ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
Bisa Nggak Kita Menyamarkan Dosa Sehingga Terlihat Seperti Perbuatan Baik?


Saat mengetik ini saya sedang meminum kopi. Kopinya tidak berada di dalam gelas ataupun cangkir melainkan di dalam mangkok yang biasa untuk makan mie (jangan tanya kenapa bisa jadi begini). Kopinya sendiri terasa sama seperti biasa, tetapi cara saya memandang kopi ini menjadi sedikit aneh.

Bagi sebagian besar orang ini adalah mangkok mie, tetapi karena di dalamnya terisi kopi maka mangkok ini sebenarnya adalah cangkir kopi. Anda paham? Ini semua hanyalah persoalan sudut pandang. Jika kita memilih sudut pandang yang tepat bahkan Kim Jong-Un bisa terlihat seperti manusia paling penuh belas kasih di dunia ini.

Lalu bagaimana jika kita bermain-main dengan sudut pandang dalam masalah dosa dan kebajikan?



Contohnya begini; ada seorang pejabat yang memberi dana (dari apbd) kepada sebuah organisasi tertentu. Dana itu dihitung sebagai hibah, dan kemudian pihak organisasi membalas kebaikan dengan menunjukkan dukungan kepada pejabat tersebut. Hibah dan balas budi, kata-kata yang bagus bukan? Meski demikian saya rasa itu tak ada bedanya dengan sogok menyogok.

Dari sudut pandang orang ketiga kita hanya bisa menilai dan berasumsi, kenyataannya hanya pihak terlibatlah yang tahu apa keinginan mereka sebenarnya. Banyak orang akan bilang bahwa perbedaannya terletak pada niat si pelaku, apakah dia memang mengharapkan imbalan atau tidak, meski demikian niat ini sendiri terlalu abstrak untuk diukur. Seseorang bisa saja bersumpah bahwa dia tidak mengharapkan apa pun sebagai imbalan, meski demikian mungkin saja ada titik kecil di sudut hatinya yang berharap sesuatu.



Ada banyak sekali contoh perbedaan sudut pandang yang akhirnya berujung pada konflik seperti ini. Lihat saja ISIS, mereka menangkap perempuan-perempuan non-muslim dan menjualnya sebagai budak seks. Dari sudut pandang mereka tindakan itu sesuai dengan ajaran agama, namun bagaimana dengan sudut pandang dunia? Pada akhirnya inilah yang berujung pada perang memperjuangkan keyakinan masing-masing.

Kalau itu teroris mungkin tidak terlalu berbahaya (karna masih bisa dilawan), yang lebih berbahaya adalah pejabat yang terus memelintir baik dan benar sehingga setiap korupsi yang dia lakukan tampak seperti dilakukan demi kemajuan bangsa. Sekali lagi ini cuma masalah sudut pandang dan sudut pandang yang berbeda harus selalu dihargai di negara ini. Karena itulah masalah ini jadi sangat merepotkan.



Menyamarkan sesuatu yang buruk agar terlihat baik jauh lebih berbahaya dibanding bom nuklir. Kita tahu bom nuklir berbahaya jadi kita bisa langsung menghindarinya sedangkan perbuatan buruk yang dibungkus sama sekali tidak akan terlihat berbahaya dan ketika itu sudah mengakar dalam diri kita, semua sudah terlambat.

Dan siapakah kita sampai bisa mencegah hal tersebut? Hal terbaik yang bisa saya bilang cuma berhati-hati dengan segala hal dan yang paling penting kuatkan iman untuk mencegah segala keburukan yang akan datang. Sekian dari saya mari bertemu di thread saya yang lainnya.
moemoeh
moemoeh memberi reputasi
18
3.8K
68
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
galenixAvatar border
galenix
#11
Karena sebenar nya semua hal di dunia ini soal perspektif.

Seorang kepala keluarga dengan semangat mencari nafkah bagi keluarga nya. Meski lelah dia tidak peduli walau pun harus lembur.

POV Tetangga : Kerja terus, ngasih perhatian ke anaik istri kapan?

Seorang pengusaha menaikan jumlah laba dg cara negosiasi ulang ke distributor agar diberi harga murah dg syarat beli dalam jumlah banyak sehingga harga ke konsumen pun bisa lebih murah

POVPedagang Kecil : Gimana kita bisa bersaing kalau dia banting harga gitu? Bisnis ini dimonopoli sama org berduit.
matcha.tea.1402
matcha.tea.1402 memberi reputasi
3
Tutup