya mencubit, memukul, dan juga merobek hasil ulangan di depan anaknya karena merasa sangat kecewa.

Adapun alasan Yuni Lestari mengaku melakukan hal tersebut kepada anaknya sendiri adalah karena dirinya penggila nilai sekolah, dan juga mengaku jika anaknya mendapatkan ranking maka bisa dilakukan klaim prestasi di kantor suaminya untuk mendapatkan tunjangan dengan nilai besar.

Alih-alih mendapatkan dukungan, Yuni Lestari dihujat oleh warganet di media sosial karena sikap yang dilakukan kepada anaknya.

Netizen menjelaskan bahwa apa yang dilakukan oleh Yuni Lestari tersebut sangat salah meskipun tujuannya baik agar anaknya bisa meningkatkan kualitas belajar agar mendapatkan nilai bagus di sekolah.

Membahas tentang permasalahan emosi karena nilai ujian sekolah anak jelek, kemungkinan besar masih banyak orang tua yang melakukan hal serupa sebagaimana yang dilakukan oleh Yuni Lestari yang tega mencubit, memukul, dan memarahi anaknya.

Marah dan emosi bukanlah cara yang terbaik untuk menjadikan anak-anak menjadi lebih pandai atau paham terhadap pelajaran sekolah yang mereka tidak pahami sehingga nilainya jelek GanSis, apa lagi sampai dengan mencubit atau memukul, itu hanya akan menambah rasa trauma pada anak sehingga mereka lebih tidak fokus lagi untuk belajar karena rasa takutnya.

Sebagai orang tua tentu harus bijak di dalam mendidik anak-anak, bisa bersikap tenang di dalam segala situasi dan kondisi, serta mampu mencarikan solusi terbaik untuk anak agar mereka bisa semangat belajar dan menjadi lebih baik.

Berbicara baik-baik pada anak, memberikan semangat untuk belajar lebih giat, berikan situasi dan sistem pembelajaran yang menarik, dan mengarahkan anak pada minat dan bakat mereka tentu ini menjadi lebih baik dibandingkan harus mendidik anak dengan keras ala militer.

Seorang anak memiliki kecerdasan yang hasilnya bergantung dengan cara mendidiknya GanSis, itulah sebabnya orang tua harus tahu lebih jauh terkait minat dan bakat anak agar mereka tidak salah dalam memberikan pendidikan yang terbaik.