CahayahalimahAvatar border
TS
Cahayahalimah
Kopaja Saksi Bisu Kisah Kita


Entahlah, mengapa aku melupakan bahwa dirimu pernah hadir dalam hidupku. Memang kita tidak pernah tahu, dan tidak pula bisa memilih kepada siapa hati ini berlabuh, meskipun memiliki rasa yang sama, namun rasa itu harus hilang, jika banyak campuran di dalamnya.


Kisah ini terjadi sebelum, gebetanku, kekasih adikku.Sekitar tahun 2000 an, seperti biasanya, pulang kuliah aku mengendarai kopaja 616, arah cilandak-blok m, menunggu bus kadang bisa sampai 1 jam, jalannya yang lambat, tetapi bisa secepat kilat jika ada saingannya.



Aku naik dari belakang, karena di depan ada pengamen yang ikut naik, aku tidak dapat duduk, sehingga hanya berdiri di belakang kursi paling belakang.


Melihat tas adakah uang receh yang bisa kuberikan kepada pengamen tersebut, punya pengalaman buruk dengan yang namanya pengamen, ketika kecil, tante pernah dipukul kepalanya dengan kantong uang recehnya.


Rasa takut pun membuncah ketika tidak kutemukan juga uang receh. Puji syukur, pengamen tersebut tidak marah ketika saya tidak memberinya uang, dia hanya tersenyum.


Setiap pulang kuliah, aku selalu bertemu dengan pengamen yang sama, tetapi, kenapa dia merasa begitu mengenalku, so pasti, karena hampir setiap hari kami bertemu, bodohnya diri ini!


Ilustrasi di sini


Sudah memasuki semester 7,  melihat hasil nilai ada yang c untuk mata kuliah manajemen, jurusan yang kuambil, bernilai kurang memuaskan, akhirnya saya memutuskan untuk mengulang mata kuliah tersebut.


Ketika itu, aku harus masuk bareng adik kelas, aku yang kuper merasa canggung jika harus duduk di bangku depan, akhirnya aku duduk di bangku paling belakang, ketika melihat ke samping, seperti tidak asing wajah adik kelas tersebut.


Ternyata, dialah pengamen tersebut, kami satu tempat kuliah, memang kekuperanku membuat aku hanya mengenal teman seangkatan saja.


Terlihat jelas, memang (sebut saja namanya Abdul) tidak banyak temannya, dosen lagi menerangkan dia seperti tidak menghiraukan, perawakan yang kurus, kulit hitam, acak-acakan, aku pun tak mengira kalau dia mahasiswa.


Abdul mengamen untuk biaya kuliah, selain itu dia seseorang yang suka mengonsumsi obat-obatan, minuman beralkohol, aku paham, mungkin pergaulan yang menuntutnya seperti itu.


Kabar tentang dia aku tahu dari teman seangkatannya, meskipun aku tidak cari tahu tentang dia, ada saja yang memberitahuku, mungkin mereka melihat, kedekatan kami.


Aku tidak menghiraukan tentang kondisi dia itu seperti apa, saat itu tidak ada rasa khawatir sedikit pun. Akhirnya kami mulai dekat, dia memberanikan diri untuk mengantarkanku pulang, meskipun hanya sebentar, orang tuaku melihatnya, dan membuat aku di interview.


Aku sadar orang tua mana yang mau anak gadisnya dekat dengan seseorang yang acak-acakan, ciri khas pemakai pun terlihat dari fisiknya.


Satu semester cepat berlalu, semester delapan aku mulai menyusun skripsi, mata kuliah yang kuambil tinggal beberapa sks,  jadi hubungan kami lebih banyak via telpon, meski hanya lewat telpon umum, uang receh hasil mengamennya, dia korbankan untuk menghubungiku.


Ilustrasi gambar



Ketika itu masih teringat jelas, dia mengatakan "Aku ingin sesuatu yang baru di awal baru", dia menyatakan perasaannya kepadaku, hanya akulah wanita yang bisa menyentuh hatinya.


Aku tidak bisa langsung menjawabnya, istikharah pun aku jalankan, bertanya kepada teman, tetapi aku tidak berani bertanya kepada orangtuaku, aku tahu sejak bertemu pertama kali, orang tuaku tidak suka.


Kala itu, dia memakai baju putih dengan celana putih, memang rada kumal, dia main ke rumah, aku tahu dia ingin jawaban dariku, sayangnya aku sudah siap-siap pergi dengan mamaku, akhirnya dia harus kutinggal cukup lama, rasa bersalah menghantui, dia ke rumah malah kutinggal pergi.


Kukira dia sudah pulang, tetapi masih setia menunggu, dan sedang tertidur di ruang tamu, aku tidak berani membangunkannya, cukup lama dia tertidur, dia menjadi perbincangan orang di rumah.


"Itu, temannya Halimah, di rumah orang tidur, uda nggak shalat!"


Pikiranku kacau tidak karuan, akhirnya keluargaku pun tahu, pria macam apa dia, kuceritakan semua tentangnya, aku langsung disuruh menjauhinya.


Ilustrasi gambar


Aku mulai takut jika Abdul menghubungiku, aku juga takut keadaannya akan lebih buruk. Setiap ada telpon yang mencariku, langsung dibilang aku tidak ada, Tuhan! aku harus bagaimana, apakah aku memberikan harapan palsu kepada Abdul?


Andai kau bisa bersabar, sedikit saja! aku selalu menasihati dia tentang kehidupan, dia mau berubah, tetapi, sekali lagi aku harus minta maaf, aku tidak bisa menerimamu, Ridha orang tualah yang kucari.


Hubungan kami putus begitu saja, ke kampus pun sudah tidak pernah bertemu dengan dirinya, dia pun sadar diri untuk tidak lagi datang ke rumahku.



Sumber foto


Aku hampir melupakannya, selang beberapa tahun, ketika aku mengangkat telepon, dia mengenali suaraku, "Aku sudah berubah!" Apakah selama ini dia masih menghubungi dengan diam, apakah rasamu begitu besar kepadaku!


Aku hanya bisa menangis, rasa takut, pikiran pun melayang, dihantui rasa bersalah, bisikan-bisikan itu "yang menjadi imamku harus lebih baik dariku", tetapi, aku hampir menerimamu, seandainya kau tidak datang ke rumahku, menunjukkan siapa dirimu ke keluargaku.


Saat itu dia memberiku nomer telpon, tetapi aku tidak pernah menghubunginya, aku tidak mungkin membantah perintah orang tuaku, kesan yang kau tinggalkan hari itu, membuat aku tidak bisa lagi memberimu harapan.


Aku sadar, bagaimanapun statusmu sudah berubah, engkau sudah sedikit naik kelas, engkau juga mempunyai harga diri sebagai seorang pria, hanya do'a yang aku kirimkan untukmu.


Ilustrasi gambar


Ketika melihat acara sinetron di Indosiar, keluarga kami pun menontonnya, "Ka, itu cowok yang suka sama kakak, pacarnya kakak jadi artis!" "Iya, pantes kalau jadi penjahat."


Meski aku ikut tertawa, ketika mereka memperolok, wajahku pun langsung memerah, biarlah hanya Tuhan yang tahu, bagaimana rasa ini, meskipun hanya melihatmu melalui layar kaca.


Abdul hanya sebagai figuran, dan hanya berperan sebagai penjahat, aku begitu lega, kau memang sudah berubah, tetapi, lagi-lagi mereka berpatokan, bahwa kehidupan artis tidak jauh-jauh dengan yang namanya narkoba.


Sekali lagi takdir Tuhan harus mempertemukan kita, di parkiran blok m, samping Pasaraya, aku melihatmu sedang memarkirkan motor, padahal engkau begitu dekat, adikku ingin menegurnya, tetapi kutahan.


Ketika melihatmu di televisi, engkau masih orang yang sama, namun, kali ini engkau jauh berubah, fisikmu menjadi atletis, gaya rambutmu berubah, mengendarai motor lelaki, aku pun minder untuk menyapamu, dia hanya sendiri, apakah dia masih menungguku?

Quote:


Biarlah aku hanya menjadi masa lalu, meskipun setiap kata-katanya membuat aku patah, belum tentu, jika dia bersamaku, keadaannya bisa lebih baik.


Melihatmu dengan kondisi yang jauh lebih baik, membuat hati ini menjadi lega melepasmu, engkau membuktikan setiap kata-kata yang engkau ucapkan, meskipun engkau berkata "Aku berubah karena kamu!" Tetapi hati ini terus meyakinkan, bahwa, dia berubah karena dirinya sendiri.


Quote:



Teruntuk seseorang yang hampir kulupakan, sampai detik ini, aku tidak pernah tahu lagi tentang kabarmu, nomor teleponmu telah hilang, kini, kopaja saksi bisu kita pun telah langka, diganti trans.



Terimakasih yang sudah membaca


emoticon-terimakasihemoticon-terimakasihemoticon-terimakasih


Keep smile and istiqamah.


Saran dan kritik dengan cara yang sopan.
emoticon-Shakehand2emoticon-Shakehand2emoticon-Shakehand2



Jakarta, 00:11
Rabu, 29 April 2020






abellacitra
nona212
indrag057
indrag057 dan 31 lainnya memberi reputasi
32
1.3K
14
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
mamaproduktifAvatar border
mamaproduktif
#6
Kopaja ac emang udah gak ada juga sis?
Cahayahalimah
Cahayahalimah memberi reputasi
1
Tutup