bangzaldiAvatar border
TS
bangzaldi
Jemaah Haji Batal Berangkat, Garuda Kehilangan Pendapatan Rp 3,4 Triliun

Ilustrasi pesawat Garuda Indonesia

MATA INDONESIA, JAKARTA – Maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) akhirnya harus gigit jari di musim pandemi COVID-19 ini. Pasalnya, Garuda menjadi salah satu yang terpukul akibat pembatalan layanan haji.


Pasca Menteri Agama Fachrul Razi resmi membatalkan keberangkatan jemaah haji tahun 2020 pada Selasa 2 Juni 2020, GIAA dipastikan kehilangan pendapatan dari layanan penerbangan haji sebesar 234,27 juta dolar AS. Peniadaan keberangkatan jemaah haji tahun ini diputuskan melalui Keputusan Menteri Agama nomor 494 tahun 2020.


Sebelumnya pada Januari 2020 lalu, pemerintah sudah menetapkan GIAA, bersama dengan 3 maskapai lainnya yakni Saudi Arabia Airlines, Citilink, dan Flynas sebagai operator penerbangan jamaah haji Indonesia tahun 2020.


Dengan kurs rupiah hari ini Rp 14.502 per dollar Amerika Serikat (AS), jumlah pendapatan GIAA yang hilang mencapai Rp 3,4 triliun. Padahal sebelumnya pendapatan penerbangan haji GIAA tahun 2019 meningkat sekitar 15 persen dari tahun 2018 yang hanya 206,06 juta dolar AS.


Dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia Rabu 22 Maret lalu, GIAA sudah memprediksi tidak akan ada penerbangan haji tahun ini. Mereka pun mengakui pendapatan GIAApada kuartal II 2020 bakal semakin terpuruk.


Manajemen GIAA memprediksi pendapatan perusahaan pada kuartal I 2020 diperkirakan turun 33% year on year (yoy) karena penghentian penerbangan umrah.


Sebagai informasi berdasarkan data seperti dikutip Bisnis, GIAA membukukan laba bersih sebesar 6,98 juta dolar AS ada 2019, berbalik dari posisi rugi pada 2018 sebesar 231,15 juta dolar AS.


GIAA membukukan laba bersih yang diperoleh dari kenaikan pendapatan sebesar 5,59 persen menjadi 4,57 miliar dolar AS. Peningkatan pendapatan disumbang oleh oleh pertumbuhan penerbangan berjadwal dan pendapatan lainnya.


Pertumbuhan pendapatan itu juga diiringi dengan penyusutan beban usaha sebesar 4,02 persen menjadi 4,4 miliar dolar AS. Penurunan ini dikontribusi oleh efisiensi sejumlah beban, seperti beban operasional penerbangan, beban pemeliharaan dan perbaikan, serta beban bandara.




nona212
nona212 memberi reputasi
1
1.4K
41
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
slider88Avatar border
slider88
#6
Uang 3.4 triliun cuman jadi avtur dan import pulak sungguh sia sia. Kalau 3.4 buat Garuda sudah kebayang berapa ratus triliun buat ngarab setahun doang widih
caliber
jeffm12
jeffm12 dan caliber memberi reputasi
2
Tutup