serbaserbi.comAvatar border
TS
serbaserbi.com
[Parenting] Setiap Anak Hebat dengan Porsinya Masing-Masing
HAI GUYS!

emoticon-Hai


Hari ini Sabtu. Seperti biasa, jadwal saya gak padat-padat seperti di hari-hari lain. Itulah kenapa, sehabis mandi dan sarapan, saya bisa santai-santai sambil scrollInstagram. Lalu bertemulah saya dengan video ini. Video yang cukup menginspirasi bagi orang tua atau ibu yang memiliki anak dengan keistimewaan khusus. So, ini videonya.




Di sana diceritakan tentang seorang anak pengidap disleksia. Buat yang gak tahu, disleksia adalah gangguan belajar yang ditandai dengan kesulitan mengingat abjad, angka, merangkai kata atau mengeja. Nah, di video tadi, si anak mengidap gangguan ini. Namun, berkat sokongan dan pemahaman orang tua tentang gangguan ini, si anak akhirnya bisa menemukan kelebihan lain dalam dirinya. Di mana orangtuanya mengatakan, bahwa disleksia bukanlah kiamat (cek caption di video).

Sebagai orang tua dan calon orang tua, kita memang harus banyak belajar, baik ilmu parenting atau pengetahuan-pengetahuan lain yang dirasa penting untuk perkembangan anak. Termasuk ilmu tentang disleksia ini. Karena nyatanya, banyak orang tua yang kurang paham tentang disleksia, sehingga ketika anak mengalami gangguan belajar yang mengarah kepada disleksia, kebanyakan orang tua malah marah-marah dan mengatai anaknya bodoh atau pemalas belajar.

Kalian pernah menonton film India "Taare Zameen Par"? Kalau belum coba tonton deh. Nih saya kasih linknya.




Film ini bercerita tentang seorang anak dengan disleksia dan orang tua yang tak paham dengan disleksia. Karena ketidakpahaman mereka, akhirnya mereka menekan si anak agar segera bisa membaca dan menulis dengan mengirimnya ke sekolah berasrama. Di sekolah itu pun ternyata guru-gurunya tampak gak paham dengan kondisi si anak. Yang ada anak ini malah dihukum dan dibully yang membuat anak-anak ini benar-benar tertekan. Hingga akhirnya seorang guru seni datang, ia pun merubah segalanya.

Plis deh, kalau kalian belum nonton, silakan nonton dulu. Selain kaya akan pesan moral, film ini juga menguras air mata menurut saya. Jadi, siap-siapakan tisu. Hehehe.


Oke, balik ke topik!




Selain kurangnya pengetahuan, orang tua sering kali memandang anak-anak mereka dari sisi kekurangannya. Maksud saya, ketika seorang anak memiliki kekurangan, kebanyakan orang tua malah menekan anaknya agar bisa unggul dalam kekurangan itu, dan tutup mata akan keunggulan lain yang terpendam dalam diri si anak. Seperti pada film di atas, si anak sangat sulit dalam memahami kata-kata, tapi sangat berminat dalam bidang seni dan memiliki imajinasi yang luar biasa. Sayang sekali, bukannya menyokong kelebihan si anak, ayahnya malah menekan si anak agar bisa baca-tulis dan bahkan membanding-bandingkannya dengan si kakak yang cerdas dalam bidang akademik.

1. Fokus pada kekurangan.
2. Membandingkan anak dengan orang lain.


Dua sifat di atas kalau ditujukan secara berlebihan bisa menjadi toxic bagi anak. Sah-sah saja kalau kita agak memaksa anak agar ia unggul dalam bidang yang ia tidak bisa. Boleh-boleh saja kalau membandingkan anak dengan orang lain dengan tujuan memotivasi. Namun, jika sudah berlebihan, itu sangat tidak disarankan.

Jika anak benar-benar lemah dalam bidang hitungan misalnya, padahal ia sudah belajar keras bahkan ikut sesi bimbel, ya sudah, jangan dipaksa. Artinya bidang itu memang betul-betul bukan pasionnya. Maka, kita lihat sisi lain dari anak, di mana keunggulannya. Oh, ternyata anak unggul dalam bidang bahasa, ia bisa menulis puisi dan merangkai kata. Ya sudah, kita sokong ia di sana.





Ingatlah, Bunda, kalau anak memiliki keunggulannya masing-masing. Setiap anak istimewa sesuai dengan porsinya, sesuai dengan apa yang ada pada dirinya. Jadi, jangan berputus asa jika anakmu memiliki kekurangan dan bahkan berkebutuhan khusus. Ingat, semua anak istimewa dengan apa yang ia punya. Toh, memang manusia gak ada yang sempurna 'kan?

Ada anak yang matanya buta, tapi memiliki daya ingat yang kuat sehingga di usianya yang dini, ia bisa menghafal berpuluh-puluh juz Al-Quran.

Ada anak yang mengalami disleksia, sulit dalam belajar, tapi unggul dalam bidang imajinasi sehingga ia bisa melukis dengan bagus, atau merakit sesuatu.

Ada anak yang lemah dalam berhitung atau matematika, tetapi tak pernah merah dalam mata pelajaran sejarah dan sosiologi.

Ada anak yang lumpuh sejak lahir, tapi ia mahir memetik tuts piano dan menyanyikan lagu dengan sangat merdu.

Ada anak yang benar-benar lemah dalam akademik di sekolah, tapi mereka cerdas dalam mengelola keuangan dan perbisnisan.

Ada anak yang lemah akademik, tapi memiliki rasa peka sosial yang tinggi, supel, dan mudah beradaptasi.

Ada anak yang pendiam, sulit bergaul, tapi unggul dalam bidang komputerisasi dan teknologi.

Dan banyak lagi!

Bukankah itu layak diapresiasi? Anak-anak kita hebat dengan caranya sendiri. Tergantung bagaimana kita sebagai orang tua membantu mereka untuk mengembangkan bakat-bakat tersebut.

So, mari kita belajar menjadi orang tua yang ideal. Orang tua yang memandang anak secara fleksibel. Orang tua yang tidak memaksakan kehendak terhadap anak, padahal anak benar-benar tidak mampu.

Sekian threadlepas saya hari ini Agan dan Sista. Sampai jumpa di thread selanjutnya.

Oh iya. Silakan ceritakan pengalaman mengasuh anak dengan kebutuhan khusus kalian, Guys. Biar jadi pelajaran bagi kami yang belum jadi orang tua. Tencuuu.


THANKS FOR READING

A thread by: serbaserbi.com
Narasi: tulisan pribadi
Sumber: 1, 2

emoticon-Cendol Ganemoticon-Rate 5 Star

Diubah oleh serbaserbi.com 04-09-2021 04:34
cheria021
Jalan Cinta
Jalan Cinta dan cheria021 memberi reputasi
2
3.8K
20
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
nontonyukahhhAvatar border
nontonyukahhh
#4
Jangankan ortu, guru aja yg ada matkul psikologi pendidikan aja g tau/dipraktekkan
0
Tutup