gothic84Avatar border
TS
gothic84
Koridor Akal untuk membuka Hijab hati, mengenal Ruh, beserta hawa nafsu nya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


“Zaman saling berdekatan, ilmu dihilangkan, berbagai fitnah bermunculan, kebakhilan dilemparkan (ke dalam hati), dan pembunuhan semakin banyak.“ (HR. Muslim).

Ilmu yang di cabut di akhir zaman di antara nya ada dua yaitu:

1. Ilmu Tauhid
2. Ilmu Faraid (ilmu waris)

Dan hari ini, hadists tersebut sudah terbukti. Banyak manusia yang tidak kuat menghadapi berat nya tekanan di akhir zaman di karenakan tidak mengenal ilmu tauhid untuk pondasi kehidupan nya.
namun untuk yang membahas tentang tauhid dalam ranah teoritis, masih banyak kita temukan di berbagai sumber pengajian baik itu daring (online) maupun kajian silaturahmi langsung.

namun untuk yang berikhtiar mengurai ilmu tauhid, hingga menjadikan ilmu tersebut menjadi dasar kehidupan nya, sudah sangat sedikit kita temui.

dan ini memberikan dampak yang sangat besar sekali dalam kehidupan kita sehari hari, yang bisa kita saksikan bagai mana kehidupan manusia saat ini dalam luang lingkup kehidupan nya.

karena sesungguhnya ujian kehidupan kita sehari hari hanya di hadapkan pada 2 jalan, yaitu jalan keimanan, atau jalan nafsu.

dan perihal ini Allah beritahukan kepada kita melalui Quran surah Al-Balad ayat 10 berikut ini.

“wa hadaināhun-najdaīn”
 
“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikan dan kejahatan)”

jadi sesungguh nya, ujian dalam 4 perkara yang selama ini kita sebut REJEKI, JODOH, AJAL dan TAKDIR pun, ukuran lulus dan tidak nya menghadapi ujian tersebut yaitu hanya 2 pilihan.

kita bergantung hanya kepada Allah, atau mengikuti hawa nafsu.

Semoga dengan ikhtiar kita semua mengurai kembali ilmu Tauhid ini, bisa mengantarkan kita pada lulus nya menjalani ujian hidup di Dunia ini, hingga selamat nya kita ketika kembali berpulang ke hadapan Allah.

Setelah kita mehahami apa itu Iman Islam dan Ihsanyang selanjut nya kita meyakini keberadaan Allah dengan memahami dan Mengenal sifat 20 Allah dan selanjut nya kita akan mulai memperjalankan akal untuk mulai mengenal dan membenahi Akar (hati) dalam diri kita masing masing.

Ada hal yang harus kita pahami dahulu di sini, yaitu kunci dalam Ilmu tauhid adalah “La ilaha illallah”. karena sejatinya semenjak zaman nabi Adam sampai dengan nabi Muhammad SAW, hingga hari ini ilmu tauhid tidak ada yang berubah, yaitu memahami apa itu ‘La ilaha illallah”. Karena seluruh ajaran yang dibawa oleh para nabi dari umat manapun esensinya tetaplah sama yaitu mengajarkan “La Ilaha illalah”.
 
Jadi, kesimpulan dalam membenahi hati kita yaitu menanamkan “La ilaha illallah” dalam arti menghadirkan Allah dalam kehidupan kita.

“La ilaha illallah” sebuah kalimat yang singkat,  namun ketika kita mencoba untuk mengurai makna nya, ini merupakan hal yang tidak akan ada ujung nya, bahkan sepanjang umur kita pun tidak akan pernah cukup untuk sampai menemukan dimana ujung dari makna kalimat tersebut, sebelum utuh nya pengetahuan kita tentang kalimat ini.
 
Seperti hal nya sejarah para nabi yang di kisahkan, sesungguh nya Nabi Musa berhasil membelah laut merah pun, kunci nya adalah kalimat “La ilaha illalah”. Dan juga Nabi Ibrahim yang tidak mempan terbakar api, begitu pula nabi Nuh bisa selamat membawa umat nya dalam perahu ketika terjadi banjir yang sangat dashyat kunci nya adalah “La ilaha illallah”
 
Mari kita belajar memahami kalimat tersebut mulai dari kata “La” dan kata “ilaha” yang akan menjadi pondasi utama dalam memahaminya. Dua kalimat tersebut memiliki arti masing masing “La” yaitu Nafi dan “Ilaha” yaitu Isbat.
 
Nafi, yaitu perkara-perkara, atau segala hal yang tidak boleh ada dalam hati kita dan Isbat, yaitu perkara-perkara, atau segala hal yang harus ada dan tertanam kuat dalam hati kita.
 
Yang pertama Nafi, apa yang harus di cabut, harus di hilangkan, atau harus dibuang dalam hati kita yaitu “illah” dalam artian tuhan-tuhan atau kekuatan-kekuatan lain selain “ALLAH”

secara garis besar ada 3 hal yang wajib kita hilangkan dalam hati yaitu Arbab, Andad, dan Hawahu.

Yang pertama yaitu Arbab.

Arbab di sini memiliki arti sandaraan selain Allah yang dalam hal ini Apapun bentuk perkaranya jika kita bersandar pada selain Allah maka sandaran itu di sebut Arbab.

namun jangan sampai salah memahami, sandaran tersebut bukan berarti tidak boleh ada dalam kehidupan, karena secara kehidupan kita terikat oleh Syariat, dan manusia adalah makhluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat nya yang dalam hal ini tentu saling membutuhkan pertolongan dan bantuan yang menjadi asbab penunjang kehidupan.

jadi sandaran tersebut jangan ada dalam Hati.

Yang kedua yaitu Andad.

Andad di sini berarti Tandingan, yang dalam hal ini ada perkara yang kita cintai, kita sukai dan selalu di damba dambakan dalam kehidupan sehari hari selain Allah, maka hal tersebut di sebut Andad.

Yang ketiga yaitu Hawahu.

Hawahu di sini memiliki arti orang yang selalu mengikuti hawa nafsu nya hingga tanpa di sadari hawa nafsu tersebut lah yang menjadi Tuhan dalam hati nya.

dan Allah menjelaskan hal ini dalam surah Al-Furqan ayat 43 berikut ini:

Ara'aita manittakhaża ilāhahū hawāh(u), afa anta takūnu ‘alaihi wakīlā(n).

“Sudahkah engkau (Nabi Muhammad) melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Apakah engkau akan menjadi pelindungnya?”

Nah Hawa nafsu ini lah yang menjadi akar dari ketiga nya, karena adanya Andad, dan Arbab dalam hati manusia, bermula dari tidak terkendali nya Hawa nafsu dalam hati kita.

Mari kita sama sama bertafakur, apakah ke tiga hal tersebut sudah ada dalam hati kita?

Kita mulai dari Akar nya, yaitu hawa nafsu:

saya ilustrasikan hati manusia itu di jika ibaratkan seperti ini gambaran nya, untuk gambaran akal kita dalam memahami nya:




Ilustrasi gambaran Hati



Hati kita itu hanya satu, namun ada 7 lapisan hijab di dalam nya yang mana tiap tiap hijabnya hanya bisa di buka oleh Ilmu Tauhid.

jadi jika di ilustrasikan ada 7 Ruangan dalam hati kita, yang mana tiap tiap ruangan tersebut di isi oleh satu fungsi Ruh.

Jadi dalam uraian kali ini, di ibarat kan kita belajar menyelami diri dan mengenal tiap komposisi internal nya. 

Manusia terdiri dari Jasad, lalu masuk ke dalam ada Akal,masuk  berikut nya ada Nafsu, dan terakhir ada Ruh. 

Dan inilah yang di kenal secara umum Tafakur diri.

Kita mulai dari yang pertama yaitu Ruh Hewani:

Ruh hewani ini Bisa kita sebut sebagai Hidup Aktif.

di dalam hati Manusia, tanpa pengecualian siapapun itu, terdapat Ruh Hewani dalam hati nya yang memiliki potensi sifat kebinatangan.
dan tak ada satupun manusia di dunia ini yang tidak memilik Ruh hewani tersebut.

begini cara mendeteksi nya:

Di atas ruh Hewani,  ada nafsu yang kita sebut nafsu Amarah. Yaitu nafsu yang memiliki daya dorong ke atas yang membangkit kan rasa Marah, Emosi, Semangat, Gembira, dan sebagai nya, lalu di tafsirkan lah daya dorong tersebut oleh AKAL.

ciri dari ada nya nafsu tersebut adalah seperti hal nya binatang, yang aktifitas keperluan hidup utama nya yaitu Makan dan berkembang Biak. dan sepanjang hari nya, hanya itu lah aktifitas yang di lakukan binatang, mereka hanya istirahat ketika waktu nya tidur!

Lalu lapisan ke dua yaitu Ruh Nabati:

Ruh nabati bisa kita sebut sebagai hidup Passif. 

Di atas ruh Nabati, ada nafsu yang kita sebut nafsu Lawamah, yang memiliki daya dorong ke Bawah yang membangkit kan rasa Takut, kecemasan, kesedihan, kemalasan, dan sebagai nya dan di tafsirkan juga daya dorong nya oleh AKAL.

ciri dari adanya nafsu tersebut dalam diri kita adalah seperti hal nya Tumbuhan, yang dalam kondisi apapun yang terjadi pada hidup nya, tumbuhan hanya bisa Diam dan pasrah

jadi kesimpulan dari penjelasan dua Nafsu di atas yaitu: Amarah selalu memiliki dorongan ke atas untuk sebuah keinginan dan Ambisi, sedangkan Lawamah selalu mendorong ke bawah membawa pada rasa ketakutan dan kecemasan.

Nah yang jadi pertimbangan nya di sini adalah, apakah Nafsu tersebut akan kita tundukan dengan Ilmu Tauhid agar terkendali, atau akan kita salurkan dalam kehidupan dengan penuh kebebasan, itu adalah pilihan masing masing.

Karena Allah hanya memberikan aturan hidup untuk kita yang selama ini kita kenal dengan Syariat dalam ajaran agama.

jadi selamat atau pun tidak nya diri kita, maka kita lah yang wajib berikhtiar nya.

Ada kala nya manusia hidup berpondasi dalam Amarah, dan ada kalanya pula manusia hidup berpondasi dalam Lawamah, sangat tergantung dari Ujian yang sedang di hadapi nya.

Nah dalam hal ini, ilmu Tauhid akan di proses Oleh AKAL, melalui Penglihatan dan Pendengaran.

Karena, manusia sejak pertama kali di ciptakan dan yang hidup dari zaman dan peradaban manapun, hingga diri kita saat ini cara menginput data nya tetap lah sama dan tidak pernah berubah.

yaitu melalui apa yang terlihat dan apa yang terdengar, itulah yang akan menjadi isi Akal kita.

maka dari itu, Akal manusia hari ini, tentu saja berbeda dengan isi akal manusia 20 atau 50 tahun ke belakang dan tentu juga sangat berbeda jauh dengan yang hidup 100 sampai 200 tahun sebelum nya.

namun yang harus kita Pahami, manusia di zaman manapun akan hidup selamat jika pada koridor isi akal nya memiliki data ilmu Tauhid yang kemudian di praktekan dalam kehidupan sehari hari nya.

Karena setelah Data tauhid tersebut di olah oleh akal, maka proses selanjut membangkitkan hawa Nafsu, lalu dorongan nafsu tersebut di praktekan oleh Jasad, dan hasil dari pengalaman yang di lakukan oleh jasad terebut akan tersimpan di dalam Ruh.

maka dari itu langkah pertama yang kita Tauhid kan adalah Akal, selanjut nya kita mentauhid kan Nafsu, dan terakhir Kita tauhid kan Ruh.

Mengapa kita wajib mentauhidkan akal dan nafsu?

karena akal dan nafsu memiliki dua sifat yang bertolak belakang, dan hal ini di kisahkan dalam kitab Durrotun Nashihin.

Jauh sebelum diciptakannya nabi Adam as, Allah telah menciptakan akal dan nafsu.
Setelah akal dan nafsu diciptakan, mereka dipanggil untuk menghadap Allah, terjadilah dialog diantara mereka

Allah : Wahai akal siapakah kamu dan siapakah aku?
Akal : aku adalah ciptaanmu, makhlukmu. Engkau adalah penciptaku, Rabb sekalian alam


Tiba giliran nafsu ditanya dengan pertanyaan yang sama seperti akal
Allah : Wahai nafsu siapakah kamu dan siapakah aku?

Nafsu : Aku adalah aku, kamu adalah kamu

Disebabkan jawaban nafsu tersebut, nafsu kemudian dimasukkan ke dalam neraka selama 100 tahun

Setelah 100 tahun. Ditanya kembali oleh Allah dengan pertanyaan yang sama.

Allah : Wahai nafsu siapakah kamu dan siapakah aku?
Nafsu : Aku adalah aku dan engkau adalah engkau


Dijawab dengan jawaban yang sama sehingga nafsu kembali dimasukkan ke dalam neraka selama 100 tahun lagi.

Setelah berlalu 100 tahun ditanya kembali.

Allah : Wahai nafsu siapakah kamu dan siapakah aku?
Nafus : Aku adalah aku dan kamu adalah kamu


Tak jera juga rupanya nafsu menjawab dengan jawaban yang sama.
Kini, nafsu dimasukkan kembali ke dalam neraka selama 100 tahun.

Selang waktu berlalu selama 100 tahun. Tiba waktu ditanya kembali nafsu oleh Allah.
Allah : Wahai nafsu siapakah kamu dan siapakah aku?

Nafsu : Aku adalah ciptaanmu, Engkau adalah penciptaku


Akhirnya, nafsu mengakui juga bahwa dia adalah ciptaan-Nya walaupun sebelumnya harus mengikuti ego yang kuat tak mau mengakui keberadaan Sang Pencipta. Tetapi, setelah dimasukkan ke dalam neraka, nafsu tersadar dan mengakui bahwa dia adalah ciptaan Allah dan Allah adalan peciptanya.

Begitulah wataknya nafsu sejak diciptakan, memiliki ego yang tinggi dengan keakuan yang tinggi pula sehingga berani menentang apa yang dikatakan oleh Allah.

Sama halnya, seperti yang terjadi disekitar kita, orang-orang yang menuruti hawa nafsunya tentu dia akan melanggar apapun yang telah dilarang oleh Allah untuknya.

Sedangkan orang-orang yang bisa mengendalikan nafsu dan akalnya berfungsi secara sehat, dia akan mematuhi segala perintah dan menjauhi semua larangan dari Allah.

Dalam ilmu tauhid, Akal disebut dengan Sudur, Nafsu di sebut dengan Qolbu, dan Ruh di sebut dengan Fuad.

Dan secara umum ketiga hal itu di simpulkan jadi satu kesatuan yang hanya di sebut Qolbu.

Seperti hadist Rasulullah yang menyebutkan “keadaan kehidupan manusia, tergantung kepada segumpal daging, yang terletak di dalam dada sebelah kiri nya”. Jika daging tersebut bagus, maka kehidupan nya pun akan bagus. dan jika daging tersebut rusak, maka kehidupan nya pun akan terbawa rusak. Dan daging tersebut adalah Hati (qalbu).

Dua nafsu tersebut (Amarah dan Lawamah) merupakan lapis terluar dalam hati yang di sebut Syariat.

yang mana fungsi dari syariat tersebut adalah untuk menjalankan amanah dan perintah hidup manusia di Alam dunia, yang dalam arti manusia tidak akan bisa hidup jika tidak memiliki nafsu Amarah dan nafsu Lawamah, atau lebih jelas nya yaitu manusia tidak akan bisa hidup di dunia jika tidak memiliki keinginan dan tidak memilik rasa takut.

nah yang jadi pertimbangan nya adalah apa yang boleh kita ingin kan dan dan boleh kita takuti.

dan juga apa yang tidak boleh kita ingin kan dan tidak boleh kita takuti.

Contoh: ketika Lambung kita kosong dan  memerlukan makanan untuk berlangsung nya hidup, tentu perut kita tidak akan bisa berbicara sendiri, tapi keinginan makan tersebut di terjemah kan oleh nafsu Amarah melalui rasa lapar untuk mencari makanan.

jadi ketika kita tidak memiliki Nafsu Amarah dan nafsu Lawamah , perasaan lapar tersebut tidak akan ada yang bisa menterjemah kan.

hingga berhari hari tidak makan dan tidak minum, maka manusia akan Mati.

selanjut nya yang ketiga Ruh Jasmani:

Di atas Ruh jasmani ada nafsu yang di sebut Mulhimah, nah fungsi dari Nafsu mulhimah ini adalah sebagai filter (penyaring) untuk memilih dan memilah setiap tindakan yang akan di lakukan.

Contoh : Ketika Nafsu amarah mendorong kita untuk melakukan suatu kejahatan, sebelum kita melakukan hal tersebut dorongan nafsu Mulhimah akan berusaha untuk mencegah nya, dan berdialog dengan Nafsu amarah tersebut.

Misalkan, ketika dalam keadaan sangat kelaparan dan tidak memiliki sepeser uang pun untuk membeli makanan, lalu timbulah niat jahat untuk mencuri misal nya, maka saat itu pulalah muncul dorongan nafsu mulhimah yang memberitahukan kita bahwa mencuri itu adalah tindak kejahatan, lalu menyarankan mencari jalan yang baik misal kan meminta bantuan saudara, teman, tetangga dan sebagai nya.

Namun saat itu pula akan muncul nafsu Lawamah yang mendorong pada ketakutan, seperti takut tidak ada yang menolong, takut tidak ada yang membantu, takut gagal dan sebagai nya, nah nafsu mulhimah pula yang akan berdialog menenangkan ketakutan tersebut.

Jadi, Amarah dan Lawamah ini selalu mendorong tarik menarik secara berlawanan, dan itu bisa di rasakan secara nyata dalam setiap diri Manusia.




0
730
6
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
mbahpaijoAvatar border
mbahpaijo
#4
Ijin menyimak
🙏🙏🙏
0
Tutup