ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
Mahasiswa Bunuh Diri. Bukti Bahwa Kesehatan Psikologis Tak Bisa Dianggap Remeh


Terjadi lagi dan lagi, kasus mahasiswa bunuh diri karna stress kuliah (terutama skripsi) bukanlah hal yang asing lagi di telinga masyarakat. Baru kemarin seorang mahasiswa di Salatiga ditemukan gantung diri di rumahnya. Mahasiswa berinisial DA (25) diduga memilih untuk mengakhiri hidupnya karna nilai IPK yang tidak sesuai harapan, terlebih karna ada mata kuliah yang mendapat nilai E.

Masih di pulau Jawa, tepatnya di kota Malang, seorang pemuda berinisial MN(22) mencoba bunuh diri dengan melompat dari jembatan Soekarno-Hatta namun berhasil digagalkan polisi. Alasannya mencoba bunuh diri tak lain tak bukan adalah masalah kuliah dan ekonomi. Ditambah ibunya juga baru saja meninggal.

Kejadian ini terjadi dalam rentan waktu yang begitu singkat sehingga membuat saya berpikir bahwa perjuangan menyelesaikan pendidikan sarjana memang tidaklah mudah, butuh banyak tenaga, waktu dan juga ketahanan mental. Berbicara tentang kesehatan mental, banyak orang yang memandang remeh hal-hal seperti depresi, putus cinta ataupun Midlife crisis. Padahal masalah-masalah psikologis adalah penyumbang terbesar dari penyebab kasus bunuh diri.



Penyakit psikologis bukanlah sesuatu yang bisa sembuh hanya dengan motivasi-motivasi murahan seperti Kamu kurang bersyukur atau Dekatkan diri pada Tuhan atau Lu masih mending, lah gue…. penyakit psikologis itu berakar dari keresahan dan diperburuk oleh realita sehingga jika akar dari keresahannya tidak dilenyapkan maka penyakit itu akan tetap ada, malah semakin kuat.

Penyakit psikologis jauh lebih menakutkan dibanding penyakit fisik dan hanya karna itu tidak terlihat bukan berarti seseorang tidak memilikinya. Kenyataannya, setiap orang pasti punya satu atau dua keresahan dalam hidupnya. Jika tidak punya maka berarti orang tersebut tidak peduli akan hidupnya sendiri.

Kembali lagi ke masalah mahasiswa. Kebanyakan mahasiswa, untuk pertama kalinya, akan merantau keluar kota demi belajar di universitas. Lingkungan yang baru dan aktivitas yang baru. Untuk awal-awal sih mungkin tidak ada masalah namun yang namanya perkuliahan itu akan semakin berat seiring bertambahnya jumlah semester. Jumlah tugas bertambah, IPK tidak sesuai harapan, teman-teman sudah lulus duluan dan tentunya biaya hidup yang semakin membengkak.



Seorang remaja, terutama remaja akhir, punya kecenderungan untuk memikirkan masa depan terlalu sering. Setelah kuliah mau kerja dimana, punya rumah sendiri, kapan nikah, semua masalah-masalah itu adalah bagian dari keseharian seorang remaja. Banyak orang yang berpikir bahwa kuliah dan mendapat gelar sarjana adalah cara untuk mengamankan masa depan namun pada titik tertentu kita akan ditampar oleh kenyataan.

Dulu gelar sarjana memang gelar yang luar biasa namun sekarang seorang sarjana bisa ditemui di setiap sudut jalan, mahasiswa ber-ipk 4 bisa ditemui di setiap kelas dan mahasiswa yang aktif berorganisasi bisa dilihat dimana saja. Lalu, sarjana mana yang istimewa? Jawabannya tidak ada. Tak ada siapapun yang isitimewa di dunia ini.

Menghadapi kenyataan itu, siapa yang bisa tetap tenang? Kegelisahan itu perlahan-lahan akan menumpuk dan akhirnya menimbulkan sakit kepala. Beberapa orang berhasil melewatinya namun beberapa orang terhalang oleh dinding yang amat tinggi. Berada jauh dari keluarga dan tak ada siapapun yang bisa diajak meringankan beban hidup bersama, hasilnya ketakutan akan tumbuh subur dan mempengaruhi kemampuan otak berpikiran waras.



Setelah kuliah mahasiswa akan memasuki dunia yang serba tidak diketahui dan wajar saja untuk merasa takut. Umur yang masih muda dan hidup yang masih panjang akan membuat siapapun khawatir akan masa depan. Karnanya, kekhawatiran itu perlu diberi perhatian secara khusus.

Lalu, bagaimana cara mengatasinya? Untuk itu saya pun tak tahu. Setiap orang berbeda, setiap orang punya kecemasannya masing-masing dan sudah tugas Anda lah untuk mencari cara menghapus kecemasan tersebut. Tak ada siapapun yang bisa menolong orang lain, seseorang harus menolong dirinya sendiri. Sama seperti kebahagiaan, itu bukanlah sesuatu yang bisa Anda beri/terima dari orang lain, kebahagiaan adalah sesuatu yang harus Anda tarik keluar dari diri sendiri.

Sekian dari saya mari bertemu di thread saya yang lainnya.

sumur sumur
Diubah oleh ih.sul 03-09-2021 09:12
prasty.95
alfidanger
cin.cen32
cin.cen32 dan 29 lainnya memberi reputasi
30
10.3K
170
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
kangpalakAvatar border
kangpalak
#18
‏‏‎‏‏‎
Diubah oleh kangpalak 05-09-2021 01:58
little.sirius
little.sirius memberi reputasi
1
Tutup