TS
ismilaila
Prosais-Kurungan Masa Lalu (Kumpulan Puisi)
Kumpulan Puisi Berbagai Genre
Kurungan Masa Lalu
Aku meringkuk, di sudut ruang temaram tanpa pendar lentera. Meski sinar rembulan menelusup masuk lewat celah, tetap saja pekat yang kurasa.
Berteman gemericik rintik menghantam atap, diiringi jerit jangkrik yang berisik. Aku tenggelam, dalam bayang masa lalu kelam.
Tentang cinta, persahabatan, dan keluarga, yang bahkan belum pernah benar-benar kurasakan bahagia di dalamnya. Kembali bedenyut seonggok daging merah di dalam sini, tempat semua rasa bermuara yang dinamakan hati. Ia pernah tercabik oleh rentetan peristiwa. Belum sepenuhnya sembuh, karena ada saja sebilah belati tanpa wujud nyata yang kembali menyayat tanpa jeda. Saat kuingat kenangan kelam itu.
Pilu, kedua netra memanas. Hadirkan lelehan bening basahi wajah. Aku terisak, disertai jerit tangis di ruang yang semakin terasa pekat. Juga sesak, rongga dada terasa menyempit.
Hawa dingin memaksa masuk, hadirkan gigil pada raga lemah ini. Kubiarkan semakin ganas menyerbu tubuh penuh noda, hingga membeku aku masih membiarkannya.
Tak ada siapa pun mendengar keluhku, tak ada apa pun yang menjadi sandaran piluku. Tak ada peluk tuk redakan pelikku, atau ucapan penenang, tuk hilangkan kesedihan.
Jiwaku hancur lebur, selaksa tanaman tanpa siraman air penyejuk. Sayap semangatku patah, tak dapat lagi kupakai terbang tinggi ke angkasa.
Aku di sini, terkurung oleh luka di masa kelam. Sendirian, menanggung puluhan beban di pundak rapuhku. Aku di sini, menanti jawab dari ribuan tanya, tentang mengapa aku dibiarkan terluka. Dalam kesakitan yang cintaku lakukan.
Aku hanya mampu menunggu, membiarkan seseorang menyediakan tangannya tuk kugenggam. Membawaku keluar menghirup udara kebebasan, hingga tak ada lagi nelangsa di wajah muramku. Namun, itu hanya hayalan dalam angan.
Aku hanya bisa bersandar di gigir nestapa, mengharap pada Sang Kuasa. Meski kutahu diri tak pantas meminta pada-Nya. Sebab banyak dosa yang membuat diri amat hina.
Kulambungkan doa, juga setitik harap. Meski tak lagi bermakna, tapi kupercaya pada Sang Pencipta.
Bandar Masilam, 01 Juli 2020
Sumber Tulisan : @ismilaila
Sumber Pict : Pinterest
Kurungan Masa Lalu
Aku meringkuk, di sudut ruang temaram tanpa pendar lentera. Meski sinar rembulan menelusup masuk lewat celah, tetap saja pekat yang kurasa.
Berteman gemericik rintik menghantam atap, diiringi jerit jangkrik yang berisik. Aku tenggelam, dalam bayang masa lalu kelam.
Tentang cinta, persahabatan, dan keluarga, yang bahkan belum pernah benar-benar kurasakan bahagia di dalamnya. Kembali bedenyut seonggok daging merah di dalam sini, tempat semua rasa bermuara yang dinamakan hati. Ia pernah tercabik oleh rentetan peristiwa. Belum sepenuhnya sembuh, karena ada saja sebilah belati tanpa wujud nyata yang kembali menyayat tanpa jeda. Saat kuingat kenangan kelam itu.
Pilu, kedua netra memanas. Hadirkan lelehan bening basahi wajah. Aku terisak, disertai jerit tangis di ruang yang semakin terasa pekat. Juga sesak, rongga dada terasa menyempit.
Hawa dingin memaksa masuk, hadirkan gigil pada raga lemah ini. Kubiarkan semakin ganas menyerbu tubuh penuh noda, hingga membeku aku masih membiarkannya.
Tak ada siapa pun mendengar keluhku, tak ada apa pun yang menjadi sandaran piluku. Tak ada peluk tuk redakan pelikku, atau ucapan penenang, tuk hilangkan kesedihan.
Jiwaku hancur lebur, selaksa tanaman tanpa siraman air penyejuk. Sayap semangatku patah, tak dapat lagi kupakai terbang tinggi ke angkasa.
Aku di sini, terkurung oleh luka di masa kelam. Sendirian, menanggung puluhan beban di pundak rapuhku. Aku di sini, menanti jawab dari ribuan tanya, tentang mengapa aku dibiarkan terluka. Dalam kesakitan yang cintaku lakukan.
Aku hanya mampu menunggu, membiarkan seseorang menyediakan tangannya tuk kugenggam. Membawaku keluar menghirup udara kebebasan, hingga tak ada lagi nelangsa di wajah muramku. Namun, itu hanya hayalan dalam angan.
Aku hanya bisa bersandar di gigir nestapa, mengharap pada Sang Kuasa. Meski kutahu diri tak pantas meminta pada-Nya. Sebab banyak dosa yang membuat diri amat hina.
Kulambungkan doa, juga setitik harap. Meski tak lagi bermakna, tapi kupercaya pada Sang Pencipta.
Bandar Masilam, 01 Juli 2020
Sumber Tulisan : @ismilaila
Sumber Pict : Pinterest
Belajar Bersama Bisa dan Terima Kasih
Diubah oleh ismilaila 10-07-2020 05:45
orangkreatif01 dan 52 lainnya memberi reputasi
53
7K
158
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
ismilaila
#2
Puisi Bebas-Caraku Melebur Rindu
Caraku Melebur Rindu
Rinduku merajam malam-malam sunyi
Tertumpu di hujung bentala tak pasti
Menunggu kekasih datang mendekap
Hangatkan gigil di jelaga senyap
Andai sekat tak memisah raga
Andai jarak tak membentang cinta
Rindu pasti tak semakin menyiksa
Rindu pasti tak semakin menghujam rasa
Kutiupkan mantara pengikat jiwa
Kulambungkan harap pada semesta
Menjagamu dengan dedoa penuh makna
Impikanmu kala netra terkatup dalam lena
Ini caraku, hadirkanmu tanpa temu
Meski hanya bayang semu
Tanpa bisa kurengkuh
Cukuplah sebagai pelepas rindu
Bandar Masilam, 01 Juli 2020
Diubah oleh ismilaila 01-07-2020 00:00
aisber dan 16 lainnya memberi reputasi
17
Tutup