lonelylontongAvatar border
TS
lonelylontong
Jangan Salah Paham, Keberadaan Vaksin Covid-19 Bukan Berarti Akhir dari Pandemi.
(disclaimer: ojo males maca gara-gara ora ana mulustrasi)

Semua negara berlomba untuk menyiapkan pengadaan vaksin covid-19. Kita semua sudah lelah dengan aturan dan prosedur-prosedur pencegahan penyebaran Covid-19. Lelah secara psikologis sebagai individu, juga lelah sebagai bagian dari masyarakat yang terdampak secara sosial dan ekonomi.

Dalam situasi seperti ini, kabar gembira tentang hadirnya vaksin membuat kita seperti kembali punya harapan.

Akhir tahun ini vaksin akan mulai disebarkan, setidaknya itu yang dikatakan oleh pemerintah kita.

Namun kita perlu berhati-hati, jangan sampai salah memahami apa artinya dari mulai didistribusikannya vaksin ke masyarakat. Bahkan pemerintah pun juga sudah berusaha mengingatkan, supaya jangan sampai kita salah paham.

Pandemi belum berakhir sampai ada cukup banyak orang yang kebal terhadap covid-19.

Berapa persen penduduk yang harus kebal dari covid-19 sebelum sebuah negara bisa dikatakan bebas dan aman dari Covid-19?

Jawabannya beragam, tergantung kepadatan, pola hidup dan pola sosial masyarakatnya, yang berpengaruh pada tingkat penyebaran Covid-19 dan pada akhirnya mempengaruhi juga ambang batas orang kebal yang dibutuhkan supaya pandemi bisa berakhir.

Membingungkan?

Mari coba disederhanakan, seandainya di sebuah masyarakat itu, satu orang dalam per harinya cm bertemu dengan tiga orang lain. Artinya kalau tiga orang lain itu sudah kebal dari covid-19, otomatis dia juga aman dari covid-19.

Tentunya jadi berbeda situasinya dengan masyarakat yang suka ngumpul, tidak menjaga jarak dan tidak patuh memakai masker. Berkerumun di pasar/mall/dst; dan berdekatan dengan belasan bahkan puluhan orang dalam satu hari. Jadi semakin banyak persentasenya, terjadi situasi di mana covid-19 bisa menyebar dari satu orang ke orang yang lain, makin tinggi pula persentase dari keseluruhan jumlah penduduk yang harus kebal covid-19, sebelum pandemi bisa berakhir.

Hitungannya memang tidak sesederhana itu, hanya saja bisa dibayangkan, bagaimana pola hidup keseharian dan ketaatan masyarakatnya dalam mematuhi prosedur pencegahan penyebaran, akan mempengaruhi secepat dan seefektif apa nantinya, pengadaan vaksin bisa menghentikan pandemi di negara tersebut.

Bagaimana dengan Indonesia?

Menurut salah satu sumber (cek sumber referensi), dibutuhkan setidaknya 70% orang yang kebal Covid-19, untuk mencapai herd community.

70% dari 270juta orang itu artinya sekitar 189juta orang.

Kemudian jangan lupa, yang namanya vaksin itu tidak 100% efektif. Menurut thelancet.com (cek sumber referensi), tingkat efektivitas yang bisa kita harapkan dari vaksin covid versi awal ini adalah 50%.

Hitungan sederhananya, vaksin dua kali baru aman.

Kalau dikaitkan dengan hitungan 189juta orang yang perlu kebal covid supaya tercapai herd immunity, maka secara hitungan kasar, kita perlu 189juta dikali 2 =  378juta dosis vaksin, untuk didistribusikan ke masyarakat sebelum kita bisa bebas dari pandemi ini.

Apakah sampai di situ saja hitungannya?

Tidak.

Jangan lupa juga untuk memikirkan, berapa lama efek imun yang didapatkan setelah vaksin efektif bekerja.

Misalnya vaksin itu hanya mampu memberikan imunitas selama 6 bulan, artinya dalam 6 bulan itu, kita perlu menyiapkan dan mendistribusikan 378juta vaksin ke seluruh rakyat Indonesia, jika kita berharap untuk mengakhiri pandemi ini. Kalau lewat dari 6 bulan, yang tadinya sudah divaksin dan kebal, perlu divaksin lagi agar tetap kebal, artinya yang jumlah yang 378 juta tadi belum cukup, karena ada yang perlu divaksin ulang.

Maka, kabar akan adanya vaksin di akhir tahun ini, jangan kemudian diartikan setelah akhir tahun kita bisa bebas dari prosedur pencegahan penyebaran.

Bahkan, sebaiknya, kita belajar lebih berdisiplin lagi dalam menjalankan prosedur-prosedur pencegahan covid 19, dengan tujuan menurunkan ambang batas yang diperlukan untuk mencapai herd immunity.

Bayangkan kalau lewat kedisiplinan kita, kita bisa menurunkan angka 70% yang dibutuhkan untuk mencapai herd immunity, jadi cukup 50% saja. Maka jumlah vaksin yang perlu diadakan dan didistribusikan akan menurun jadi sekitar 270jt, berkurang hampir 100juta dosis vaksin.

Selain menghemat anggaran belanja negara kita, juga mempercepat tercapainya herd immunity dan kembali ke hidup yang normal.

Berapa sih jumlah vaksin yang siap diedarkan oleh pemerintah Indonesia? Dari finance.detik.com, akan ada 36 juta dosis di akhir tahun, di kuartal I-2021 75 juta, kuartal II ada 105 juta, kuartal III ada 80 juta, dan kuartal IV-2021 ada 80 juta.

Kalau kita ingin pandemi ini berakhir di kuartal pertama 2021 (anggap periode imun yang didapatkan dari vaksin sekitar 5-6 bulan).

Artinya ada 111 juta dosis yang selesai didistribusikan di periode tersebut. Mencapai 20% dari keseluruhan penduduk kalau tiap orang divaksin dua kali (tingkat efektivitas vaksin 50%). Kalau lewat disiplin kita bisa menurunkan ambang batas yang dibutuhkan sampai cukup 20%, artinya lepas dari kuartal pertama tahun 2021, Indonesia sudah bebas covid-19.

Namun kalau tidak, maka pandemi ini bisa jadi sebuah masalah yang berlarut-larut, apalagi kalau benar imunitas yang bisa didapatkan dari vaksin tidak lebih dari 6 bulan.



Sumber referensi :
1. https://www.thejakartapost.com/news/...e-experts.html
2. https://www.thelancet.com/journals/l...976-0/fulltext
3. https://finance.detik.com/berita-eko...an-akhir-tahun
Diubah oleh lonelylontong 28-10-2020 06:37
doobey
nirankara
Luthfianamn
Luthfianamn dan 16 lainnya memberi reputasi
15
4.2K
114
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TERA.SERVOAvatar border
TERA.SERVO
#3
Emang vaksin nya sudah dijamin manjur? kok ga da berita soal kemanjuran vaksin. yg ada cuma berita efek samping aja...
lonelylontong
lonelylontong memberi reputasi
1
Tutup