ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
Apa Jadinya Bila E-Sport Dimasukkan Ke Kurikulum Pendidikan?


Baru-baru ini ada wacana dari pemerintah untuk memasukkan E-Sport alias olahraga digital ke dalam kurikulum pendidikan. Saat saya membacanya saya merasa ini merupakan satu tanda bahwa pemerintah sudah lebih serius dalam menanggapi E-sport sebagai salah satu kemungkinan karir bagi anak muda atau setidaknya sebagai penyaluran hobi dan kalau beruntung bisa menjadi atlet.

Namun disisi lain alias sisi negatif saya sangat meragukan hal ini bisa diterapkan dalam kurikulum pendidikan. Alasannya sederhana, memangnya semua orang suka bermain game?

Okay, pertanyaan yang sama juga bisa diajukan pada matematika yang dibenci oleh mayoritas murid namun matematika tak diragukan lagi berguna dan menjadi salah satu pelajaran dasar untuk cabang pengetahuan lain. Nah, E-Sport? Game online bagus sebagai pelepas stress namun bila dijadikan pelajaran maka game itu sendiri bisa menjadi sumber stress. Coba bayangkan kalau suatu hari anak-anak Anda akan diberi tugas mencapai Gold Rank dalam seminggu dan minta uang buat top-up, apa Anda akan bisa memakluminya?



Selain itu, tak semua orang memiliki perlengkapan yang memadai untuk E-Sport. Apakah semua anak Smp dan Sma memiliki ponsel pintar dengan spesifikasi cukup untuk bermain Mobile Legend tanpa nge-lag? Ponsel saya saja tak mampu melakukan itu. akan gawat kalau anak-anak Smp dan Sma atau malah anak Sd merengek pada orangtua mereka agar dibelikan ponsel gaming (kecuali pemerintah mau menyediakan).

Tentunya bukan hanya saya yang meragukan kebijakan ini. Ismail Fahmi, pendiri Drone Emprit, juga mengkritik wacana ini. Dia berkata akan lebih baik jika pemerintah memberlakukan kurikulum Digital Citizenship dibanding E-sport agar menyiapkan generasi mudah menghadapi era digital dan saya setuju, pembelajaran media sosial dan sejenisnya lebih penting daripada E-Sport.



Jika Digital Citizenship diimplementasikan pada pendidikan maka jumlah orang-orang tolol yang gampang termakan hoax di internet akan jauh berkurang dan ini jauh lebih penting dan lebih mendasar dibanding keahlian bermain game online.

Memasukkan E-Sport ke dalam kurikulum terasa mustahil namun jika E-Sport menjadi semacam ekskul maka tak akan ada masalah. Anak-anak yang memang suka bermain game online bisa mendaftar ke ekskul tersebut dan yang tidak suka tidak akan merasa terganggu. Masalah selesai, semua bahagia.

Sekian dari saya mari bertemu di thread saya yang lainnya.

sumur

BrickLesnar
pakisal212
doc1989
doc1989 dan 10 lainnya memberi reputasi
11
4.6K
62
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
a2teamAvatar border
a2team
#2
@amatir91 gw mencoba main game hp dari jaman symbian & java hingga android, kalo main lama dikut sungguh bikin pusing & mata berkunang2 gan.
Padahal kalo main game di layar 19 inch enak2 aja berjam2 juga.
pakisal212
pakisal212 memberi reputasi
1