Hai GanSis!! Mungkin di thread ini GanSis semua akan menemukan opini yang tidak sama dengan kebanyakan opini tentang Tri Suaka dan Zidan akhir-akhir ini. Secara keseluruhan ini tentang penyanyi spesialis cover lagu.



Dari yang saya lihat, saat ini tengah terjadi "cancel culture" terhadap Tri Suaka dan Zidan. Hal ini terjadi imbas aksi mereka menirukan gaya bernyanyi Andika Kangen Band dan Rizal Armada dalam sebuah video yang mereka rekam.


Aksi tersebut dinilai tidak sopan oleh netizen, sebab Tri Suaka dan Zidan dianggap seolah mengejek seniornya. Hmm… sebenarnya gimana sih menurut GanSis?



Kalau saya pribadi ya itu benar ada unsur mengejek disitu. Bahwa benar mereka niatnya untuk cover lagu, atau ditambah improvisasi dengan melakukan impersonate terhadap musisi senior. Namun semestinya itu semua dilakukan dengan sopan, atau bila ingin tengil sekalian aja ngonten bareng dengan yang bersangkutan langsung, setidaknya minta izin untuk tengil.

seperti ini contohnya:



oke GanSis, dari yang saya perhatikan dari gonjang-ganjing Tri Suaka & Zidan ini sebenarnya ada lucu-lucunya. Dimana persoalan yang awalnya video parodi menjadi melebar yang dibahas ke cover lagu, tidak punya lagu sendiri, honor manggung, Duta SO7, hingga Dian Sastro. Gak tau deh kenapa gitu, soalnya itu yang saya lihat di Twitter, jadi saya apa adanya aja yang ditulis disini.

Apa salahnya cover lagu?

Secara khusus saya bahas tentang cover lagu. Salahnya dimana sih? Jika ada penyanyi yang mengandalkan cover lagu untuk mendongkrak karir bermusiknya? jika salahnya sebab mengambil keuntungan finansial dari mengcover lagu milik orang lain, sementara pemilik hak cipta lagu tidak mendapatkan apapun. Maka ini saya setuju, memang salah.


Kalau izin, menurut yang saya baca (sumbernya bisa dibaca di akhir thread ini) bahwa mengcover lagu dan menyebar luaskan di YouTube misalnya, bisa dilakukan tanpa izin pemilik lagu. Namun nantinya hasil monetisasi dari video cover lagu otomatis dibagi ke pemilik lagu. Alasannya akan memakan banyak waktu jika mesti minta izin setiap lagu yang di cover.


Saya sejujurnya gak paham teknisnya aturan cover lagu ini. Namun ada benarnya juga jika aturannya seperti yang dijelaskan di atas memberi solusi cepat dan satsetsatset.


Walau bagaimanapun etika mengcover lagu orang lain itu harus diutamakan. Secara itu lagu orang lain, maka harus ikut aturan yang semestinya. Misalnya contoh sederhananya saja dalam format ketika upload video cover lagu. Judul lagu dan penyanyi asli harusnya dicantumkan dan utamakan. Jangan sebaliknya nama yang cover lagu justru ditulis di awal dan dibikin gede. Tujuannya jelas, agar penonton lebih mengenal penyanyi aslinya.


Karena banyak kejadian lebih terkenal penyanyi cover dibanding penyanyi asli. Gak peduli sebagus apa suara penyanyi cover, hak pemilik lagu tetap diutamakan.


Tapi sejujurnya lagu cover itu diperlukan…


Ini opini saya pribadi ya, sebagai penikmat musik yang dibesarkan di era band pop dan pop Melayu. Sebut saja Peterpan, ST12, Kangen Band, Ada Band, S07 dan banyak lagi.


Saya pikir musik pada masa tersebut berbeda dengan sekarang. Selera musik setiap orang tidak bisa dipaksakan dan biasanya dipengaruhi usia orang tersebut.


Lagu-lagu di masa remaja saya sudah sangat melekat. Bukan berarti lagu sekarang tidak bagus. Namun kenangan di lagu-lagu lama sudah kadung terikat dan menjadi favorit selamanya, tak ingin berganti.


Makanya keberadaan cover lagu itu sebenarnya diperlukan. Zaman terus berganti namun selera musik rasanya tak terganti. Keberadaan penyanyi cover lagu memberi rasa berbeda dari lagu-lagu favorit. Entah itu dari sisi kualitas audio, musik yang lebih fresh dan sebagainya.


Jadi saya pikir biarkan saja ada penyanyi cover selama Ia mengikuti aturan. Saya ngomong begini sebagai pecinta musik ya.


Dan tampaknya Band Noah memahami apa yang saya rasakan hehe. Sangat senang jika ada penyanyi yang merekam ulang lagunya, dengan gaya yang lebih fresh. Bukan berarti versi original tidak bagus. Cuma ini soal pengalaman berbeda dalam mendengarkan lagu.


Dan ada lagi musisi yang menangkap selera pasar yang seperti yang saya inginkan, yakni Charly Van Houten. Di channel YouTube nya Kang Charly membawakan ulang lagu-lagu lama ST12 dan lagu penyanyi lain dengan gaya akustik. Berbeda dengan gaya pop Melayu yang dulu digaungkan ST12.


Rasanya menarik aja ada musisi dan penyanyi yang berkarya seperti tersebut. Apalagi kalau Ariel membawakan lagu Kangen Band, lalu Babang Tamvan nyanyi lagu D'MASIV dan sebagainya.


Karena menikmati sebuah lagu itu bukan soal lagu-lagu terbaru. Lagu lama yang dicover rasanya sudah lebih dari cukup.


Jadi jangan selalu paksaan setiap penyanyi harus buat lagu-lagu baru. Karena kasihan, belum tentu laku juga. Seperti dulu zaman acara Dahsyat dan Inbox, band-band baru muncul dengan lagu baru ciptaannya sendiri, tapi jujur aja lagu yang enak didengar hanya beberapa saja.


Barangkali memang rezekinya sebagai penyanyi cover, ya biarkan saja. Persoalan disini tuh lebih kepada mengikuti aturan dan etika. Memastikan bahwa pemegang hak cipta lagu mendapatkan haknya.


Selama aturannya jelas dan diikuti, sebenarnya cover-mengcover lagu bisa sama-sama menguntungkan. Pertama lagu semakin dikenal, penghasilan, dan para pendengar mendapat pengalaman baru dalam mendengarkan sebuah lagu.


Pendapat orang memang berbeda-beda. Jika ada penyanyi yang kekeh lagunya tidak boleh dicover orang lain, maka itu haknya. Dan seharusnya aturannya mesti jelas. Seperti halnya foto, ada foto yang gratis, bebas edit, harus cantumkan pemilik foto, berbayar dan macam-macam lisensi lainnya.


Kembali lagi soal cover lagu, disini mesti ada aturan yang jelas dan dipatuhi bersama. Tidak tepat juga jika menganggap cover lagu merupakan perbuatan tercela dan penyanyi cover sebagai seorang yang hina. Karena ini soal selera pasar.

Rianda Prayoga
Binjai, 30 April 2022