AndraL2403Avatar border
TS
AndraL2403
Sosok Hitam



      
Halo semuanya, kembali lagi bersama gue. Di sini gue akan berbagi pengalaman horor yang terjadi di kota Bandung. Cerita ini terjadi pada tahun 2017. Saat itu, gue akan mengikuti tes masuk perkuliahan di sekolah pariwisata Bandung. Tes tersebut dilaksanakan selama lima hari. Gue berencana berada di Bandung selama tujuh hari, karena ingin sekalian jalan-jalan.

            Minggu pagi, gue berangkat dari Yogyakarta menggunakan kereta api. Perjalanan dari Yogyakarta ke Bandung memakan waktu delapan jam perjalanan. Tes memang dilaksanakan hari Senin sampai Jumat, tetapi gue memilih untuk berangkat pada hari Minggu karena ingin mencari indikos terlebih dahulu di sana, yang letaknya di sekitar kampus.

            Gue sampai di Bandung sore hari, lalu langsung menuju ke indikos yang sudah dicari sebelumnya di internet. Letaknya tidak terlalu jauh dari kampus, mungkin hanya memakan waktu sekitar lima menit jika berjalan kaki. Setibanya di tempat, gue menghubungi pemilik kos, yang meminta untuk menunggu. Dari luar, tampilan indikos itu seperti rumah tua yang besar dengan dua lantai. Cat putih dengan sedikit lumut menambah kesan bahwa indikos itu berada di lingkungan yang lembab. Di sebelah kiri bangunan, terdapat sekat tembok yang besar, yang di baliknya ada kebun dan rumah. Beberapa jenis pohon, seperti pohon pisang, nangka, rambutan dan talok, tumbuh di kebun itu. Sementara itu di depan bangunan tua itu ada jalan kecil dan di seberangnya ada banyak sekali pohon-pohon besar yang rindang. Bahkan, cahaya matahari saja sulit untuk sampai di indikos itu.

            Pemilik kos akhirnya datang. Kami masuk dan duduk di ruang tamu. Di lantai bawah, selain ruang tamu, ada dapur dan satu kamar mandi. Sementara itu, di lantai atas terdapat tujuh kamar, tiga di bagian kiri, tiga di bagian kanan, dan satu di ujung. Gue mendapatkan kamar yang di ujung itu. Gue bertanya kepada pemilik indikos, ada berapa orang yang ngekosdi sana. Pemilik menjawab ada satu orang saja, bernama Rendy. Setelah kami sedikit berbincang-bincang, beliau pulang dan gue menuju kamar. Gue sedikit kurang suka dengan lampu di lantai atas. Lampu yang digunakan berwarna kuning, jadi sedikit remang-remang. Apalagi, yang tinggal di indikos itu hanya dua orang saja.

Malam pun tiba. Saat itu, pukul 20.00. Gue keluar kamar dan turun melewati tangga. Gue sempat melihat kamar yang berada di sebelah tangga tersebut. Di situlah kamar Rendy. Namun, gue merasa tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Singkat cerita, setelah makan, gue langsung balik ke indikos. Sesampainya di kamar gue bersiap untuk tidur karena besok harus bangun untuk melakukan tes.

            Hari pertama tinggal di sana, semua berjalan lancar, layaknya tes yang gue jalani. Akan tetapi, pada hari kedua, hal-hal aneh mulai terjadi. Seperti biasa, pukul 05.00 gue sudah bangun. Sebelum mandi, gue salat terlebih dahulu. Ketika ingin menggunakan kamar mandi yang atas, ternyata sedang dipakai. Mungkin Rendy, batin gue. Akhirnya, gue turun dan menggunakan kamar mandi bawah. Setelah memasuki kamar mandi itu, aura yang gue rasakan sungguh berbeda, dan ditambah lagi seperti ada bau gosong yang sangat menyengat, di sekitar kamar mandi. Setelah urusan selesai, gue menuju kamar dan melewati kamar mandi atas. Pintunya sudah terbuka, tetapi anehnya, lantai di kamar mandi terlihat kering, padahal tadi gue mendengar suara air seperti orang yang sedang mandi. Namun, karena gue terburu-buru dan takut telat, gue tidak menghiraukan hal itu.

            Gue kembali ke indikos pukul 23.00. Lampu di luar dan di dalam mati. Apa mungkin Rendy belum balik ya, pikir gue saat itu. Gue masuk dan menyalakan semua lampu. Ketika mau naik, gue melihat kamar mandi bawah dipakai. Kenapa nggak dinyalain, sih, kalo udah dateng, batin gue saat itu. Gue bergegas naik dan ke kamar, lalu langsung menuju kamar mandi atas untuk mandi. Ketika selesai mandi, Rendy tiba-tiba keluar kamar. Saat itulah, kalipertama kami bertemu. Dia melihat gue dan menyapa.

“Hai. Anak baru ya?”

“Iya, Mas. Sepi, ya. Hehe.”

“Iyah. Nggak tau, nih. Pada nggak betah katanya.”

“Loh? Nggak betah kenapa, Mas?”

“Katanya sering diganggu sama yang punya tempat ini?”

“Yang punya kos?”

Haha. Lu mau istirahat? Dah, sana istirahat,” ujarnya.

“Iyah, Mas. Masnya mau keluar?” tanya gue sambil melangkah menuju kamar.

“Nggak. Mau ke kamar mandi, tapi tadi masih ada elu. Mau turun, mager. Haha.,” “Dah, ya.,” Dia masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya.

Gue masih berdiri mematung di depan kamar. Terus yang di kamar mandi bawah tadi siapa kalo bukan Rendy? Tanpa berpikir panjang, gue segara masuk ke dalam kamar dan langsung beristirahat. Gue tidak menghiraukan hal itu lagi, mungkin gue kecapekan dan ngelindur.

Keesokan harinya, saat mendekati magrib, gue mencoba untuk keluar dan merasakan sejenak suasana sore di atas balkon. Gue mengambil foto pemandangan langit dengan perpaduan warna biru dan orange. Di tengah keasyikan mengambil foto, mata gue teralihkan ke arah pohon besar depan indikos. Ada sosok gumpalan hitam besar dengan dua pijar bola merah menyerupai mata, di pohon itu. Gue yang terkejut, bergegas masuk ke kamar.

Baru saja merasa tenang, tiba-tiba pintu dari arah balkon digedor-gedor. Setelah suara mengagetkan itu, tercium bau gosong untuk kedua kalinya. Gue hanya berbaring di kasur sampai ketiduran.

            Pada keesokan malam harinya, tiba-tiba listrik padam. Gue yang saat itu beradadi kamar menyalakan flash lalu keluar ke balkon. Gue melihat ke sekeliling indikos, tetapi rumah sebelah dan sekeliling yang lain masih menyala. Akhirnya, gue memberi kabar ke pemilik indikos. Pemilik menjawab akan segera kesana, 20 menit lagi.

Ketika sedang menunggu, tiba-tiba pintu kamar kembali digedor cukup kencang.

            Gue benar-benar bingung. Setelah suara gedoran itu, ada suara yang memanggil gue dari balik pintu.

“Mas Andra, Tolong matikan!”

Suara dari balik pintu tersebut sungguh seram, berat dan terdengar serak. Belum selesai dengan itu, tiba-tiba bau gosong muncul lagi. Karena sudah tidak kuat, gue memberanikan diri untuk keluar dari kamar dan menunggu di luar kos. Saat menuruni tangga dan melewati kamar mandi bawah gue melihat sekilas sosok dengan kulit yang melepuh, dan wajah yang sudah rusak. Gue sangat kaget saat itu. Jarak antara gue dan sosok itu begitu dekat. Gue langsung lari ke arah pintu depan lalu keluar.

Akhirnya, gue menunggu di depan teras dengan lemas. Gue menelepon orang tua dan menceritakan semua kejadian selama menginap di sana. Dan akhirnya gue memutuskan untuk menginap di penginapan malam itu juga. Setelah 20 menit, pemilik indikos datang, dan langsung memeriksa sakelar. Listrik pun menyala kembali. Gue menceritakan semua hal-hal aneh yang terjadi, dan meminta untuk keluar malam itu juga. Pemilik indikos mengantarkan gue ke tempat penginapan yang dekat dengan kampus.

Dalam perjalanan, pemilik indikos tiba-tiba nyeletuk.

“Dek, sebenernya Rendy itu udah keluar dari kos pada hari kamu masuk di sana,” ujarnya sambil sedikit tertawa.

“Lah? Berarti saya selama itu sendiri, dong, Pak?” tanya gue dengan kaget.

“Haha. Iyah. Maaf, ya, Dek. Bapak bingung, udah sepi lama, ketika ada kejadian itu.”

“Udah, Pak. Tidak apa-apa. Saya paham, kok,” jawab gue dengan masih sedikit kaget.

            Akhirnya, gue sudah sampai di penginapan. Keesokan harinya, gue melaksanakan tes terakhir. Setelah tes usai, gue langsung balik saat itu juga menggunakan bus.




Itulah pengalaman yang pernah gue alami waktu ngekos di Bandung.
Apakah kalian punya cerita juga?
Tulis cerita pengalaman horor kalian di kolom komentar.
Di tunggu pengalaman dan cerita-cerita horor lainnya dari gue.
Selamat menikmati.

Jangan takut!
Mereka pasti ada di sekitar kita.



Sumber:
Cerita pengalaman sendiri dari saya (Andra Akbar/DQL)
Sumber foto: ilustrasi dari pexels.com
Diubah oleh AndraL2403 18-03-2021 12:07
a9r7a
tien212700
mmuji1575
mmuji1575 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
1.6K
7
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
DheaafifahAvatar border
Dheaafifah
#2
@aaafffberarti percaya klo gtu
0