kutarominami69Avatar border
TS
kutarominami69
Hikmahbudhi : Penolakan Renovasi Vihara, Akan Jadi Dalih Mayoritas Tekan Minoritas!


JAKARTA (Independensi)- Renovasi Vihara Jiu Tien Kung di Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat mendapat penolakan dari sekelompok orang mengatasnamakan ormas.

Mereka beralasan renovasi Istana Langit ke 9 Jiu Tien Kung Kebon Limus di Kampung Cipari Girang, Kebon Limus, Desa Tenjojaya tersebut oleh Yayasan Gema Gita Nusantara itu, tak memenuhi persyaratan dan berpotensi memunculkan buddha-isasi terhadap warga Muslim.

Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (Hikmahbudhi) menyayangkan penolakan renovasi rumah ibadah umat Buddha tersebut.

“Hikmahbudhi menilai bahwasanya alasan penolakan tersebut sangat tidak berdasar dan berpotensi merusak persatuan dan kerukunan umat beragama, hal tersebut sangat berbahaya. Tidak menutup kemungkinan alasan-alasan tersebut akan terus digunakan sebagai dalih pembenaran kaum mayoritas di berbagai daerah kepada minoritas,” kata Ketua Bidang Kajian Strategis, Penelitian dan Pengembangan PP Hikmahbudhi Jan Suharwantono, Rabu (29/6/2022).

Dia menuturkan secara prinsip hak beragama mencakup hak kebutuhan beribadah. Namun, kenyataannya hingga hari ini konflik penolakan pembangunan rumah ibadah masih saja terjadi.

Penolakan pendirian rumah ibadah, kata Jan menjadi cerita berulang dari tahun ke tahun yang sampai hari ini pemerintah cenderung tidak mampu memberikan jaminan rasa aman dan keadilan.

“Alasan klasik rumah ibadah tak memiliki izin acap menjadi pembenaran untuk melakukan tindakan intoleran dan dikriminasi,” ujarnya.

Sejumlah peraturan diskriminatif dan pemerintah daerah yang kerap tak bergigi terhadap tekanan kelompok intoleran, menurutnya makin menyudutkan kaum minoritas.

Seperti hadirnya Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Memelihara Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan FKUB dan pendirian rumah ibadah.

“Pada praktiknya, aturan tersebut seringkali digunakan untuk pembenaran melakukan tindakan intoleran dan diskriminasi terhadap kaum minoritas di suatu wilayah di Indonesia,” ungkap Jan.

Hikmahbudhi menegaskan akan selalu mengingatkan dan mendorong pemerintah untuk serius dalam menangani persoalan intoleransi dan diskriminasi.

Dia mengingatkan jangan sampai penyelesaian selalu melalui hukum yang mengorbankan kelompok minoritas, atas nama tertib hukum dan kerukunan.

Hukum, kata Jan semestinya berdasarkan kebenaran bukan maunya kelompok mayoritas.

“Itu juga akan memberikan pemahaman dan pendidikan kepada masyarakat bagaimana hidup bermasyarakat dan bernegara sesuai Pancasila, di banyak tempat masih kita temukan kelompok minoritas seringkali mesti tunduk, dipaksa menandatangani Surat pernyataan atau aturan dengan dalih kerukunan, yang padahal semua adalah kemauan sepihak kelompok mayoritas,” tegas Jan.

“Pemerintah harus adil dan semestinya fokus pada persoalan intoleransi dan diksriminasi yang berpotensi merusak kerukunan dan persatuan antar sesama anak bangsa,” imbuh Jan.

Hikmahbudhi meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan DPR memberikan atensi khusus terhadap persoalan penolakan renovasi rumah ibadah tersebut.

Selain itu, Hikmahbudhi juga mendesak pemerintah provinsi dan Kementerian Agama untuk memberikan rasa aman dan keadilan atas hak beragama dan pembangunan rumah ibadah umat Buddha di Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat ini.

“Mengimbau dan mengajak seluruh elemen masyarakat untuk selalu menjaga, persatuan, kerukunan dan toleransi antarumat beragama,” tegas Jan.

Jan berharap kita sebagai sesama umat beragama punya komitmen yang sama dalam menjaga persatuan dan kerukunan antarumat beragama, serta saling menghormati satu sama lain.

“Jangan sampai persoalan konflik semacam itu terus terulang yang tidak ada titik temunya,” ujar Jan. (Hiski Darmayana)

https://independensi.com/2022/06/29/...kan-minoritas/

Jadi mayoritas aja sudah hasil paksaan bukan atas keinginan sendiri




viniest
viniest memberi reputasi
9
3.4K
119
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
jessshiAvatar border
jessshi
#16
Jadi teringat di tempat kerja ane dulu. Ane dulu kerja di gedung retail gitu, nah gedung retail itu kan ada aula kosong untuk siapapun yang mau sewa.

Dulu ada yang pendeta yang sewa aula itu untuk beribadah/dijadikan gereja tiap hari minggu ataupun acara mereka. Baru beberapa bulan berjalan, ada ormas Is*lam baju putih berpeci datang ramai2 komplain ke pihak gereja dan pemilik gedung. Katanya di sini mayoritas muslim, di sini dekat dengan Mesjid Raya (seberangan aja sama gedung tempat ane kerja), jangan bikin gereja dekat sini. Akhirnya daripada pihak gedung kenapa2, pihak penyewa pun nggak lanjut beribadah lagi. Takut kenapa2 nanti.

Sedih lihatnya walaupun ane kapir. Emang bener kata teman2 ane; Orang itu bisa bebas bangun mes*jid di mana2 kayak minimarket, giliran agama lain mau sembahyang ataupun bangun tempat ibadah aja harus sembunyi2. Syukur2 ketemu umat Is*lam yang masih waras ngerti arti toleransi dan gak fanatik, sempat ketemu umat Is*lam yang nggak ngerti? Habislah umat agama lain.
aldonistic
aldonistic memberi reputasi
7
Tutup